Tuesday, November 13, 2018

Merawat Kebersamaan


Gue lagi ada di tengah perjalanan kereta Jakarta-Jogja pas nulis draft cerita ini. Setelah hampir enam hari mondar-mandir di Jabodetabek raya, akhirnya gue balik lagi ke Jogja. Ngapain kok lama banget di ibukota? 

Gue secara tidak sengaja ikutan sebuah workshop gitu kan (gue bakal jelasin ini lebih lanjut di postingan lain). Niat awalnya cuma tiga hari gitu di Jakarta, sesuai sama jadwal workshop nya. Tapi, berhubung ternyata keluarga di BSD ada acara akikahan, gue jadi extend tuh. Plus gue juga sempetin main ke Depok bentar.

Karena kelamaan di Jakarta, gue jadi melewatkan kumpul Astonniversary sama temen-temen di Jogja dong :’)

Ga masalah. Oke. Agak aneh sebenernya. Dulu gue paling sebel kalo ada kumpul Astonic, terutama Astonjog, dan gue gabisa ikut kumpul. Pernah beberapa kali kayak gitu, dan gue jadi sambat sendiri. Sejujurnya gue paling sedih ketika melewatkan momen bersama orang-orang yang gue sayangi. Secara, Astonjog udah gue anggep sebagai keluarga sendiri, tempat pulang selama di perantauan.

Tapi beda kali ini. Meski gue nggak bisa ikutan kumpul, gue tetep ngompor-ngomporin di grup biar tetep pada kumpul. Kali ini rasanya beda. Kalo dulu gue kesel ngelihat mereka kumpul tanpa gue, sekarangn gue justru seneng melihat temen-temen pada kumpul. Bukan berarti gue nggak pengen kumpul sama mereka. Gue jelas pengen banget berada di tengah-tengah hangatnya kebersamaan malem itu. Mungkin, rasa cinta ini telah ter-upgrade seiring berjalannya waktu. Tidak banyak menuntut, tapi ikut senang melihat mereka bahagia. Ciailah.

Kumpulnya aja di kontrakan gue lho, padahal guenya gaada :')

Btw, sebenernya gue ada rencana mau ikut kumpul sama temen-temen Astonic Jabodetacus di Tebet. Udah wacana-wacana segala. Sayang banget, gue gajadi bisa berangkat karena beberapa hal yang harus dikerjain di BSD. Demi membayar ketidakberangkatan tersebut, gue pun mengkonkritkan niat untuk berangkat ke UI Minggu malemnya. Gue ketemu sama Azzam, Farras, sama Lilis. Meski cuma bentar dan ketemu sedikit anak, tapi gue rasa itu sudah sangat cukup. Akhirnya gue main juga ke region yang selama ini belom pernah gue kunjungin.

Senin siang, pas di perjalanan KRL dari UI menuju Pasar Senen, gue berkontemplasi tentang suatu hal. Gue melihat Azzam yang selama ini selalu mobile lintas region, rajin menjaga silaturahmi dengan main kesana kemari. Tika yang entah mengapa gue rasa doi sangat ramah di chat, nanyain gue ada apa ke Jakarta, nginvite ke grup Jabodetacus, ngajak kumpul (sori tik gue gajadi bisa dateng hehe). Lulu yang sok-sokan nawarin mau bikinin kue tapi wacana wkwk. Farras yang ngajarin main boardgame sampe jam setengah tiga pagi. Dan lain-lain dan lain-lain.

Dari situ, gue sadar betapa pentingnya merawat kebersamaan. Sesekali kumpul atau main bareng. Mengunjungi teman kalo ada kesempatan. Bahkan sesederhana memulai chat dengan ramah pun bisa memberikan dampak yang signifikan dalam menjaga atmosfer silaturahmi. Dan gue ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada agen-agen yang senantiasa berusaha merawat kebersamaan di antara kita, dalam hal ini Astonic.

Wkwk tulisan ini nggak jelas arahnya kemana ya. Maaf, emang cuma lagi pengen corat-coret aja hehe.

Anyway, selamat ulang tahun yang keenam Astonic Dralen Relaston (10/11), angkatan kebanggaanku, keluarga kesayanganku, rumah tempat berbagi cerita dan kehangatan. Kesibukan masing-masing anak udah makin beragam ya. Insyaallah udah pada banyak yang mencapai ujung akhir masa perkuliahan juga, bahkan beberapa udah ada yang sidang. Semoga dilancarkan segala urusannya, dapat menjadi bermanfaat bagi sekitar, dan yang terpenting, semoga kita tetap bisa merawat kebersamaan ini sampai akhir nanti :)

Sunday, October 21, 2018

Andalusia 1437 H dan Segala Hebeh-Hebehnya (Part 3)

... Sambungan dari part 2.


Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Laa Ilaaha Illallahu Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilhamd.

Tibalah kita di hari raya Idul Adha 1437 H, sekaligus merupakan hari terakhir dari seluruh rangkaian Andalusia. Selepas sholat subuh, temen-temen pada bersiap buat sholat Ied. Ada yang mandi, ada juga yang nggak wkwk. Sholat Ied dilaksanakan di masjid. Selesai sholat Ied dan mendengar khutbah, kami bersalam-salaman dengan seluruh warga. Suasana yang sangat syahdu.


Daaaannn ini dia bagian favorit gue, acara puncak, substansi inti dari seluruh rangkaian Andalusia: perkambingan! Selepas sholat Ied, kita semua langsung bersiap buat potong-potong hewan kurban. Mengasah pisau, gali lubang darah, pasang instalasi pengulitan, dll. Pemotongan hewan kurban pun digelar mulai dari penyembelihan, pengulitan, pencacahan, sampe bersihin jeroan. Anak-anak juga sempet nyate di sela-sela pemotongan. Nggak cuma yang di lapangan. Dapur pun mengepul, seluruh panitia konsumsi dan ibu-ibu sibuk di sana menyiapkan ransum.

Ini calon gule, yang belakangnya calon tongseng

Awas ntar salah potong pak


Serius banget itu mukanya wkwk






Nyate dulu bos!

Simbok-simbok bergulat dengan bumbu dapur

Mbak-mbak belakang layar yang mumet administrasi

Daging kurban siap dibagikan

Gue inget betul. Suasana pagi itu sangat menyenangkan. Di sini, panitia, volunteer, dan warga saling bahu membahu. Ohiya, kating dan alumni JMF juga pada dateng. Mulai dari angkatan 2010-2016 hadir buat menikmati suasana Idul Adha bersama.  Susah mendeskripsikan suasana pada pagi hari itu. Yang kayak begini ini yang bikin aku selalu rindu sama Idul Adha, sama Andalusia.

Panitia, volunteer, dan warga desa

Special mention to squad komunikasi (in frame: 2012-2016)

Singkat cerita, seluruh kegiatan selesai sekitar siang. Setelah puas menyantap menu kambing, becanda, dan foto-foto, kami semua pulang. Semua, kecuali gue sama Faisal. Waktu itu, ada sedikit permasalahan terkait hewan kurban yang telat dateng. Kita berdua tinggal buat menyelesaikan masalah ini bareng Pak Tar. Setelah ada kesepahaman, kami sholat ashar, lalu pulang.

Pas perjalanan pulang, gue ngobrol sama Faisal. Gue sempet nyeletuk, “Sal, gue melihat proyeksi PH JMF tahun depan ada di PH Andalusia ini.” Waktu itu, gue cuma asal ngomong aja, nggak ngerti juga siapa bakal jadi apa. Tapi, gue merasa kalo orang-orang yang ada buat Andalusia ini punya potensi besar buat jadi PH JMF. Tebakan gue nggak terlalu jauh meleset. Dari 10 PH Andalusia, cuma gue sama Dina yang nggak jadi PH JMF 2016/2017.

Anyway, nostalgia tentang Andalusia selalu menjadi hal yang sangat emosional buat gue. Pertama, gue join JMF gara-gara gue terkesan sama Andalusia yang gue ikutin pas masih maba (1436 H). Terus, di Andalusia 1437 H inilah pertama kalinya gue pegang suatu kegiatan pengabdian masyarakat yang mayan gede dan melibatkan mayan banyak orang. Lebih dari itu, gue merasa beruntung banget punya tim yang luar biasa hebat dan selalu support sejak awal, selama persiapan, pas pelaksanaan, sampai akhirnya terselenggara. Terima kasih banyak buat JMF dan teman-teman semua karena udah ngasih gue kesempatan dan pengalaman yang super berkesan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Gue sadar betul kalo Andalusia 1437 H masih banyak cacadnya. Tapi, gue boleh berbangga karena Andalusia tahun tersebut menjadi peletak pondasi bagi Andalusia tahun-tahun selanjutnya. Evaluasi dan inovasi terus dilakukan demi terselenggaranya Andalusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat di kemudian hari. Gue bersyukur karena masih bisa dipertemukan dengan suasana Idul Adha bersama warga Desa Petir dan teman-teman JMF hingga dua tahun berikutnya. Semoga Andalusia ke depannya (kalo masih ada wkwk) selalu selalu bisa memberikan manfaat bagi sesama :)

Fin.

Friday, October 19, 2018

Andalusia 1437 H dan Segala Hebeh-Hebehnya (Part 2)


... Sambungan dari part 1

Andalusia 1437 H digelar selama 3 hari 2 malam, tepatnya pada Sabtu-Senin, 10-12 September 2016. Idul Adha-nya sendiri jatuh di tanggal 12, pas hari terakhir Andalusia. Rangkaian acaranya meliputi sosialisasi pengolahan pupuk dari kotoran sapi, games anak, ngajar TPQ, outbond volunteers, pengajian, panggung desa, takbiran, dan acara intinya, penyembelihan serta pendistribusian hewan kurban.

Ada dua kloter pemberangkatan utama, yakni Sabtu siang dan sore. Gue berangkat bareng kloter pertama. Kloter pertama ini punya tugas buat beres-beres masjid dan pendopo yang bakal jadi basecamp panitia. Menjelang malem, gue dan beberapa anak diajak Pak Tar buat ikut hajatan di salah satu rumah warga. Di hajatan itu, kita sekalian kulonuwun (minta izin/permisi) sama warga kalo kita bakal berkegiatan di sana selama beberapa hari ke depan. Selesai dari situ, gue balik ke basecamp. Ternyata kloter kedua udah sampe di sana. Kita pun menggelar briefing untuk kegiatan esok hari.


Malem ini, yang akhwat bermalam di pendopo, sedangkan yang ikhwan berbagi di rumah Pak Tar dan di Masjid. Belum lama mapan buat tidur di masjid, tiba-tiba Faisal ijin ke gue mau balik ke kampus. Katanya dia meninggalkan sesuatu yang sangat penting berkaitan dengan mitra kita. Dia mau balik malem ini juga dan balik pas sebelum subuh. Jelas gue nggak ngizinin awalnya -_- Bahaya banget perjalanan malem-malem gini, mana sepanjang jalan gelap gaada lampu.

Tapi, karena Faisal orangnya sangat keras kepala amanah, dia merasa ini tanggung jawabnya buat ngambil barang itu, sekalian dengan beberapa perlengkapan lain yang ketinggalan. Gue pun kasih boleh dia balik. Dia pergi, gue tidur. Sekitar jam setengah 4 sebelum subuh, gue dibangunin Faisal. Alhamdulillah, gue bersyukur bocah ini balik dengan selamat. Kita pun membangunkan yang lain buat sahur puasa arofah.

Masuk hari kedua. Berhubung ini hari Minggu, panitia mengosongkan jadwal bersama warga di pagi hari untuk menghormati ibadah Minggu pagi di gereja. Untuk mengisi waktu, kita mengadakan senam pagi, dilanjut outbond panitia dan volunteer. Acara ini mengajak seluruh panitia dan volunteer treking jalan-jalan keliling desa. Kita semua dibagi jadi beberapa tim dan bermain games di pos-pos yang sudah ditentukan. Berasa LK banget deh pokoknya. Bedanya, kalo LK kita yang “dikerjain” sama kating, di sini kita panitia bisa ngerjain kating juga wkwk. Bagian ini adalah hal yang sangat baru di Andalusia.

Senam leher dulu biar lemes 



Setelah selesai outbond, panitia bersiap-siap untuk kegiatan selanjutnya. Sekitar jam 10 sampe siang, bakal ada dua acara yang berjalan bebarengan, yakni sosialisasi pengolahan pupuk dari kotoran sapi dan games anak. Sosialisasi diadakan di balai padukuhan, sedangkan games anak di lapangan depan pendopo.

  



Siang harinya, kegiatan relatif santai. Setelah full kegiatan sejak pagi, akhirnya panitia dan volunteer punya waktu yang agak luang. Beberapa anak ada yang tidur siang, ngobrol santai, main sama anak-anak, dll. Menjelang sore, beberapa panitia ada yang mempersiapkan penampilan dan latihan bareng anak-anak buat tampil di panggung desa nanti malem.

Sore hari, kami berbagi tugas lagi. Ada yang mendekor pendopo sedemikian rupa biar acara Panggung Desa ntar malem berkesan dan meriah. Temen-temen konsumsi sedang berjuang di dapur nyiapin buat buka puasa. Ada juga yang ngajar TPQ buat anak-anak. Menjelang maghrib, kami mengadakan pengajian di masjid. Nah, pengajian ini sebenernya sempet ada sedikit permasalahan terkait pembicara -_- Akhirnya, pengajian diisi sama ustadz dari kating JMF sendiri wkwk.





Maghrib pun tiba. Panitia, volunteer, dan warga dusun takjilan bareng di masjid. Selesai sholat maghrib, kami semua makan di basecamp.

Laisa ukhwah fii tho'am!

Selepas isya, kita siap-siap buat Panggung Desa. Gue lupa persis isi acaranya apa aja, kalo ga salah ada penampilan anak, puisi, nasyid akustik, awarding games anak tadi siang, dan penampilan spesial dari panitia. Setelah Panggung Desa kelar, kita lanjut takbiran dan ramah-tamah sama warga. Di desa ini, nggak ada budaya takbiran keliling kampung. Biasanya takbiran dikumandangkan di masjid atau pendopo ini. Gue dan beberapa anak stay buat takbiran bareng warga di pendopo sampe ketiduran di sana wkwk.





Bersambung ke part 3...

Wednesday, October 17, 2018

Andalusia 1437 H dan Segala Hebeh-Hebehnya (Part 1)


Gara-gara nulis cerita yang kemaren, gue jadi nostalgia tentang Andalusia kan. Sebenernya, udah lama banget gue pengen nulis tentang Andalusia. Boleh dibilang, Andalusia menjadi salah satu pengalaman yang paling berkesan selama gue kuliah. Sayang banget kalo gak gue ceritain di sini. Yak, berhubung ini acara udah sekitar dua tahun lalu (lebih wkwk), gue akan coba mengingat-ngingat apa aja yang terjadi selama gue ngurus Andalusia 1437 H.

Semuanya berawal dari musyawarah angkatan 2015 untuk menentukan siapa penanggung jawab atas tiga kegiatan yang diamanahkan ke angkatan kita: Salimpol (penerimaan anggota baru), Andalusia (Idul Adha), dan Latihan Kepemimpinan (LK) 1. Singkat cerita, gue ditunjuk buat pegang Andalusia. Seinget gue, alasan forum waktu itu sederhana, karena gue satu-satunya cowok di forum itu yang pernah ikut Andalusia tahun sebelumnya. Karena sadar betul bahwa gue nggak bisa kerja sendiri, gue pun langsung ngetag Okky jadi partner buat ngurusin Andalusia.

Oiya, sedikit penjelasan tentang Andalusia. Andalusia merupakan akronim dari Antusias dalam Alunan dan Semarak Idul Adha. Sesuai namanya, Andalusia digelar oleh Jamaah Muslim Fisipol (JMF) untuk menyemarakkan Idul Adha, sekaligus wujud pengabdian masyarakat desa. Biasanya, Andalusia diselenggarakan di desa-desa yang terpencil di sekitaran Jogja.

Abis kepilih, gue gercep ngobrol sama beberapa kating, konsultasi bagaimana Andalusia dulu dan bagaimana baiknya gue menjalankan Andalusia sekarang. Dari dua mantan ketua yang gue ajak ngobrol, gue belajar tentang urgensi diadakannya Andalusia, apa aja yang perlu dilakuin, potensi konflik dengan warga desa bahkan konflik internal dan alumni JMF, dll. Gue juga menyadari kalo mereka lebih suka “bekerja sendiri” sebagai ketua panitia.

Ini salah satu yang pengen gue perbaiki dari Andalusia. Gue pengen Andalusia menjadi lebih dari pengabdian JMF kepada masyarakat desa, apalagi cuma sebatas kewajiban menyelesaikan proker. Andalusia sekarang harus bisa menjadi wadah untuk membangun kekompakan internal JMF, khususnya angkatan gue sebagai panitia utama. Gue pun merekrut beberapa temen buat jadi koordinator divisi, terutama mereka yang sehari-harinya jarang kelihatan di JMF. Selain bermaksud buat menggali potensi angkatan dan berbagi SDM dengan dua kegiatan lainnya, gue juga pengen menarik mereka buat makin aktif di JMF kemudian hari.

Singkat cerita, terbentuklah formasi pengurus harian (PH) Andalusia 1437 H sebagai berikut: gue sebagai ketua panitia, Nisa Nur Irina sebagai sekretaris dan Nisa Nur PS sebagai bendahara, Aufi koor acara, Okky koor perkap, Dina koor PDD, Yaya koor humas, Faisal koor PHQ, Anni koor konsumsi, dan Fella koor P3K.

Sebenernya, persiapan kegiatan ini boleh dibilang agak mepet. Kalo ga salah, gue baru mulai panik soal Andalusia itu sekitar akhir Juli, dan itu ga sampe H-2 bulan Idul Adha. Satu setengah bulan berikutnya pun kita hectic mempersiapkan Andalusia ini. Survey lokasi, survey vendor hewan kurban, cari sohibul kurban, merancang acara, publikasi, fundrising, rekrut panitia dan volunteer, dll.

Oiya, gue mau cerita khusus tentang survey lokasi nih. Dalam rangka menentukan lokasi Andalusia, kita beberapa kali survey ke desa-desa di daerah Gunung Kidul. Survey pertama gue berangkat bareng Okky, ditemani oleh Syekh Ali sebagai guide. Survey berikutnya, kita ke Dusun Ngelo, Desa Petir, Kec. Rongkop, Gunung Kidul. Thanks to Kak Dewan, JMF angkatan 2010 sekaligus Kadogama terkece, yang sudah memberikan referensi lokasi dan menemani kita survey beberapa kali. Di Desa Petir inilah nantinya Andalusia bakal digelar.

Kalo ga salah, kita silaturahmi ke sana sebelum acara itu sampe tiga kali. Yang berangkat selalu sama: gue, Okky, Aufi, dan Lintang, kadang ditemenin Kak Dewan. Di sana, kita numpang di rumah salah satu takmir masjid, Pak Tar. Selama tiga kali survey lokasi, survey squad sempet nginep di sana, kulonuwun sama pak dukuh, ikut panen ketela, ikut ngajar ngaji, treking ke bukit-bukit, sampe ada tragedi helm kesemutan dan ban motor pecah pas perjalanan pulang.


Survey Squad: Gue, Aufi, Lintang, Okky, Bang Dewan

Singkat cerita, segala persiapan sudah kita usahakan. Demi meminimalisasi konflik (dalam dua Andalusia sebelum ini, selalu terjadi konflik yang mengakibatkan kegiatan nggak berjalan lancar), gue sampe menunjuk empat “jenderal” yang gue anggep paling ngerti acara ini. Mereka adalah Aufi, Lintang, Okky, dan Yaya. Mereka bertugas buat menggantikan peran gue agar kegiatan tetap berjalan, in case nantinya gue menghilang karena suatu hal.

Kalo diinget-inget, persiapan Andalusia emang mayan hectic, tapi boleh dibilang sangat menyenangkan. Gue jelas nggak hectic sendirian. Ada temen-temen panitia dan kating lainnya yang membantu dengan usaha maksimal demi terlaksananya kegiatan ini. Kalo boleh ngaku, gue justru merasa kerja gue dikit karena antusias dan semangat temen-temen. Semua memberikan kontribusi terbaik sesuai porsinya masing-masing. Special thanks to para PH Andalusia karena udah jadi tim yang super solid, menyenangkan, amanah, dan saling bantu. Salut!

H-2 acara, gue bikin ini dong buat nyemangatin diri gue sendiri dan para koor. Hai, kalian masih pada inget ini ga? Wkwk.


Bersambung ke Part 2...

Friday, October 12, 2018

Yaya


Well, berhubung lama gak update, jadi udah lama banget ya gue nggak ngomongin orang lagi di blog ini. Kali ini, rubrik profile kembali hadir menceritakan sesosok manusia secara subyektif dan semena-mena. Kalo selama ini gue selalu nyeritain tentang temen-temen di IC, kali ini gue bakal mendeskripsikan salah satu temen kuliah gue.

Kenalin, ini yaya.
Heh bukan yaya yang itu -_- Yaya di bawah ini yang gue maksud hehe.


Gue pernah mencoba stalking, kemudian menemukan kenyataan bahwa orang ini sangat susah dicari jejaknya di internet. Jadi, mungkin, tulisan nggak penting ini bisa jadi referensi kalo kalian ada yang kepo sama sosok satu ini. Kalo ada.

Amalia Khusnaya alias Yaya ini adalah mahasiswi Manajemen Kebijakan Publik UGM 2015. Dia berasal dari kalangan Magelang atau Mahasiswa Gemar Pulang. Gue kenal ukhti yang satu ini dari Jamaah Muslim Fisipol (JMF), sebuah organisasi dakwah kampus yang mengizinkan gue menjadi parasit di sana selama ini.

Berhubung seangkatan di JMF, harusnya gue udah pernah ketemu sama dia paling nggak pas Latihan Kepemimpinan (LK) 1. Tapi, waktu itu gue belum terlalu ngeh sama doi. Mungkin dia masih agak pendiem waktu itu. Seinget gue, Yaya belum telalu aktif banget di JMF pas tahun pertama. Dia bukan termasuk anak yang sering nongol di sekre, jadi gue belum terlalu kenal sama dia.

Gue baru beneran kenalan sama dia tu pas acara kultural angkatan di rumah Fella. Metode kenalan gue waktu itu lumayan nggak biasa. Gue melihat sebuah jaket JMF dengan tulisan Amalia Khusnaya tergeletak di sebuah kursi. Berhubung gue penasaran mana sih yang namanya Amalia Khusnaya, gue pake jaket itu dan muter-muter di rumah sambil nyebut-nyebut nama itu. Dan di situlah kita akhirnya kenalan.

Sampai saatnya gue dapet amanah buat ngurusin Andalusia, kegiatan Idul Adha JMF. Gue gerilya mencari temen-temen JMF 2015 yang bersedia bantu gue jadi koordinator divisi buat acara ini. Waktu itu, gue punya keinginan buat narik temen-temen gue yang sehari-harinya jarang kelihatan di JMF. Maksudnya buat menggali potensi kader di angkatan gitu. Yaya pun gue tarik jadi koordinator divisi humas berkat saran dari Aul.

Yaya menjadi salah satu koor yang paling gue andalkan selama ngurusin Andalusia. Dia yang ngurusin kontak sana-sini, cari sohibul qurban, fundrising, oprec panitia, dll. Selain menjalankan tugas humasnya dengan sangat baik, doi juga menyumbangkan tenaga dan pikirannya buat acara, sampe hal-hal kecil kayak woro-woro di grup panitia. Oiya, gue inget banget pernah hampir berantem sama dia di sekre karena suatu hal haha.

Habis kelar Andalusia, Yaya pun jadi lebih aktif di JMF sampe dapet amanah di pengurus harian sebagai Kadept Humas. Sejak itu, Yaya gue kenal sebagai salah satu akhwat yang jadi temen baik di JMF. Nogkrong di sekre, partner nitip batagor, sering makan sama jalan bareng nakanak JMF, dan sempet jadi panitia inti bareng lagi di RDF.

Jalan-Makan-Foto pasca RDF

Masa-masa persiapan KKN pun tiba. Singkat cerita, gue sama Yaya sepakat buat jadi tim pengusul bareng di Randangan, Pohuwato, berkat referensi dari Mbak Sekar. Mulailah kita nyari temen tim pengusul lain, konsul sama kating pendahulu, mampus gue ditunjuk jadi kormanit, kontak DPL, oprec anggota, merencanakan program, sambat, sampe berangkat dan selesai KKN.

Yaya gue tunjuk jadi sekretaris, tapi dalam perjalanan berasa dia yang jadi kormanit wkwk. Dia banyak bantu ngurus administrasi (hampir semua dia yang ngurus bahkan), ngingetin ini itu, teman curhat dan sambat, dll. She’s really my partner.


Sekian kronologi pertemanan kita. Sekarang, saatnya masuk ke sesi ghibah.

Bagi gue, Yaya ini orang yang profesional dalam kerja. Meski kadang baperan, tapi dia selalu berusaha melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Dia orang yang pintar, teliti, kritis, dan mayan perfeksionis. Kadang lo bakal menemukan momen-momen di saat dia terlihat galak. Meski begitu, Yaya adalah teman yang sangat menyenangkan buat siapa saja.

Anyway, semangat menyelesaikan tugas akhir Yaya! Utang gue buat nulis tentang lo di blog gue lunas ya wkwk. Inget pesan gue buat memperbanyak khusnudzon dalam menghadapi segala masalah. Stay true on yourself, tetap lakukan apa menurut lo bener dan bermanfaat. Oiya, jangan bosen jadi temen gue ya ;)

Wednesday, October 10, 2018

Sheila On 7 - Terima Kasih Bijaksana


Wow, udah lama banget gue ngga nulis di blog ini ya ._. Gue mau sambat nih. Gak penting-penting amat sih sebenernya. Tapi daripada cuma ngendep sendiri, mending gue tulis aja yaps.

Tumblr mana tumblr. Duh biasanya kalo cerita kek gini ini tempatnya di tumblr haha. Sayang udah diblokir ya :’)

Well, cerita di sini juga gapapa. Berkat kegabutan yang sangat, belakangan ini gue jadi suka galau mikirin jodoh gitu deh. Di mana dia, siapa dia, semua masih misteri. Fase yang wajar menurut gue, jadi dinikmatin aja wkkw.

Btw, di tengah-tengah usaha untuk mulai memikirkan nasib skripsi, gue menemukan lagu ini: Sheila On 7 - Terima Kasih Bijaksana. Berdasarkan terjemahan gue yang tidak mendasar, lagu ini seperti bercerita tentang betapa beruntungnya seorang pria karena mendapatkan seorang wanita yang mau memahaminya dan mencintainya, apa adanya. Pria yang liar dengan egonya ini telah roboh oleh pesona sang wanita. Kemudian, ia menuliskan lagu ini. Sweet mampus sih menurut gue.

Here’s the lyrics~

Percaya apapun yang akan terjadi nanti
Kau tetap pesona rahasia di lagu ini
Tak peduli berapakah berat badanmu nanti
Kau tetap yang termuach di hati

Kuakui ku tak hanya hinggap di satu hati
Kutakuti ku terlalu liar tuk dimiliki
Walau begitu semua hanya persinggahan egoku
Dan sikapmu tlah merobohkan aku

Dan waktu pun terus berlari
Dan aku pun semakin mengerti
Apa yang akan kuhadapi
Apa yang akan aku cari

Aku tuliskan lagu sederhana
Untuk dirimu yang sangat bijaksana
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya
Apa adanya

Dan waktu pun terus berlari
Dan aku pun semakin mengerti
Apa yang akan kuhadapi
Apa yang akan aku cari

Aku tuliskan lagu sederhana
Untuk dirimu yang sangat bijaksana
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya

Aku goreskan lirik sederhana
Untuk dirimu yang sungguh mempesona
Memahamiku dan mencintaiku apa adanya
Apa adanya


Saturday, March 24, 2018

Candu Itu Bernama Kumpul, Sama Kalian.


Tumblr mana Tumblr ._. Awsyit udah diblokir ya. Kalo galau-galau gini biasanya di Tumblr nih -_- Yaudah deh di blog aja gapapa yak wkwk.

Tepat pagi ini, aku membuka obrolan di chatroom Astonic Jogja. Niatnya mau ngajak kumpul. Buat mencuri perhatian, aku sampe harus bohong segala kalo ada hal penting yang mau kuomongin. Padahal mah ya ga ada apa-apa. Cuma pengen kumpul aja. Rasanya, udah lama banget Astonjog kagak ada kumpul-kumpul. Mumpung ada momen menjelang UTS, jadi bisa sekalian doa bareng.

Rencananya aku mau ngajak makan siang gitu, soalnya sore sampe malem aku jadi panitia acaranya Paguyuban KSE UGM di desa mitra dan jadi moderator sosialisasi. Tapi, ternyata anak-anak pada bisanya malah malem. Oke, di titik ini aku berharap temen-temen bisa tetep jadi kumpul meski, meski, (hiks), meski aku yang ngajak sendiri gabisa ikut.

Gara-gara paket dataku habis, sejak habis Ashar aku mulai gabisa buka medsos. Singkat cerita, abis acaranya kelar sekitar jam 10 malem, aku balik ke Fisipol buat ambil sepeda. Memanfaatkan wifi kampus, aku mulai buka Line dan menemukan foto-foto begini di grup Astonjog:


And it feels like :’)


Aku mendadak baper. Tolong. Kenapa ini wkwk.

Jujur sebenernya aku seneng. Seneng banget. Seingetku udah lama Astonjog kagak kumpul sebanyak ini. Apalagi orang-orang yang biasanya jarang nongol, tadi pada ikut kumpul. Alhamdulillah, kumpulnya angkatan SMA di tahun ketiga ini sungguh merupakan sebuah karunia yang luar biasa mahal.

Tapi aku juga sedih, gengs, karena gabisa ikut kumpul bareng kalian :”))

Padahal bagiku, kumpul sama kalian tuh udah kayak kebutuhan. Kayak narkoba, candu. Sial, aku melewatkan satu dosis di saat aku lagi butuh-butuhnya. Makin sakitnya, belum tentu aku bisa dapet kesempatan kayak gini untuk berbulan-bulan ke depan. Tapi, ya mau gimana lagi. Toh aku juga ikut seneng kok liat kalian kumpul tadi :’)

Jadi inget potongan lirik lagunya Alan Walker: “You’re the drug that I’m addicted to, and I want you so bad. But I’ll be fine.”

NB: Btw, maaf aku harus nulis ini. Biar lega wkwk. Bahaya kalo masih ada yang ngeganjel padahal ada paper dan resume buku menanti untuk diselesaikan ._.v


Thursday, March 1, 2018

Minta Maaf Aja Terus

Bismillah...

Setelah posting sebelumnya aku minta maaf gara-gara udah lama ga update blog, maka di posting kali ini aku harus minta maaf lagi ._.v Udah hampir delapan bulan blog ini ngga diupdate, dan aku sendiri malah lebih seneng update di tumblr wkwk.

Posting kali ini ingin menandakan niat kuatku buat kembali ngisi blog ini. Atau paling ngga, posting ini menandakan adanya sedikit perubahan pada blog ini, kayak perubahan tema blog dan perubahan bahasa. Kalo biasanya pake gue-gue-an, maka mulai posting kali ini aku pake aku-kamu biar lebih hehe. Hehe.

Sekian.

Oiya ini ada bonus kata-kata mutiara biar hidup kalian makin semangat ^_^)9