Friday, March 22, 2019

Mengukir Aksara, Merawat Makna


Aloha!

Kali ini gue mau nulis random aja sih. Gue cuma pengen selebrasi aja, karena akhirnya blog ini perlahan mulai terisi dengan cerita-cerita baru. Yeeyy!

Meletakkan foto secara random dan tidak nyambung dengan isi konten, bcs y not

Yah. Gue akui, gue memang sempet semi-vakum nulis blog dalam jangka waktu yang lumayan panjang. Padahal selama di IC gue lumayan rajin nulis cerita-cerita, mulai dari yang ga penting sampe yang sangat ga penting. Hampir semua kejadian dan memori bersama teman-teman tertuang di blog ini. Dengan segala keterbatasan akses laptop dan internet waktu itu, gue malah semangat buat terus menelurkan kisah-kisah baru.

Alhasil, banyak banget kenangan yang terekam di blog ini. Sekarang kalo pas lagi suntuk, kadang gue buka blog ini dan baca-baca tulisan lama gue. Banyak banget kenangan sejak MTs sampe IC yang terukir di sini. Suka sampe senyum-senyum sendiri kalo ngebaca ulang postingan lama.

Baru-baru ini gue sadari juga. Ternyata gue sempet memberikan inspirasi bagi temen-temen dan orang-orang di luar sana lewat blog ini. Bahkan mereka yang nggak gue kenal. Blog ini nggak cuma terkenal di kalangan anak MAN ICS, tapi dibaca juga sama adek-adek kelas di MTs 2 Kediri. Bahkan konon blog ini sampai viral di MAN IC Gorontalo.

Sayangnya, sejak kelas XII akhir dan menjelang kuliah, gue mulai males nulis lagi. Masuk kuliah, makin males nulis dah tuh. Sangat miris ketika mengetahui bahwa di tahun 2016 hanya ada satu postingan dan di tahun 2017 hanya dua postingan.

Padahal, selama kuliah ini, banyak banget cerita yang bisa dibagikan. Gue menemukan rumah-rumah baru, berkawan dengan banyak teman yang menyenangkan, mengalami banyak hal yang bikin gue belajar, menapaki perjalanan-perjalanan yang mengesankan, dan banyak lainnya.

Yah, mungkin sekarang nggak semua orang masih baca blog. Orang-orang jelas lebih suka update di Instagram dan mulai meninggalkan blogspot model begini. Tapi gapapa. Tujuan utama gue nulis disini bukan biar dibaca orang dan jadi terkenal. Apalagi nyari duit dari sini. Oke, dulu eksistensi memang jadi tujuan utama gue nulis blog. Tapi sekarang, mungkin tujuan itu sudah sedikit bergeser.

Gue nulis karena gue pengen merawat makna. Gue ingin merekam kenangan-kenangan selama kuliah ini untuk bisa dibaca ulang di kemudian hari. Intinya, lebih kepada menulis untuk diri sendiri. Menulis untuk menulis.

Karena itulah, belakangan ini gue mulai nulis lagi. Perlahan, satu per satu memori coba gue gali lagi. Kemudian coba gue tuangkan dalam kata-kata, aksara demi aksara. Meski nggak semuanya bisa terdeskripsikan dengan sempurna, tapi gue lega banget. Gue puas, karena akhirnya blog ini terisi lagi. Mungkin bisa dibilang ini semacam Raka Bercerita: Reborn.

Wkwk apasi gaje.

Oiya. Gue baru nyadar juga kalo ternyata ada beberapa follower baru di tengah-tengah masa vakum kemaren. Entah apakah di antara kalian ada yang beneran ngebaca atau ngga, but I’m glad to know that you’re here. Oh, dan hai juga, buat semua pembaca yang sempat mampir kemari. Selamat datang di Raka Bercerita!

Saturday, March 9, 2019

Komunikasoleh


Hellaawwww!

Masih dalam suasana nulis tentang JMF, kali ini gue mau ghibahin empat temen gue sekaligus dalam satu posting. Mereka adalah Okky, Mail, Ridho, dan Rama.

Abaikan tiga mbak-mbaknya. Gue cuma mau cerita tentang lima perjaka.

Anw, sebenernya judul posting ini bukan karena kami mendaku diri sebagai anak komunikasi yang paling soleh. Nggak gitu. Menurut gue, manusia tidak berhak menilai kesolehan seseorang, apalagi diri sendiri. Itu adalah haknya Yang Maha Kuasa. “Komunikasoleh” sendiri merujuk pada grup Line yang isinya cuma kami berlima. Begitu adanya, mungkin karena label “JMF” yang dilekatkan pada kami berlima.

Yaps. Kami pertama kali bertemu di Constellation, angkatan 2015-nya Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Tapi, kami baru mulai terikat saat mendapati bahwa kami sama-sama sering bercengkrama di musola Fisipol. Setelah sama-sama masuk JMF, kami mulai sering nongkrong di sekre. Di saat kebanyakan temen-temen jurusan lain menghabiskan waktu jeda kuliah di sansiro atau selasar BA, kami otomatis langsung menuju sekre. Mereka pun jadi lingkaran pertemanan pertama gue di kampus. Temen makan, temen jalan, temen duduk di kelas, temen nongkrong di musola atau sekre, sampe temen meracau tentang masa depan.

Oiya. Ada cerita menarik nih. Pada suatu masa saat masih maba, kami pernah jalan-jalan naik sepeda bareng ke ke daerah Sendowo. Gue nggak inget pasti, waktu itu kami lengkap berlima apa nggak. Sambil bersepeda, kami meracau tentang mimpi-mimpi kami. Tentang akan jadi apa kami setahun atau dua tahun ke depan di kampus.

“Ntar kayaknya kamu yang bakal jadi mas’ul JMF.”

“Gue jadi pimpinan Dema deh.”

“Udah, kamu mas’ul di JS aja. Ntar kita hajar pas musyak.”

“Yang di Komako siapa dong?”

“Liat aja, nanti aku bakal jadi presma!”

Gue nggak inget pasti siapa berkata apa. Namun, kurang lebih seperti itulah ungkapan-ungkapan polos yang terlontarkan. Kami masih maba saat itu. Siapa yang menyangka bahwa setahun, dua tahun, tiga tahun setelahnya, kami benar-benar berada di sana. Minimal sangat dekat lah dengan posisi-posisi itu.

Time goes fly. Nggak nyangka aja kalo masa-masa masih selalu barengan kemana pun itu udah berlalu lama sekali. Masuk semester tiga, kami berpencar ke empat peminatan yang berbeda. Gue dan Mail di public relations, Okky di advertising, Ridho di journalism, dan Rama di entertainment. Seiringan dengan itu, kami juga mulai berpencar ke wadah gerak masing-masing.

Ada yang berkarir di Komako, ada yang jadi mas’ul dan kadept di JMF, terus pimpinan Dema, kadept di JS, MWA-UM (yang ini ga nyangka banget sih wkwk). Tanpa janjian, tiga dari kami jadi kormanit KKN di daerah yang berbeda. Bahkan sampe tahun akhir kayak gini aja masih ada yang jadi Menko BEM KM. Ga cuma di kampus, ternyata mereka berempat pada aktif juga di luar. Entah itu organisasi mahasiswa ekstra, komunitas skala nasional, gerakan sosial kemasyarakatan, lomba-lomba, dll dll. Gue? Kalo gue sih sibuk nyantai di kontrakan wkwk.

Meski dengan kelas dan kesibukan yang berbeda-beda, kami masih sering bersua. Mau bagaimana lagi. Kami bertemu di rasi bintang yang sama, dibesarkan di rumah yang sama pula. Meski berkarya dan bersinar di belantara yang berbeda-beda, hakikatnya kami masih anak komunikasi JMF. Namun, di tahun akhir kuliah begini, mulai kerasa kalo kesibukan masing-masing membuat kami jadi lebih jarang bertegur sapa.

Yah, mungkin semua memang ada masanya.

Well.

Walaupun kami satu squad, tapi gue punya kesan unik lho buat masing-masing dari mereka. Nih, gue ceritain satu-satu ya.

1. Okky


Okky Tria Kurniadi. Anak pesisir Tulungagung ini emang udah dangdut dari sononya. Hafal lagu-lagu dangdut sejak jaman Sagita Asolole sampe Nella Kharisma (termasuk dangdut banyuwangian dan campursari). Piawai bermain kendang. Kalo naik motor ngebutnya Naudzubillah. Dibalik sikap cueknya, sebenernya dia peduli dan agak baper (hehe peace). Suka ngereceh, tapi seringkali terlalu garing sampe gue sendiri bingung mau ngerespon apa. Dia masuk komunikasi dan mengambil peminatan advertising.

Kalo diinget-inget, Okky adalah temen terdekat pertama gue di bangku perkuliahan. Mungkin karena sama-sama dari Jawa Timur, jadi gue paling gampang konek sama doi. Saat diberi amanah buat pegang Andalusia, gue langsung nge-tag ini anak buat jadi partner gue. Dia nemenin gue survei pas awal-awal, nyusun konsep awal, cari-cari tim inti, sampe jadi jenderal perkap dan akotrans.


Okky juga sangat gayeng di kultural JMF. Demi mewadahi aspirasi dan keresahan yang ia rasakan, JMF sampe pernah bikin forum berkeluh kesah antar dua angkatan (2015 dan 2014) di mushola lama. Hingga di kemudian hari, Okky terpilih menjadi Mas’ul JMF. Cie.

Mari kita bahas dia aktif di mana aja (setahu gue ya). Tahun pertama aktif di JMF divisi IMF dan staff BEM KM. Tahun kedua jadi Mas’ul JMF, ketua semacam paguyuban alumni PPB (Pelatihan Pemimpin Bangsa), ketua panitia PPB #11, dll (mampus sibuk banget wkwk). Selanjutnya dia aktif di suatu gerakan sosial yang entah gue kurang faham, plus kormanit KKN di Bengkulu. Sekarang, dia masih aja sibuk jadi Menteri Koordinator (Menko) BEM KM Bidang Kemasyarakatan. Dan mungkin ada beberapa lainnya yang terlewat. Wow, berderet-deret!

Bisa dilihat bahwa dari semua organisasi dan kesibukannya yang sangat bejibun itu, nyaris gaada yang beririsan sama gue. Kecuali JMF mungkin. Teman terdekat pertama, sekaligus yang pertama juga mengambil persimpangan jalan berbeda. Biarpun begitu, kami masih rajin berdangdut ria setiap kali ada kesempatan. Ky, jangan lupa lulus ya! Wkwk.

2. Mail


Ismail Yusuf. Lulusan SMK Pelayaran dari Purworejo. Anak ini sempat viral karena semboyannya “kuy mangkat” dan “santay kayak di pantay”. Dia emang anak salah satu anak paling easy going yang gue kenal. Pejabat dan terkenal seantero kampus. Gara-gara dia, gue jadi bisa main gitar dan naik motor kopling. Sebenernya, dia merasa kesasar masuk jurusan komunikasi. Dia semakin kesasar lagi karena masuk ke peminatan public relations bareng gue.

Gara-gara satu peminatan, gue jadi deket banget sama mail dari semester tiga sampe semester lima. Bareng Rara, kita bertiga hampir selalu barengan dalam banyak tugas kelompok di matkul PR. Gue ngerasa cocok aja sekelompok sama mereka. Mungkin karena frekuensi di otak kita sama: kesibukan di luar lebih penting daripada akademik, menjadikan kami bisa saling memaklumi saat ada deadline tugas kelompok wkwk.

Menge-squad bcs sekelompok mulu di kelas.

Di masa-masa itu, gue jadi sering banget nginep di kontrakan Mail, dan dia juga sering nginep di kontrakan gue. Kemana-mana gue juga hampir selalu nebeng dia. Oiya, kami punya suatu hobi “oportunis” yang sama. Kami rajin berburu acara-acara seminar atau workshop yang gratis dan ada makan siangnya. Prasmanan adalah terget utama kami saat itu.

Tapi, di luar kelas, derajat gue beda jauh lah sama dia. Udah aktif di BEM KM dan Dema Fisipol sejak tahun pertama. Terus, belum selesai amanah jadi kadept di JMF, dia udah melompat jadi pejabat kampus sebagai MWA-UM. Mail emang terkenal di lingkup universitas. Saking terkenalnya, tiap gue jalan bareng dia, selalu aja ada yang nyapa, “Mas Mail.” Membuat gue ngerasa jadi remahan cheetos.

Terakhir gue banyak berurusan sama doi itu pas ngurus Kelas Harmoni, sebuah kegiatan sosial yang mempertemukan mahasiswa dengan difabel. Kegiatan ini di bawah naungan SP2KM. Saat itu dia jadi ketua panitia dan gue jadi koor perkap. Berkat acara ini, gue dan Mail jadi pernah bermalam di parkiran wisdom park UGM buat jagain barang-barang kayak panggung, sound system, tenda, dll.


Setelah tiga semester penuh Mail entah di kelas maupun di luar kelas, kami pun mulai mengambil persimpangan jalan dengan arah yang berbeda. Sibuk dengan KKN masing-masing, dia jadi kormanit di Lampung, gue di Gorontalo. Meski intensitas ketemu udah berkurang, tapi kita masih tetep gayeng kok. Pas gue sempro kemaren, Mail sama Rara malah dateng tanpa gue suruh, bawain biskuit-biskuit lucu gitu :’)

3. Ridho


Mochamad Ridha. Berasal dari suatu daerah di Padang yang konon katanya sangat syahdu dengan padang rumput, danau, senja, dan sayup-sayup adzan suraunya yang khas. Orangnya selalu ngegas, pokoknya nggak sah jadi Ridho kalo nggak ngegas. Berpikiran terbuka, tapi awas dia agak licik (wkwk). Sedang terobsesi dengan pola hidup sehat setelah menyadari dia menggendut secara tidak wajar jika dibandingkan dengan awal kuliah dulu. Fyi, dia ngefans Blackpink. Di komunikasi ngambil peminatan Jurnalisme.

Dia adalah salah satu orang yang paling bertanggung jawab atas majunya gue di pemilihan Ketua Komako (Korps Mahasiswa Komunikasi). Oleh karenanya, gue seretlah dia jadi kadiv Litbang di kabinet gue. Sehingga dia harus berpisah dengan mimpinya buat jadi Mas’ul JMF (haha mampus). Kami pun melangkah bersama para pengurus harian dan staff Komako lain untuk mewujudkan Komako yang representatif, memfasilitasi minat keilmuan dan kreatif, serta nyaman untuk semua. Ridho banyak banget bantuin gue di Komako, bikin gebrakan-gebrakan, hingga membawa divisinya jadi divisi terbaik versi grand closing kabinet.

Kabinet Langkah Bersama Komako 2017

Selain di Komako, gue dan Ridho juga menjadi saksi hidup dari pasang surutnya Sintesa, lembaga pers mahasiswa fakultas. Kami juga masih sama-sama rajin ngerecokin JMF kabinetnya Okky. Bedanya, dia juga aktif di BEM dan Dema, kayak Mail. Tahun selanjutnya, dia jadi Pimpinan Dema (Dewan Mahasiswa) Fisipol dari komunikasi. Dan segala kesibukan lainnya yang kebanyakan gue nggak faham wkwk. Sekarang, katanya doi lagi meraba-raba dan mempersiapkan kehidupan pasca-kampusnya.

Masih kurus.

Entah mengapa, di antara tiga anak lainnya, gue ngerasa jadi paling deket sama dia di tahun terakhir ini. Dia jadi sering main ke kontrakan numpang main game online. Kadang sarapan atau olahraga bareng. Teman sambat masalah skripsi, masa depan, asmara (ups), dan gejolak masa muda lainnya. Kebetulan, gue dan dia juga magang di suatu start-up yang sama.

4. Rama


Rama Shidqi Pratama. Anak Sleman asli. Anaknya ceroboh dan suka halu. Meski begitu, dia cerdas dan wawasannya bisa dibilang sangat luas. Di antara kami berlima, dialah yang paling jago masalah desain, fotografi, dan urusan multimedia lainnya. Anak-anak jurusan lain sering salah manggil gue Rama entah mengapa. Di komunikasi, dia ambil peminatan media entertainment.

Sejujurnya gue nggak terlalu inget apakah punya pengalaman personal yang mendalam sama doi. Pas tahun pertama kami satu departemen di JMF, bareng Mail juga. Terus, yang paling berkesan adalah saat kami sama-sama jadi pengurus inti RDF di tahun berikutnya. Agak sweet ketika tiba-tiba dia ngasih surat elektronik buat para pengurus inti RDF yang intinya berisi ucapan berterima kasih. Oiya, dulu Rama punya peran penting sebagai tim kreatif dalam timses gue pas maju Komako.

Rama sempat menggantikan Mail sebagai kadept di JMF. Lalu, karirnya melejit ke tingkat univ setelah ia purna dari amanahnya tersebut. Masih di dunia dakwah kampus, Rama jadi kadept media center Jamaah Salahuddin (JS). Mungkin berkat Rama, akun medsos JS jadi lebih (sok) asik sekarang wkwk. Entah apa kesibukannya kini, sampe sekarang doi masih rajin nge-share postingan medsos JS di grup.

Udah? Yaudah gitu aja.