Monday, December 28, 2020

QWC #5: Yang Kedua

Di postingan kali ini, aku cuma pengen cerita aja kalo tadi habis menjalani tes Swab yang kedua. Insyaallah siap dan pasrah dengan apapun hasilnya nanti (yang harusnya bisa dilihat besok). Semoga negatif sih, supaya bisa cepat kembali ke dunia nyata wkwk.

Oiya dan mau agak pamer juga kalo hari ini aku ngerjain sesuatu! Uhuy, begini-begini masih bisa dong ngerjain kerjaan kantor. Meskipun dikit dan remeh sih, tapi lumayan lah yaa hehe.


Maap yak berantakan banget wkwk

 

QWC #5,

Senin, 28 Desember 2020


QWC #4: Batas

Kali ini mau bahas pemikiran random aja ya. Hehe.

Beberapa waktu belakangan ini, aku cukup sering mendapat kabar kawan-kawan yang sedang struggling menghadapi kerasnya dunia. Ada yang mengeluh, ada yang mempertanyakan batas kemampuannya, ada yang bertanya apakah ia mampu melewatinya. Ya, kupikir wajar saja, ini memang masa sulit bagi sebagian besar manusia yang hidup di bumi.

Aku jadi mikir. Selama aku hidup ini, kayaknya aku belom pernah mendapati diriku berada di posisi yang benar-benar di limitnya. Entah itu limit kesabaran, kemampuan, atau apapun itu. Of course, I’m struggling for something, tapi kayak belom pernah sampai berpikir, “Aku mampu ga ya?” ya karena masih merasa mampu-mampu aja dalam menghadapi apapun.

Kemampuan yang aku yakini itu bukan berasal dari diriku sendiri ya. Tentu saja tiada daya dan upaya melainkan dari Allah. Lalu aku yakin, aku punya orang-orang baik di sekelilingku yang bisa menguatkan aku. Itu yang kusebut merasa mampu. Karena kalo bersandar hanya pada kemampuan diri sendiri, sudah jelas diri ini sangat terbatas. Namun aku yakin, semesta tahu caranya membuat batasku menjadi tak terbatas.

Oke, bergeser ke hal random lain. Tadi habis ngobrol dengan salah seorang kawan yang sedang berjuang menghadapi badai dalam kehidupannya. Ia berkata, “Badai pasti berlalu, kan?” Dengan segala hormat, ingin kukatakan bahwa aku kurang sepakat dengan gagasan itu. Mengapa?

Menurutku, pernyataan optimis itu justru seperti membuat kita bergantung pada berlalunya sang badai. Badai mungkin akan berlalu, tapi bisa jadi suatu saat ia akan datang lagi dengan daya hancur yang lebih hebat. Siapa yang tahu, kan. Jadi aku lebih memilih untuk menanamkan bahwa “Badai datang untuk menguatkan kita.” Setidaknya, dengan berpikir seperti itu, kita jadi tidak terlalu bergantung pada tenangnya alam semesta dan bisa merasa siap dengan segala jenis badai.

Bisa jadi, badai yang datang itu justru membuat kita sadar akan batas kita. Lebih dari itu, ia mampu mendorong kita untuk melewati batas kita untuk menjadi lebih dan jauh lebih kuat lagi di kemudian hari. Masalah mungkin tidak akan berhenti menghampiri kita. Jalan di depan mungkin tidak akan jadi lebih mudah. Tapi ketahuilah, pada saatnya kita pasti akan menjadi lebih kuat untuk menjalaninya.

Dan jika kau benar-benar merasa berada di titik sulitmu, ingatlah janjiNya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Jadi, selama kamu masih menghadapinya, berarti kamu masih mampu dong! Yeayy!!!

Semangat untuk siapapun kamu yang sedang berjuang! Tetap melangkah kawan. Karena jika kamu tak melangkah lagi, berarti kamu akan berhenti. Ea.

 

QWC #4,

Senin, 28 Desember 2020 

Sunday, December 27, 2020

QWC #3: Hehehe

Tuh kan, baru hari ketiga aja udah bolong postingnya wkwk. Dasar emang Raka ini, susah banget diajak istiomah. Mohon maklum ya pembaca, berhubung kemarin kabar kalo aku positif baru beredar ke masyarakat, jadi mayan banyak fans yang menghubungi nanyain kabar. Jadi seharian kemarin banyak nelpon dan video call sana sini. Seneng deh, banyak yang mendukung dan mendoakan. Alhamdulillah.

Tentu saja kami saling memberi kabar. Dari situ, aku menyadari bahwa setiap dari kami memiliki jalan juang dan ujiannya masing-masing. Ada yang sedang diuji dengan amanah akademiknya, ada yang diuji dengan masa pencarian kerja, ada yang sedang berjuang mengasuh keluarganya, ada yang baru menapaki perjalanan baru di tanah orang, dan lain sebagainya. I was feeling glad to know that my friends are doing really great in their own way. Dan kalian tahu apa yang lebih indah dari itu? Aku menyadari betul bahwa kami saling mendoakan.

Yeah. Dari sini aku teringat akan salah satu potongan kalimat dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang ustadz terkenal. Bunyinya, “Ukhuwah itu bukan pada indahnya pertemuan, tapi pada ingatan seseorang terhadap saudaranya di dalam doanya.”

Well, apa pun yang sedang kalian hadapi, aku harap kalian selalu bisa melewatinya dengan uhuy!



Astonjog dan Embun Netes, keluargaku yang paling luv luv wes pokoke!


QWC #3,

Ahad, 27 Desember 2020

Friday, December 25, 2020

QWC #2: Melihat Semesta

Kali ini aku mau cerita soal salah satu fasilitas hotel yang sangat tidak aneh, yakni TV kabel. Meski tidak aneh, namun tentu saja TV kabel ini menjadi salah satu fasilitas “mewah” bagiku yang bahkan sangat jarang menonton TV sehari-harinya. Apalagi TV kabel.

Setiap kali lagi nginep di hotel dan pengen nyalain TV, aku pasti langsung tertuju pada channel National Geographic Wild alias NatGeo Wild. Ya, semacam cabangnya NatGeo yang secara spesifik membahas tentang kehidupan satwa liar di alam bebas.

Sedari kecil, aku memang sudah menyukai konten-konten berbau hewani. Dulu, setiap Bapak nawarin buku bacaan, aku selalu minta dibelikan buku pengetahuan hewan atau dinosaurus. Setiap nginap di rumah eyang, aku selalu request untuk didongengi cerita-cerita fabel macam Si Kancil, Kelinci vs Kura-Kura, dan sebagainya. Dan of course, NatGeo Wild menjadi favoritku setiap kali nemu TV kabel.

Sayangnya (cie sayang), di hotel tempatku isolasi kali ini gaada NatGeo Wild dong. Hiks. Sedih. Ga ding, lebay. Hahaha.

Aku pun menerima kenyataan dengan menonton induknya si NatGeo Wild, yakni NatGeo itu sendiri. Di NatGeo, konten yang ditampilkan lebih luas lagi. Mereka membahas budaya dari berbagai daerah, keindahan lansekap di berbagai negara, sains, sejarah, hingga otomotif. Well, tetap menjadi tontonan yang menghibur dan seenggaknya lebih bermanfaat lah.

Acara kesukaanku tentu saja saat mereka menampilkan keindahan lansekap di berbagai negara serta budaya yang berkembang di sana. Kayak asik aja gitu, oh ada ya di daerah ini orang-orang yang hidup dengan cara kayak gitu. Oh, di daerah situ ada ya pemandangan seindah itu. Kemudian aku random berpikir, “Wah, beruntung sekali aku. Nggak perlu jauh-jauh pergi ke sana, udah bisa menikmati keindahan daerah lain dari TV.” Mana hasil shoot-nya NatGeo kan udah pasti bagus-bagus yak.


Ya Allah, jadi pengen suatu saat nanti bisa beneran datang dan mengalami sendiri perjalanan untuk menemukan pemandangan-pemandangan indah itu. Pengen bisa melihat betapa indahnya semesta ciptaanMu ini dengan mata kepala sendiri. Yha, diniatin dulu gapapa ya, siapa tahu nanti bisa beneran direalisasikan ;)

 

QWC #2,

Jumat, 25 Desember 2020

Thursday, December 24, 2020

QWC #1: Quarantine Writing Challenge

Okay, I don’t know how to start this. So maybe I’ll just let it flow.

Anggap saja cerita ini berawal di hari Senin kemarin, saat pimpinan di kantorku menginstruksikan semua karyawan untuk melakukan tes Rapid. Bukan tanpa alasan, beberapa waktu belakangan ini memang banyak orang di kantor yang jatuh sakit. Untuk memastikan situasi, kami pun melakukan tes Rapid. Dari situ, didapatilah 3 orang dengan hasil reaktif, termasuk aku.

Oke, para reaktif tadi langsung diarahkan untuk melakukan tes Swab keesokan harinya. Hari Selasa, kami bertiga berangkat ke RS rujukan perusahaan di Surabaya. Hasilnya baru bisa diketahui satu hari berikutnya, jadi kami menginap di hotel andalan perusahaan malam itu. Ya sudah, malam itu aku bersantai saja menikmati kamar hotel. Tidak terlalu khawatir apalagi deg-degan menanti hasil tes Swab.

Apapun hasilnya, aku merasa siap-siap saja. Kalau misal negatif, berarti besoknya aku bisa sekalian pulang ke Kediri dalam rangka liburan, of course. Kalau positif, ya mau tidak mau harus menjalankan prosedur berikutnya yakni isolasi mandiri. Aku sendiri merasa dalam kondisi yang sangat sehat hari itu. Tapi kalau memang ternyata hasilnya positif, aku sudah persiapan buat isolasi mandiri.

Dan seperti yang bisa kalian tebak dari judul posting ini: hasilnya positif. Dari tiga orang yang kemarin tes Swab, ada dua orang yang positif dan itu termasuk aku. Bye libur panjang di rumah, aku harus isolasi dulu~

Sembari menunggu jadwal swab 5 hari lagi, aku diisolasi di sebuah hotel di Surabaya. Makan 3 kali sehari sudah ditanggung dan diantar ke kamar. Katanya juga dapat fasilitas laundry yang diangkut tiap Rabu dan Jumat. Yang agak di luar ekspektasi adalah, aku sekamar sama seseorang yang sama-sama positif dari perusahaan lain. Padahal awalnya aku ngira kalau isolasi mandiri tuh ya bener-bener bakal sendirian di dalem kamar. Tapi gapapa sih, jadi ada temen ngobrol hehe.

Ya, anggep aja isolasi mandiri ini sebagai liburan lah ya. Lebih enak malah di kamar hotel, cuma ya gabisa kemana-mana aja hahaha. Entah sampai kapan aku bakal di sini. Tapi semoga aja swab yang kedua nanti hasilnya udah negatif, jadi bisa langsung pulang.

Nah, karena aku pikir ke depan bakal gabut parah, aku sok ide aja buat buat bikin ini, Quarantine Writing Challenge alias QWC. Rencananya, setiap hari aku bakal post sesuatu di blog ini. Bisa jadi cerita curhat biasa, hal detail yang dijumpai hari itu, nostalgia masa lalu, atau pikiran random aja. Dengan ini, setidaknya aku bisa memicu diriku buat menghasilkan sesuatu di tengah segala keterbatasan karantina ini. Doakan semoga bisa istiqomah ya!

Oiya, mau pamer dikit kalo tadi sore dapet kiriman asupan dari fans. Hehe, makasih yaa!


QWC #1,

Kamis, 24 Desember 2020

Saturday, December 5, 2020

Sekilas Kabar

Hai, masyarakat! Ternyata udah lama banget ya, aku ga update blog lagi. Posting terakhir pun intro-nya juga sama: “Udah lama ga update blog lagi.” Kadang agak sedih sih, kenapa jadi jarang update hiks. Padahal ada banyak banget pengalaman baru yang bisa diceritain. Waktu buat nulis juga sebenarnya selalu ada kalau mau menyempatkan. Yah, tapi tetap kembali ke niat sih. Emang lebih sering males aja hahaha.

Anyway, di posting ini aku mau sekalian ngabarin kalau aku udah penempatan guys! Alhamdulillah, setelah melalui rangkaian diklat yang cukup menguras jiwa raga selama + 7 bulan, sekarang aku sudah mulai kerja beneran dan dianggap sebagai karyawan tetap. Qadarullah, dikasih kesempatan buat belajar dan berkarya lebih banyak di Pegadaian Kantor Area Pamekasan. Lingkup kerjanya meliputi seluruh cabang dan unit pelayanan se-Madura. Kebetulan, seluruh outlet Pegadaian di Madura adalah outlet syariah. Hari ini, tepat sudah aku tuntaskan 5 minggu pertama kerja di sini.

Belum banyak hal menarik sih kalau soal pekerjaan, aku sendiri masih banyak beradaptasi dengan ritme kerja di sini. Lebih banyak di kantor, duduk di depan laptop, berkutat dengan data-data, excel, dan datastudio. Yang bikin bersyukur banget adalah, orang-orang di sini baik semua! Di saat beberapa kawanku di area lain mengeluh karena mendapatkan buddy (semacam tutor sebaya dari MDP/SDP angkatan sebelumnya) yang kurang cocok, aku di sini malah kayak merasa dapat 4 buddy sekaligus. Semuanya baik dan nggak segan ngajarin soal kerjaan, bersyukur buanget wes pokoke!

Oke, demikian sekilas kabarku gengs. Belum, belum pengen cerita apa-apa kok. Hehehe. Semoga nanti kalau ada cerita menarik lagi, aku ngga males buat update di sini yaa~


Saturday, May 23, 2020

Ramadhan Tahun Ini, Beda!

Beberapa waktu lalu, ada kawan yang mengingatkan, “Kamu ga pengen ngupdate blogmu? Tulisan terakhirmu udah hampir setahun yang lalu lho.” Lah iya juga yak. Udah lama banget nih aku nggak nulis di sini. Kalo dilihat postingan terakhir, itu udah hampir setahun yang lalu!

Sebenarnya ada banyak hal yang terjadi selama hampir setahun ke belakang. Perjuangan nggarap skripsi sampai lulus, wisuda, mencari-cari kerja, menikmati so-called gap year bersama Ailesh, part-time di perpus, dolan kesana kemari, sampai huru-hara urusan hati. Mantap ga tuh wkwk. Tapi, entah mengapa malah jadi kurang mood aja nulis di sini gitu. Terus malah lari nulis di platform lain hehe.

Alright, I’m back here fellas!

Alhamdulillah, Allah masih memberi nikmat umur sehingga bisa berjumpa dengan Ramadhan tahun ini. Setelah 4 tahun sebelumnya lebih banyak menghabiskan bulan Ramadhan di perantauan, di Jogja, dengan masing-masing cerita indahnya.

Tahun pertama Ramadhan lebih banyak eksplor kajian dan buka puasa gratis di masjid-masjid seantero Jogja. Tahun kedua fokus full power jiwa raga buat ngurusin RDF (Ramadhan di Fisipol) meski di tengah badai UAS. Tahun ketiga sambil sibuk nyiapin KKN, rapat dan danusan hampir tiap hari. Tahun keempat, selain nggarap skripsi pagi-sore tiap hari di perpus, juga lebih banyak menghabiskan qtime bersama orang-orang kesayangan di perantauan.

Nah, sekarang aku mau cerita tentang Ramadhan tahun ini nih. Di tengah kondisi pandemi covid-19 ini, sebagian dari kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Begitu juga denganku. Sebelum Ramadhan kemarin aku baru saja meninggalkan Jogja untuk menunaikan panggilan diklat pekerjaan di Surabaya (Alhamdulillah akhirnya dapet kerja juga guys, hehe). Terus, beberapa hari kemudian dipulangkan untuk menjalani Learning From Home (LFH). Diklat LFH ini pun masih berlangsung sampai masuk Bulan Ramadhan ini.

Bisa dibilang, kesibukan utama di Ramadhan tahun ini ya LFH ini. Tiap hari sejak Senin-Sabtu, sejak jam 08.00 – 17.00, full dengan webinar, resume materi, e-learning, pretest-postest, dan sesekali ujian. Belum lagi kalau ada tugas tambahan, bisa kerja sampe tengah malem. Full banget rek, tanpa ampun pokoknya! Sering mata sampe kesemutan gara-gara terlalu sering ngelihat layar, kuping juga sering kelilipan karena kelamaan kecantolan headset. Boleh dibilang diklatnya memang berat, tapi mau nggak mau harus dijalani sebagai proses pembelajaran sebelum siap terjun dengan amanah pekerjaan nantinya.

Nah, di tengah-tengah LFH yang menguras lahir batin tersebut, Allah masih sangat baik dengan menghadirkan bentuk-bentuk hiburan lain. Kondisi pandemi Covid-19 ini, seperti yang sempat aku mention tadi, ternyata mengasah kreativitas orang-orang untuk tetap produktif dan menebar manfaat dari rumah masing-masing. Dan bersyukur sekali ketika dua komunitas yang sudah kuanggap sebagai rumah sendiri juga punya agenda dalam mengisi Ramadhan from home ini.

Diawali saat beberapa hari sebelum Ramadhan, Astonic berhasil konkrit mengadakan Tarhib Ramadhan Online. Yang lebih keren lagi, wacana buat ngadain kultum online hariannya juga konkrit dongg. Acara ini diberi nama OBRAS alias Obrolan Ramadhan Astonic. Acara ini rutin diadakan pada saat ba’da subuh setiap hari selama bulan Ramadhan.


Pemateri dan pendengar OBRAS berasal dari kalangan Astonic sendiri, kemudian rekamannya dipublikasikan secara umum. Berhubung pematerinya dari kita-kita juga, jadilah topik yang dibahas tiap harinya sangat beragam. Mulai dari teologi, teladan nabi, psikologi, finance, kesehatan, dll. Alhamdulillah aku sendiri dapat kesempatan berbagi dan memantik diskusi tentang kewirausahaan sosial di hari ketiga.

Bangga banget lah pokoknya sama Astonic. Jujur, selama ini aku mikir kalau Astonic itu nggak bisa diajak membicarakan hal-hal yang serius. Tahu sih orang-orangnya pada keren kalau lagi aktif di kampus atau tempat kerjanya masing-masing, tapi kukira tinggal sisa main-main becandaannya doang kalau lagi balik ke Astonic. Anggapan pun tinggal anggapan. Nyatanya, OBRAS tiap hari selalu keren terus topik bahasannya hiks. Terima kasih banyak para panitia yang sudah meluangkan waktunya untuk mikirin dan ngurusin ini! Maaf ya, ternyata aku lebih sering skip :’)


Nggak cuma OBRAS di Astonic, keluarga JMF 2015 “Embun Netes” pun punya cara yang nggak kalah asyik buat menyemarakkan Ramadhan tahun ini.

Suatu hari menjelang Ramadhan, aku iseng aja ngechat di grup, “Rek, Ramadhan gaada rencana apa-apa nih?” Nggak disangka, ternyata ada aja yang antusias buat bikin sesuatu dalam rangka menyemarakkan Ramadhan. Kemudian terkumpul beberapa ide untuk dieksekusi. Setelah mengalami serangkaian drama dalam persiapannya, akhirnya berjalanlah program Arisan Ilmu Ramadhan (atau sebut saja AIR).


AIR ini konsepnya, semua warga grup diberi kesempatan untuk berbagi ilmu. Setiap harinya digilir ada satu orang yang ngisi. Materi ilmu yang dishare bebas asal masih seputar wawasan islami. Sejak awal, aku berusaha agar AIR ini tidak memberatkan para warga grup, jadi dibuat konsepnya semudah dan sesederhana mungkin. Dan lagi-lagi, sangat nggak disangka ternyata para pengisinya malah menyusun materinya pada niat banget. Bener-bener di luar ekspektasi lah pokoknya. Terharu banget deh :’)

Lebih senengnya lagi, program AIR ini berhasil memunculkan kembali orang-orang yang selama ini cuma sider di grup. Maklum, angkatan JMF 2015 ini jumlahnya lebih dari 50 orang, jadi nggak semuanya sering muncul di grup. Nggak jarang juga AIR memicu diskusi yang mayan panjang karena materi yang dihadirkan berasal dari berbagai macam perspektif.


Dan tibalah kita di hari ini, hari ke-30 Ramadhan 1441 H. Alhamdulillah, sisa beberapa jam lagi menuju berakhirnya Ramadhan tahun ini. Seneng sih karena masih dikasih kesempatan buat silaturahmi sama temen-temen lewat OBRAS, AIR, bukber online, sampai video call random. Meski sebenernya di satu sisi, aku agak sedih juga sih karena merasa kurang maksimal aja Ramadhan tahun ini. Full sebulan cuma di rumah terus, gabisa ke masjid, kerjaan yang numpuk jadi sering lalai ibadah sunnah. Astaghfirullah. Yah, semoga kita belajar banyak pengalaman dari Ramadhan tahun ini. Aamiin.