Sunday, April 14, 2013

Berusaha Mencintai


Gue sempet berpikir. Ya, mikir. Jarang-jarang gue bisa mikir kayak gini. Emang gue mikirin apa sih? Gak tau deh. Gak jelas.

Wow, ternyata sekarang gue udah jadi anak IC bro! Dipikir-pikir, aneh juga. Padahal, ada banyak hal yang mendukung suatu opini, opini bahwa gue gak bakal ada di sini sekarang.  Namun, sepertinya Allah “berserikeras” untuk menjebak gue agar menghabiskan "masa-masa SMA" di “penjara suci” ini. Semoga memang begitu, dan semoga tetap begitu. Amin.

Gue bersyukur. Kalo bukan karena ada di IC, mungkin gue gak akan selamat dari perputaran dunia yang makin alay. Selain itu, gue bisa ketemu sama ratus-ribuan macam karakter yang berasal dari berbagai macam daerah. Gue jadi tau, ternyata ada golongan manusia yang kalo ngobrol pake “lo gue”-an. Dan ternyata golongan itu menganggap orang yang pake “aku kamu” sebagai orang homo. Wow.

Ya, gue belajar banyak hal di sini.

Memang, nggak bias serta-merta gue langsung menerima semua keadaan baru di sini. Gue butuh adaptasi. Dan, acara yang bernama PTS alias Pekan Ta’aruf Siswa benar-benar cukup membantu dalam proses ini.  Gue (hampir) bisa hafal semua nama lengkap cowok seangkatan hanya dalam seminggu. Hebat.

Untuk mencintai lingkungan baru ini (IC tentunya), gue mulai dari yang kecil dulu. Maksudnya? Gue merasa kesulitan kalo harus langsung mencintai IC yang begitu kompleks ini. Jadi, gue mulai mencintai kelompok-kelompok kecil yang gue tergabung di dalamnya. Ya, tentu.

Habis PTS ada kelas matrikulasi. Gue kebagian kelas M-1. Menurut mitos, para penghuni M-1 adalah anak-anak yang jago bahasa arab. Nggak salah sih, kebanyakan temen gue di sini berasal dari pondok dan pada jago bahasa arab. Satu hal yang masih bikin gue bingung. Kenapa gue kok bisa masuk kelas ini? Oh, mungkin kepiawaian gue di bidang laen lebih jongkok. Haha.

Kelas ini adalah hal mengasyikkan pertama yang gue punya di IC. Orang-orangnya asyik-asyik, cepet akrab, hampir gak pernah sepi, dan semacamnya. Kita juga punya tradisi, yakni bagi-bagi makanan. Walau masa matrikulasi udah lama berakhir, namun tradisi itu masih berjalan sampe sekarang. Kita sering ngumpul  cuma buat makan-makan. M-1, satu-satunya kelas matrik di tahun ini yang punya nama dan motto. Neo-Maxis #makansehat.

Beranjak ke tahap berikutnya, yakni kelas sungguhan. Gue “ditaruh” di kelas X-2 dengan absen yang sama seperti pas matrik, 11. Menurut legenda, dari tahun ke tahun X-2 selalu berisi anak-anak yang PD dan asyik. Kerennya mantan ketua kelas X-2 tahun lalu dan dua tahun lalu, keduanya menjadi ketua OSIS. Asik.

Gue tetep butuh waktu untuk bisa cinta sama kelas gue ini. Entah, bahkan dalam beberapa saat gue masih cinta sama Neo-Maxis. Perlahan tapi pasti. Segala pe-er, ulangan, pelajaran, kegiatan, canda, tangis, dan tawa (lebay deh -_-) gue jalani bareng mereka. Gue masih inget gimana kelas gue  mempersiapkan perform dramanya, bupalas (buka puasa kelas)nya, bupatitan (buka puasa tiga angkatan)nya, CIVIC Pedulinya, video klipnya, dan wah, masih banyak lagi. Oke, waktu awal-awal dulu kita emang belom terlalu kompak sih. Namun…

“Terima kasih,” kata ini untuk salh satu acara OSIS yang bernama GAKIC. Gue makin cinta sama kelas seiring dengan makin kompaknya kelas. Dan hal ini bener-bener kerasa pas pertandingan basket cowok lawan XI NS 1 di hari terakhir GAKIC. Semua anggota kelas bisa hadir di pertandingan kelas yang terakhir itu. Perasaan tegang dari tiap anak bersatu pas ngeliat skor yang kejar-kejaran. Namun, kelas kita belom bisa mengungguli kelas yang emang terkenal “kuli” itu. Kita kalah.

Persetan dengan medali yang diperoleh maupun letak di ranking hasil akhir. Kita sudah mencurahkan semuanya untuk acara ini. Lucunya, kita hampir nggak pernah sekompak ini pada acara-acara OSIS lainnya. Aneh.

Alma, Alya, Anggia, Kokom, Nafis, Hani, Hilman, Atik, Cahyani, Lulu, gue, Tika, Aldo, Ihsan, Oya, Aun, Hanif, Sita, Wafi, Ian, Salman, Savira, Syifa, dan Topik. Radixivous Avisenna, Raxivenn.

Sekarang gue lagi dalam masanya mencintai yang lebih besar lagi. Angkatan. Padahal gue sering ngingetin temen-temen untuk solid di angkatan. Ya, gue ketua angkatan yang payah. Gue nggak bisa cerita banyak-banyak tentang angkatan gue. Takut sombong. Gue juga nggak bisa cerita yang aneh-aneh tentang angkatan gue. Takut nyebarin aib. Gue cuma bisa ngasih tau namanya. Astonic Dralen Relaston.

Udah? Udah..

Thursday, April 11, 2013

Happy Satu-Dua Day! (part 1)


12-12-12. semua orang mungkin berpikir kalo itu adalah tanggal yang unik. Namun, itu belum tentu merupakan hari yang spesial. Kecuali bagi kita, anak X-2. Kombinasi angka yang mantep itu bisa kita baca satu dua-satu dua-satu dua. Dan itulah mengapa kita sebut tanggal itu special. Satu-dua, kelas kita sekarang. Oh, bukan. Keluarga kita selamanya.

Kita sudah sadar mengenai tanggal itu beberapa minggu sebelumnya. Tentu kita nggak mau melewatkan momen yang cuma terjadi dalam 100 tahun sekali ini. Inisiatif dan ide-ide mulai bermunculan. Salah satunya langsung kita sepakati, bikin acara 3 angkatan!

Namun, kita menemukan suatu kendala. Tanggal 12 Desember itu ada dalam masanya kita lagi UAS. Okelah, kita sepakat nggak jadi bikin acara di tanggal itu, kita pindah setelah UAS. Walau begitu, kita tetep pengen ngerayain Hari Satu-Dua di hari itu juga. Okelah, lagi-lagi kita sepakat untuk bikin suatu merchandise bertemakan Satu-Dua Berjaya. Kita akan bikin gantungan kunci! Desainnya udah dibikin, terus di-print… Beberapa hari sebelum tanggal 12, bareng-bareng kita guntingin kertas print2an-nya dan kita laminating dengan cara disetrika *(agak primitif ya -_-).

Gantungan kunci itu kita bagikan ke anak-anak kelas X-2 dan kakak-kakak kelas mantan X-2 pas tanggal 12-nya. Benda mungil nan imut ini pun dinobatkan sebagai salah satu atribut kelas Raxivenn. Selain tebar merchandise, malam harinya keluarga Satu-Dua Berjaya juga kita kumpulkan di kiri masjid. Ngumpulnya pun agak gaje. Dengerin Si Topik ngoceh, salam-salaman, diusir Pak Oji, udah. Maklum, besoknya masih ada ujian. Hehehe… (Tentu semua proses itu kita lakukan pas masa UAS).