Gue bakal memulai tulisan kali ini dengan cerita yang amat sangat gak penting. Ini semua tentang motor Firda yang udah gue bawa selama hampir tiga minggu belakangan ini. Lho, bagaimana bisa?
Ceritanya bermula sejak sebelum
libur semester. Firda kan berangkat KKN sejak Desember kemaren sampe Februari
besok. Di samping itu, liburan ini gue pengen lebih banyak menghabiskan waktu
di Jogja karena beberapa hal. Nah, pas banget kan. Gue melihat peluang buat
pinjem motor Firda demi nasib akomodasi yang lebih bermartabat selama menghabiskan
masa libur di Jogja. Gue pun izin pinjem motor Firda sebelum doi berangkat KKN.
Ternyata, motornya udah ditag duluan
sama Oom. Terjadilah sebuah negosiasi yang sengit dan berdarah-darah antara gue,
Firda, dan Oom (lebay ah wkwk). Singkat cerita, gue sama Oom sepakat buat gantian
bawa motor Firda. Oom yang bawa motornya duluan, terus motor itu ditransfer ke
gue selama Oom pulkam.
Momen tercapainya resolusi
setelah negosiasi sengit antara pihak gue, Firda, dan Oom. Azzam sebagai
notulen.
Kenapa cuma urusan pinjam-meminjam
motor Firda aja sampe gue ceritain di sini? Itu semua karena motor Firda bukanlah
motor sembarangan buat gue.
Gue kuliah nggak dibawain motor. Sebagai
mahasiswa tunakendaraanbermotor, gue biasanya nebeng atau pinjem motor temen
kalo mau menempuh perjalanan jauh. Gue udah pernah pinjem berbagai macam motor
dari berbagai jenis temen yang gue punya di Jogja. Tapi, di antara semua motor yang
pernah gue pinjem dan tebengin, motor matic hitam berplat B milik Firda adalah yang
paling spesial buat gue.
Interaksi pertama gue sama motor
Firda, sekaligus momen paling berkesan gue sama itu motor, adalah ketika
pertama kali Astonic Jogja (Astonjog) main ke pantai. Peristiwa ini udah
terjadi lebih dari tiga tahun yang lalu. Waktu itu, kami masih baru semester
pertama kuliah. Gue dan beberapa anak Astonjog meresahkan suatu hal. Masa udah
beberapa bulan di Jogja, tapi belom pernah main ke destinasi wisata yang jauh. Akhirnya,
kami berwacana buat main ke pantai bareng.
Suatu hari di pertengahan
November 2015, kami bertekad untuk merealisasikan wacana tersebut. Tujuan kami
adalah kawasan wisata pantai di Gunung Kidul. Squad yang berangkat kali ini ada
gue, Ikbar, Kukun, Mufid, Firda, Cahya, Uun, dan Farida. Jujur aja, waktu itu
gue bener-bener excited karena ini adalah
pengalaman pertama gue motoran jauh ke arah pantai. Dan gue kebagian bawa motor
Firda, sebuah motor matic hitam berplat B.
Kami pun berangkat. Kukun sebagai
pemimpin rombongan jalan paling depan, sedangkan gue paling belakang. Kami sempat
mampir ke masjid buat sholat Dhuhur. Setelah menempuh sekitar 2 jam perjalanan,
kami pun sampai di Pantai Kukup. Selain kami, ada beberapa pengunjung lain yang
juga sedang main di sana. Tapi tidak terlalu ramai karena bukan sedang musim
liburan.
Setelah menemukan sebuah gubuk
yang pw buat berteduh dan naruh barang, para cowok langsung berhamburan ke
laut. Kami jelas tidak bisa menahan hasrat untuk basah-basahan mengingat ini
adalah trip pertama kami ke pantai Gunung Kidul. Bodo amat yang akhwat kita
tinggalin di gubuk.
Karena brutalnya hasrat para cowok untuk menjelajah, kami berjalan menyusuri bibir pantai ke arah barat, melalui tebing dan karang-karang. Lalu, kami menemukan sebuah pantai kecil yang amat sangat sepi. Rasanya seperti pantai privat karena di sana benar-benar gaada orang selain gue, Ikbar, Kukun, dan Mufid. Pemandangannya juga lebih oke. Kami pun bermain dengan sangat bebas di sana.
Ya Allah, waktu itu kayak bahagia banget ya :')
Gue sampai lupa kalo ada para
akhwat dalam rombongan ini. Sampai sebuah insiden bodoh terjadi.
Para akhwat ternyata menyusul kami
ke kawasan ini. Mereka berjalan melalui tebing dan karang sambil menenteng tas
milik rombongan. Mereka teriak-teriak karena kebasahan kena ombak. Kami para
cowok, yang pekanya agak telat, menghampiri mereka untuk misi penyelamatan.
Setelah insiden yang memacu adrenalin
tadi, kami pun cekikian, menertawakan kebodohan demi kebodohan. Bagaimana tiba-tiba
ombak besar menyapu bibir pantai di saat para akhwat sedang berusaha menyusul
kami ke kawasan pantai ini. Di tengah insiden tadi, ada cerita kocak tentang
Uun yang lebih mementingkan menyelamatkan pop mie daripada tas yang ia bawa. Alhasil,
beberapa tas yang tidak beruntung jadi basah kena ombak.
Tapi yang jelas, sekarang semuanya udah kepalang basah. Kami pun lanjut menikmati pantai, menari bersama ombak dan merasakan lembutnya pasir. Kami sempat mendaki bukit karang untuk berjemur, mengingat hampir semua anak gaada yang bawa baju salin. Setelah baju-baju kami agak kering, kami pun berjalan ke arah parkiran dan mampir mushola untuk sholat Ashar. Sore sudah menjelang, waktunya pulang.
Perjalanan pulang, gue masih bersama
motor matic hitam berplat B. Perjalanan kali ini menjadi sedikit lebih
menantang mengingat langit mulai beranjak gelap. Tentu saja kami sempat mampir
ke masjid untuk sholat Maghrib. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan lagi.
Perjalanan makin menantang lagi
karena hari benar-benar sudah gelap. Belom lagi ada sedikit rasa ngantuk karena
terpapar semilir angin jalanan, plus kelelahan setelah tadi di pantai. Dengan kondisi
kayak gitu, kami masih harus melewati jalanan berkelok naik turun ala Gunung
Kidul. Kalo sekarang sih, mungkin gue udah biasa ya sama kondisi kayak gitu. Tapi,
dulu itu adalah pengalaman pertama bagi gue, dan mungkin yang lainnya. Waktu itu,
gue bertahan dari rasa kantuk dengan terus melanjutkan ghibah bersama penumpang
gue.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba
Kukun belok ke masjid. Kami mengikuti langkah sang ketua rombongan. Dengan bijaknya,
Kukun berkata, “Cuy, gue ngantuk banget.”
Tentu saja itu mewakili persaan
sebagian besar dari kami. Kami pun istirahat sekalian sholat Isya. Setelah sholat,
istirahat, dan stretching, kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Alhamdulillah,
kami semua selamat sampe kosan masing-masing.
Perjalanan tersebut bukanlah kali
terakhir gue berinteraksi sama motor Firda. Dalam beberapa kesempatan, gue juga
pernah pinjem motor Firda lagi. Sama seperti sesi ghibah dan curhat gue dengan si
penumpang, yang masih berlanjut hingga sekarang. Ya ga ;)