Sunday, August 18, 2013

Mereka, C-Action!

Bayangkanlah, lo sedang tinggal di sebuah rusun kecil di daerah terpencil, di pinggiran hutan bambu dan persawahan. Sumber cahaya cuma ada di sekitar lo aja. Lo nggak bisa ngelihat beberapa meter lebih jauh ke dalam kegelapan. Suara-suara mencekam terdengar dari kejauhan, bahkan tak jarang terdengar dekat. Seakan-akan sesuatu yang nggak diketahui wujudnya ingin menghantui lo.

Kejadian-kejadian janggal sering membuat tidur lo ngga nyenyak. Bawaannya jadi takut ke kamar mandi sendirian pas malem-malem. Dan setiap kali lo boker di tengah malam, selalu ada suara orang memakai sendal, lalu berjalan di atas tanah, dan suara itu terjadi berulang-ulang sampai lo keluar dari kamar mandi. Padahal saat itu semua orang di rusun sedang tidur.

Gue nggak mengada-ngada. Gue pernah mengalami itu semua bareng temen-temen gue, The FICTION, dulu pas masih tahun pertama (kelas 7) di MTs. Di MTs gue, anak akselerasi tinggal di asrama, yang lebih dikenal dengan nama MAHAD. Mahadnya sendiri terletak di salah satu pojokan madrasah, dibangun di atas bekas hutan sekolah. Di depan mahad adalah tempat parkir sekolah, yang menjadi jalan menuju masjid kalo pas lagi hujan. Di belakang mahad ada kebon. Gak tau itu kebon apa, pokoknya bukan milik madrasah dan jarang terlihat dikunjungi oleh manusia.

Kalian pasti bisa bayangin, gimana rasanya hidup dalam suasana mencekam seperti itu. Apalagi suasana MTs pas malem-malem, angker, gelap, dan cuma bagian asrama doang yang terang benderang. Apalagi kuadrat, gue sering tidur paling malem, atau kadang-kadang kebelet boker pas tengah malem. Yah, ini hanyalah satu dari sekian derita yang gue alamin bareng temen-temen seperjuangan gue di kelas aksel.

Selama setahun, malam-malam seperti itu pun kita lalui, di pojokan MTsN Kediri 2 tercinta. Hingga pada saatnya kita naik kelas. Ini adalah suatu pertanda. Pertanda bahwa The FICTION bakal punya adek kelas. Yeyyy......!!!

Ya, memang inilah yang sudah kita tunggu-tunggu, bahkan sejak sebelum tahun ajaran baru. ADEK KELAS..! Selama setahun ini, rasanya cuma kita sendiri yang merasakan penderitaan menjadi anak aksel, entah secara sistem pembelajaran maupun secara mental (jadi inget hinaan cercaan yang dilontarin sama anak kelas laen -___-). Akhirnya, kita akan punya saudara seperjuangan. Yeah!!

Gue inget, bahkan pas adek kelas masih MOS, anak kelas gue udah berani masuk-masuk ke kelas mereka dan kenal-kenalan. Kita juga ngajakin mereka main ke mahad alias asrama, calon tempat tinggal mereka nanti. Singkat cerita, kini mereka jadi temen kita di mahad. Mereka menamai diri mereka C-Action.

Ibarat sang surya yang menyinari dunia, mereka datang membawa semacam “pencerahan”. Segala angker yang dulu dirasa kini menghilang, diskriminasi atas kelas aksel berangsur-angsur berkurang sampai nggak ada lagi, makanan makin hari makin enak, kucing-kucing lucu berdatangan, dan ustadzah wali asrama berubah jadi baik (iyakah?). Tapi lebih dari semua itu, kita jadi merasa punya teman tinggal di mahad. Ya, kini kita memiliki saudara, adek kelas.

Gue nggak tau apa yang terjadi di cewek. Tapi kalo di cowok, The Fiction dan C-Action bener-bener deket. Gaada yang namanya kakak kelas – adek kelas. Semuanya sama-sama bareng. Main sepak bola bareng, main Dota bareng, makan bareng, tidur bareng (?).

Buat yang ceweknya, gue secara pribadi juga lumayan deket sama mereka. Dulu gue bertekad bakal menjadi anak cowok pertama yang hafal semua cewek C-Action. Sebagai anak paling gaul di kelas, tentu gue berhasil. Gue dan beberapa temen gue juga sering godain mereka. Seringkali iseng ngetok pintunya, terus kabur. Bahkan kadang-kadang sengaja buka pintu, terus kabur. Yah, masa-masa kelam ya begini ini -__-” (Maaf ya, buat yang merasa sering dikerjain. Hehe).

Adek-adek kelas gue yang satu ini emang punya banyak perbedaan sama kita, kakak-kakak kelasnya. Bisa dibilang, gue sering merasa iri sama mereka. Mereka memulai hidup mereka di mahad ketika sistem sudah mulai stabil (maklum, gue kan angkatan pertama, jadi kayak kelinci percobaan gitu).  Mereka juga kelihatan lebih kompak, nggak terlalu banyak konflik. Nggak kayak kelas gue yang cowok sama ceweknya hampir ga pernah akur. Mereka kayaknya sering foto lengkap sekelas, yang mana kelas gue cuma pernah melakukan hal itu sekali. Mungkin anak-anak kelas mereka lebih narsis daripada anak kelas gue. Haha...


Yah, semua itu hanyalah “kelihatannya”, “kayaknya”, dan “mungkin”, alias apa yang gue lihat tentang mereka. Gue sendiri nggak tau bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri. Yang jelas, rasa iri gue sebenernya adalah rasa bangga, karena mereka punya banyak hal yang nggak dimiliki The Fiction. Selain itu, mereka juga baik-baik dan asik-asik. Bahkan sesekali gue lebih merindukan mereka daripada kelas gue sendiri, The Fiction. Karena jujur saja, gue pernah punya suatu urusan dengan kelas ini, yang itu menjadi salah satu kenangan paling penting dalam hidup gue.

Mereka beranggotakan 14 anak manusia, dengan komposisi 5 cowok dan 9 cewek. Bagus, David, Iggoor, Syahrul, Rafly, Tira, Ima, Dea, Indah, Qila, Risma, Monica, Salsa, dan Bella. Dua di antara mereka, Rafly dan Ima, menjadi penerus gue di MAN ICS.


Ini semua terjadi sudah cukup lama, ketika The Fiction dan C-Action masih tinggal dalam satu asrama, satu mahad. Setelah lulus, gue nggak terlalu banyak tahu tentang hubungan mereka dengan adek kelas yang baru, Antiction (angkatan ketiga). Yang jelas, di awal tahun ajaran baru ini, gue sempet merasa kaget, “Wow, perasaan kemaren mereka baru masuk MTs deh. Kok sekarang udah pada SMA ya?” Yak, tahun ini mereka baru lulus dari MTs. Tapi, mereka akan tetep menjadi adek kelas gue yang paling imut sedunia :3

Beberapa The Fiction dan semua C-Action pas perpisahan angkatan gue

Wednesday, August 14, 2013

Haeyy..Gue mau share sebuah gambar nih~

Yak, mumpung liburan, gue iseng-iseng pengen belajar desain grafis. Yang sederhana aja sih, cuma desain kaos. Tapi gue seneng banget, karena menurut gue karya pertama ini nggak sejelek yang diperkirakan.


Sebenernya ini adalah kali kedua gue ngotak-ngatik corel draw buat bikin kayak beginian. Percobaan pertama menghasilkan sesuatu yang bahkan gue nggak tau itu apaan. Nah, pas gue di IC, gue sering ngelihatin temen gue yang lagi desain kaos angkatan. gue jadi ngerti beberapa tombol baru, dan bisa gue coba pas liburan sekarang.

Saturday, August 10, 2013

Gue dan Sesuatu yang Bernama Jurnalistik

Jurnalistik? Hmm.. Sebenernya udah sejak kecil gue menaruh (?) minat gue di sana. Saat gue mulai mengenal asyiknya tulis menulis. Ketika itu gue masih SD, dan gue sudah menulis di blog yang sekarang gue tinggalkan dengan dua posting di sana. Sayangnya, di SD dulu belom ada ekskul jurnalistik.

Suatu hari, seorang dari alumni berkata padaku, “Di MTs 2 ada organisasi jurnalis lho dek, namanya Fikruna. Kamu ikut aja.” Sejak itu gue jadi pengen cepet-cepet lulus SD biar bisa ikut Fikruna. Alhamdulillah, gue lulus SD dan masuk ke MTs 2. Gue pun join ke Fikruna tanpa pikir panjang. Gue pun mendapat ilmu baru di sana. Gue baru tahu kalo jurnalistik nggak sebatas tulis-menulis artikel doang. Di dalamnya juga ada fotografi, desain grafis, layout-layout gitu, mading, wawancara, dll.

Banyak pengalaman seru gue lalui bareng Fikruna, apalagi pas acara School Contest V yang diikuti oleh SMP/SMA sederajat dari seluruh Karesidenan Kediri. Ada macem-macem lomba, seperti perang mading, jurnalis blog, fotografi, band sekolah, akustik, dance, putri lingkungan, dll.

Fikruna tentu gak mau ketinggalan di lomba-lomba jurnalistiknya, terutama PERANG MADING. Sebelum acara, kita bela-belain nginep di sekolah buat ngerjain mading 3D. Terus, jaga mading di spot lombanya dari pagi sampe malem, selama tiga hari. Selama itu, gue kenalan sama kru-kru mading dari sekolah lain.

Mading super keren punya Fikruna

Beberapa kru mading Fikruna Matsanda

Pas malam puncak, bersama 2 penghargaan

Oh ya.. Sebenernya gue bukan bagian dari kru mading. Pas School Contest, gue ikutan lomba blog jurnalis, yang sistem lombanya sama persis sama journalist on the spot-nya Sonic Linguistic (bedanya, jurnalis blog di SC satu tim 3 orang, ngga individual kayak JOTS-nya Sonlis). Tapi, sebagai anak Fikruna, gue juga tetep bantu bikin mading. Gue bahkan menjaga mading lebih lama dari kru mading yang laen, karena gue harus stay di gedung tempat lomba itu dari pagi sampe malem, demi memburu berita. Gak kayak kru mading yang bisa gantian jagain mading. Sayang, pas itu blog gue belom menang.

Prestasi Fikruna sebenernya cukup membanggakan. Tapi entah mengapa, Fikruna menjadi organisasi yang paling dicampakkan oleh pihak sekolah di antara 5 organisasi besar di MTs. Jelas kita kesel gara-gara ini. Tapi, gara-gara itu juga kita dipersatukan, dikompakkan. Fikruna adalah pelarian pertama gue kalo gue bosen ato ada konflik di kelas. Bisa dibilang, gue cinta sama organisasi yang satu ini.

Gue seneng karena berkesempatan menularkan bekal yang gue dapet dari Fikruna di kelas. Gue ketua kelas pas tahun kedua, dan gue pimpin kelas gue dalam lomba mading 2D antar kelas. Ini adalah satu dari sangat sedikit lomba antar kelas yang kelas gue diizinin buat ikut. Maklum, kelas aksel. Gue coba memanfaatkan potensi dari semua anggota kelas (yang kebanyakan dari mereka ngga sadar itu). Alhamdulillah, kelas gue pun jadi juaranya. Kelas gue ngalahin 9A yang sejak dulu terkenal selalu memenangkan lomba mading kelas, di lomba mading pertama yg kita ikuti.

Mading berjudul "Kampung Nusantara" bersama bidadari-bidadari The FICTION

Selama MTs, pergerakan gue di organisasi sangat dibatasi (yah, walau pada kenyataannya gue sering melanggar batas itu). gue berniat untuk “balas dendam” di SMA nanti. Dan Alhamdulillah, gue diterima jadi siswa di IC. Dulu, gue berangan-angan untuk melanjutkan kesibukan gue di bidang jurnalistik. Tapi entah, gue agak kecewa sama ekskul jurnalis di IC. Jurassic (nama ekskul jurnalis) nggak terlalu kelihatan performanya. Gak pernah ikutan lomba, anggotanya pada males ngumpul, dan kelihatan aja kurang berkarya. Jurnalistik dianggep sebagai sesuatu yang nggak terlalu penting. Hal ini pelan-pelan membuat gue lupa dengan jurnalistik.

Namun, sekarang gue menatap ke depan. Gue dapet amanah buat jadi koordinator OSIS divisi jurnalistik di kelas XI ini. Gue jadi merasa diingatkan kembali kepada apa yang dulu gue gemari. Jurnalistik memang bukan cita-cita gue.  Bakat pun bahkan belom tentu. Ia hanya sebatas minat, kegemaran, kesukaan, hobi. Namun, dulu gue banyak belajar darinya. Gue dapet banyak teman, banyak pengalaman, banyak manis-pahitnya hidup, dan banyak cinta. Ya, mulai sekarang gue akan menatap ke depan.