Bayangkanlah, lo sedang tinggal di
sebuah rusun kecil di daerah terpencil, di pinggiran hutan bambu dan
persawahan. Sumber cahaya cuma ada di sekitar lo aja. Lo nggak bisa ngelihat
beberapa meter lebih jauh ke dalam kegelapan. Suara-suara mencekam terdengar
dari kejauhan, bahkan tak jarang terdengar dekat. Seakan-akan sesuatu yang nggak
diketahui wujudnya ingin menghantui lo.
Kejadian-kejadian janggal sering
membuat tidur lo ngga nyenyak. Bawaannya jadi takut ke kamar mandi sendirian
pas malem-malem. Dan setiap kali lo boker di tengah malam, selalu ada suara
orang memakai sendal, lalu berjalan di atas tanah, dan suara itu terjadi
berulang-ulang sampai lo keluar dari kamar mandi. Padahal saat itu semua orang
di rusun sedang tidur.
Gue nggak mengada-ngada. Gue pernah
mengalami itu semua bareng temen-temen gue, The FICTION, dulu pas masih tahun
pertama (kelas 7) di MTs. Di MTs gue, anak akselerasi tinggal di asrama, yang
lebih dikenal dengan nama MAHAD. Mahadnya sendiri terletak di salah satu
pojokan madrasah, dibangun di atas bekas hutan sekolah. Di depan mahad adalah
tempat parkir sekolah, yang menjadi jalan menuju masjid kalo pas lagi hujan. Di
belakang mahad ada kebon. Gak tau itu kebon apa, pokoknya bukan milik madrasah
dan jarang terlihat dikunjungi oleh manusia.
Kalian pasti bisa bayangin, gimana
rasanya hidup dalam suasana mencekam seperti itu. Apalagi suasana MTs pas
malem-malem, angker, gelap, dan cuma bagian asrama doang yang terang benderang.
Apalagi kuadrat, gue sering tidur paling malem, atau kadang-kadang kebelet
boker pas tengah malem. Yah, ini hanyalah satu dari sekian derita yang gue
alamin bareng temen-temen seperjuangan gue di kelas aksel.
Selama setahun, malam-malam seperti
itu pun kita lalui, di pojokan MTsN Kediri 2 tercinta. Hingga pada saatnya kita
naik kelas. Ini adalah suatu pertanda. Pertanda bahwa The FICTION bakal punya
adek kelas. Yeyyy......!!!
Ya, memang inilah yang sudah kita
tunggu-tunggu, bahkan sejak sebelum tahun ajaran baru. ADEK KELAS..! Selama
setahun ini, rasanya cuma kita sendiri yang merasakan penderitaan menjadi anak
aksel, entah secara sistem pembelajaran maupun secara mental (jadi inget hinaan
cercaan yang dilontarin sama anak kelas laen -___-). Akhirnya, kita akan punya
saudara seperjuangan. Yeah!!
Gue inget, bahkan pas adek kelas
masih MOS, anak kelas gue udah berani masuk-masuk ke kelas mereka dan
kenal-kenalan. Kita juga ngajakin mereka main ke mahad alias asrama, calon
tempat tinggal mereka nanti. Singkat cerita, kini mereka jadi temen kita di
mahad. Mereka menamai diri mereka C-Action.
Ibarat sang surya yang menyinari
dunia, mereka datang membawa semacam “pencerahan”. Segala angker yang dulu
dirasa kini menghilang, diskriminasi atas kelas aksel berangsur-angsur berkurang
sampai nggak ada lagi, makanan makin hari makin enak, kucing-kucing lucu
berdatangan, dan ustadzah wali asrama berubah jadi baik (iyakah?). Tapi lebih
dari semua itu, kita jadi merasa punya teman tinggal di mahad. Ya, kini kita
memiliki saudara, adek kelas.
Gue nggak tau apa yang terjadi di
cewek. Tapi kalo di cowok, The Fiction dan C-Action bener-bener deket. Gaada
yang namanya kakak kelas – adek kelas. Semuanya sama-sama bareng. Main sepak
bola bareng, main Dota bareng, makan bareng, tidur bareng (?).
Buat yang ceweknya, gue secara
pribadi juga lumayan deket sama mereka. Dulu gue bertekad bakal menjadi anak
cowok pertama yang hafal semua cewek C-Action. Sebagai anak paling gaul di
kelas, tentu gue berhasil. Gue dan beberapa temen gue juga sering godain
mereka. Seringkali iseng ngetok pintunya, terus kabur. Bahkan kadang-kadang
sengaja buka pintu, terus kabur. Yah, masa-masa kelam ya begini ini -__-” (Maaf
ya, buat yang merasa sering dikerjain. Hehe).
Adek-adek kelas gue yang satu ini
emang punya banyak perbedaan sama kita, kakak-kakak kelasnya. Bisa dibilang,
gue sering merasa iri sama mereka. Mereka memulai hidup mereka di mahad ketika
sistem sudah mulai stabil (maklum, gue kan
angkatan pertama, jadi kayak kelinci percobaan gitu). Mereka juga kelihatan lebih kompak, nggak
terlalu banyak konflik. Nggak kayak kelas gue yang cowok sama ceweknya hampir
ga pernah akur. Mereka kayaknya sering foto lengkap sekelas, yang mana kelas
gue cuma pernah melakukan hal itu sekali. Mungkin anak-anak kelas mereka lebih
narsis daripada anak kelas gue. Haha...
Yah, semua itu hanyalah “kelihatannya”,
“kayaknya”, dan “mungkin”, alias apa yang gue lihat tentang mereka. Gue sendiri
nggak tau bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Yang jelas, rasa iri gue
sebenernya adalah rasa bangga, karena mereka punya banyak hal yang nggak
dimiliki The Fiction. Selain itu, mereka juga baik-baik dan asik-asik. Bahkan
sesekali gue lebih merindukan mereka daripada kelas gue sendiri, The Fiction. Karena
jujur saja, gue pernah punya suatu urusan dengan kelas ini, yang itu menjadi salah
satu kenangan paling penting dalam hidup gue.
Mereka beranggotakan 14 anak
manusia, dengan komposisi 5 cowok dan 9 cewek. Bagus, David, Iggoor, Syahrul,
Rafly, Tira, Ima, Dea, Indah, Qila, Risma, Monica, Salsa, dan Bella. Dua di
antara mereka, Rafly dan Ima, menjadi penerus gue di MAN ICS.
Ini semua terjadi sudah cukup lama,
ketika The Fiction dan C-Action masih tinggal dalam satu asrama, satu mahad. Setelah lulus, gue nggak terlalu banyak tahu tentang hubungan mereka dengan adek
kelas yang baru, Antiction (angkatan ketiga). Yang jelas, di awal tahun ajaran
baru ini, gue sempet merasa kaget, “Wow, perasaan kemaren mereka baru masuk MTs
deh. Kok sekarang udah pada SMA ya?” Yak, tahun ini mereka baru lulus dari MTs. Tapi,
mereka akan tetep menjadi adek kelas gue yang paling imut sedunia :3
Beberapa The Fiction dan semua C-Action pas perpisahan angkatan gue