(Artikel ini ditulis saat hari pertama
puasa, 1 Ramadhan 1433 H/20 Juli 2012 M)
Hai guys! Udah lama banget ya, gue
nggak posting di sini. Maklum, gue kan baru masuk SMA. Hampir nggak ada waktu
kosong buat nulis dan cerita ke kalian. Hehe.
Oh ya! Udah pada tau belom nih,
sekarang gue sekolah di mana? Alhamdulillah, sekarang gue sekolah di madrasah
yang sudah gue impikan sejak kelas tujuh, yakni MAN Insan Cendekia Serpong. Di
sini sekolah asrama (boarding school), man! Mirip kayak pondok modern gitu. Dan
di awal tahun ini, anak kelas X (sepuluh) disibukkan dengan banyak kegiatan. Nah, di waktu luang yang singkat ini, gue
menyempatkan diri untuk menengok kalian semua yang udah pada kangen baca cerita
dari gue.
Eh, kalian mau tau nggak, apa aja
sih kesibukan gue sebagai anak baru di MAN IC? Gue yakin kalian semua pasti
mau. Udah, gak usah protes. Pokoknya, baca aja lanjutan ceritanya!
Pagi itu, Sabtu, 7 Juli 2012, gue
berangkat ke MAN IC dari rumah Mbah Harno, bapak dari ibu gue yang tinggal di Ciater,
Tangerang Selatan. Sesampainya di sana, gue langsung menuju tempat registrasi
siswa baru.
Nah, di sinilah kepanikan dimulai.
Mengapa semua anak yang ngantri pada bawa ijazah? Gue langsung ngecek kertas
yang berisi data, barang apa saja yang harus dibawa saat hari pertama
masuk. Mampus! Ternyata memang tertulis
ijazah di kertas itu. Lalu bagaimana nasib gue yang datang tanpa ijazah? Waktu
itu, ijazah gue ketinggalan di Kediri. Lebih tepatnya, sengaja gue tinggal di
Kediri karena gue anggep bikin tas tambah berat.
Gue panik. Panik sejadi-jadinya.
Lalu tangan bapak gue mendarat di
pundak gue, sambil beliau berkata, “Tenang aja.” Entah mengapa, kata-kata itu
benar-benar berhasil membuat gue tenang. That’s like magic spell! Akhirnya,
kami pun bisa tetep registrasi tanpa ijazah. Mungkin petugasnya memang baik,
atau bapak gue menggunakan mantra saat negosiasi.
Setelah lega, aku, bapak, dan ibu
masuk ke gedung serba guna (GSG). Gedung ini semacam aula gitu. Di sana, kami
mendengarkan sambutan-sambutan membosankan dari kepala madrasah dan para
wakilnya. Udah selesai gitu, anak-anak dan orang tuanya dipisah. Para ortu
tetap di GSG untuk membicarakan hal-hal penting, sedangkan anak-anak keluar
dari GSG, tepatnya di ruang kelas untuk persiapan PTS.
Apa itu PTS? PTS adalah singkatan
dari Pekan Ta’aruf siswa. Di sekolah lain, mungkin kalian mengenal MOS. Ya,
hampir mirip lah. PTS didesain khusus oleh kakak-kakak kelas untuk memperkenalkan MAN IC, serta menanamkan
kebiasaan,nilai-nilai, dan ‘adat’ yang ada di MAN IC kepada anak-anak baru. PTS mendidik kita
untuk terbiasa hidup mandiri, jujur, tanggung jawab, serta disiplin. Acara ini
juga berfungsi untuk mempersatukan angkatan kita. Maklum lah, anak-anak di sini
berasal dari berbagai macam daerah.
PTS benar-benar membekas di hati gue
sebagai anak baru. Seru-seruan bareng bareng kakak acara, curhat bareng kakak
tutor, dimarah-marahin sama kakak tatib, dan masih banyak laennya. Semua itu
menggambarkan seluruh aspek kehidupan di MAN IC, dan itu berlangsung hanya
dalam seminggu.
Di penghujung acara PTS, ada
kegiatan yang seru banget nih! Namanya Long March. Yak, kita berpetualang dan
bersenang-senang di luar lingkungan MAN IC. Pas Long March, kita masuk-masuk ke
perkampungan, menjelajahi hutan, menyusuri sungai, dan berhenti di tiap pos untuk
bermain game yang sudah dirancang oleh kakak-kakak kelas. Seru dah, pokoknya!
Ya, hanya sedikit itu yang bisa gue
certain ke kalian. Habis ini mau ada kegiatan “Tahrib Ramadhan” nih.
Kapan-kapan gue ceritain macem-macem lagi ya. Dadaah..~