Sunday, October 21, 2018

Andalusia 1437 H dan Segala Hebeh-Hebehnya (Part 3)

... Sambungan dari part 2.


Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Laa Ilaaha Illallahu Allahuakbar, Allahuakbar Walillahilhamd.

Tibalah kita di hari raya Idul Adha 1437 H, sekaligus merupakan hari terakhir dari seluruh rangkaian Andalusia. Selepas sholat subuh, temen-temen pada bersiap buat sholat Ied. Ada yang mandi, ada juga yang nggak wkwk. Sholat Ied dilaksanakan di masjid. Selesai sholat Ied dan mendengar khutbah, kami bersalam-salaman dengan seluruh warga. Suasana yang sangat syahdu.


Daaaannn ini dia bagian favorit gue, acara puncak, substansi inti dari seluruh rangkaian Andalusia: perkambingan! Selepas sholat Ied, kita semua langsung bersiap buat potong-potong hewan kurban. Mengasah pisau, gali lubang darah, pasang instalasi pengulitan, dll. Pemotongan hewan kurban pun digelar mulai dari penyembelihan, pengulitan, pencacahan, sampe bersihin jeroan. Anak-anak juga sempet nyate di sela-sela pemotongan. Nggak cuma yang di lapangan. Dapur pun mengepul, seluruh panitia konsumsi dan ibu-ibu sibuk di sana menyiapkan ransum.

Ini calon gule, yang belakangnya calon tongseng

Awas ntar salah potong pak


Serius banget itu mukanya wkwk






Nyate dulu bos!

Simbok-simbok bergulat dengan bumbu dapur

Mbak-mbak belakang layar yang mumet administrasi

Daging kurban siap dibagikan

Gue inget betul. Suasana pagi itu sangat menyenangkan. Di sini, panitia, volunteer, dan warga saling bahu membahu. Ohiya, kating dan alumni JMF juga pada dateng. Mulai dari angkatan 2010-2016 hadir buat menikmati suasana Idul Adha bersama.  Susah mendeskripsikan suasana pada pagi hari itu. Yang kayak begini ini yang bikin aku selalu rindu sama Idul Adha, sama Andalusia.

Panitia, volunteer, dan warga desa

Special mention to squad komunikasi (in frame: 2012-2016)

Singkat cerita, seluruh kegiatan selesai sekitar siang. Setelah puas menyantap menu kambing, becanda, dan foto-foto, kami semua pulang. Semua, kecuali gue sama Faisal. Waktu itu, ada sedikit permasalahan terkait hewan kurban yang telat dateng. Kita berdua tinggal buat menyelesaikan masalah ini bareng Pak Tar. Setelah ada kesepahaman, kami sholat ashar, lalu pulang.

Pas perjalanan pulang, gue ngobrol sama Faisal. Gue sempet nyeletuk, “Sal, gue melihat proyeksi PH JMF tahun depan ada di PH Andalusia ini.” Waktu itu, gue cuma asal ngomong aja, nggak ngerti juga siapa bakal jadi apa. Tapi, gue merasa kalo orang-orang yang ada buat Andalusia ini punya potensi besar buat jadi PH JMF. Tebakan gue nggak terlalu jauh meleset. Dari 10 PH Andalusia, cuma gue sama Dina yang nggak jadi PH JMF 2016/2017.

Anyway, nostalgia tentang Andalusia selalu menjadi hal yang sangat emosional buat gue. Pertama, gue join JMF gara-gara gue terkesan sama Andalusia yang gue ikutin pas masih maba (1436 H). Terus, di Andalusia 1437 H inilah pertama kalinya gue pegang suatu kegiatan pengabdian masyarakat yang mayan gede dan melibatkan mayan banyak orang. Lebih dari itu, gue merasa beruntung banget punya tim yang luar biasa hebat dan selalu support sejak awal, selama persiapan, pas pelaksanaan, sampai akhirnya terselenggara. Terima kasih banyak buat JMF dan teman-teman semua karena udah ngasih gue kesempatan dan pengalaman yang super berkesan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Gue sadar betul kalo Andalusia 1437 H masih banyak cacadnya. Tapi, gue boleh berbangga karena Andalusia tahun tersebut menjadi peletak pondasi bagi Andalusia tahun-tahun selanjutnya. Evaluasi dan inovasi terus dilakukan demi terselenggaranya Andalusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat di kemudian hari. Gue bersyukur karena masih bisa dipertemukan dengan suasana Idul Adha bersama warga Desa Petir dan teman-teman JMF hingga dua tahun berikutnya. Semoga Andalusia ke depannya (kalo masih ada wkwk) selalu selalu bisa memberikan manfaat bagi sesama :)

Fin.

No comments:

Post a Comment