Sebenernya gue bukan tipe-tipe orang
yang menganggap hari ulang tahun ini penting, apalagi merayakannya. Memang, dari
kecil gue nggak dididik buat ngerayain ulang tahun. Meski sejak di SMA (MAN IC)
ini, beberapa kali temen-temen gue berusaha menciptakan kesan ulang tahun buat
gue. Ada yang ngasih ucapan, ngasih kado, minta traktiran, ngumpul kelas,
ngumpul divisi, dll. Terima kasih, gue tetep menghargai itu semua kok.
Kalaupun gue ngasih ucapan ato kado
ulang tahun buat seseorang, bukan berarti gue ngerayain ulang tahunnya. Ulang
tahun seseorang bagi gue hanya sebagai alasan untuk berterima kasih dan
mendoakannya saja. Yah, walaupun menurut gue, sebenernya kita bisa berterima
kasih dan mendoakan seseorang kapan pun kita mau.
Namun, apa salahnya kalo sekarang
gue merayakan ulang tahun gue sendiri? Udah beberapa kali gue ngerayain ulang
tahun orang lain (khususnya di IC), tanpa pernah menganggap ulang tahun gue
sendiri penting. Ultah temen, ultah ketua 3, ultah guru, wali kelas, wali
asrama, milad IC (ke-17 dan ke-18), milad Raxivenn, milad Astonic (mulai dari
lahirnya, 1st anniv-nya, sampe 2nd anniv-nya kemaren), dll. Bukannya pamrih,
tapi ini emang pertama kalinya gue nganggep hari ulang tahun menjadi sesuatu
yang agak penting. Yah, meskipun kesannya jones banget, biarkan gue merayakan
ulang tahun gue saat ini juga, di sini, di dunia maya, di blog gue sendiri.
Yap, tepat tujuh belas tahun yang
lalu, 4 Januari 1998, telah mbrojol seorang bayi kecil super imut di RS
Bhayangkara Kota Kediri. Proses kelahirannya cukup unik, tanpa operasi sesar,
dan bayinya keluar bersamaan dengan air ketuban(?). Konon, kalo susternya nggak
sigap megangin, bayi itu bisa saja meluncur jatoh dari kasur saking licinnya.
Alhamdulillah, dia masih hidup sehat sampai tujuh belas tahun kemudian meskipun
belom pernah mencicipi ASI. Itulah gue, hidup dengan nama pemberian Bapak, Muhammad
Ramdayanu Muzakki alias Raka.
Mungkin ini nggak penting, tapi pasti
banyak dari kalian yang bertanya-tanya, dari mana asal nama panggilan Raka? Gue
sendiri juga baru tahu sehari sebelum masuk IC. Saat itu sedang perjalanan dari
rumah sodara di Tasik menuju BSD, dan gue pun nanya untuk yang kesekian kalinya
ke Bapak. Dijawablah, bahwa sebenernya beliau mau ngasih gue nama lengkap
Muhammad Raka Ramdayanu Muzakki. Tapi, karena kepanjangan, dihapuslah kata
Raka, lalu dijadikan nama panggilan. Gaje memang -_-
Oke, kita kembali lagi. Percaya ato
nggak, bayi tersebut tumbuh menjadi anak kecil yang (katanya) putih, cakep, dan
mukanya bersinar. Pasti pada nggak percaya ya ._. Namun, hal ini terbukti saat
gue ketemu sama sodara-sodara yang udah bertahun-tahun nggak ketemu, lalu
mereka komentar “Raka gedenya kok item ya? Padahal dulu kecilnya putih banget
lho...” -___- Gak apa-apa lah. Gue sebenernya nggak terlalu peduli sama sifat
fisik kayak gitu.
Kerennya, gue yang sekarang terkenal
dengan gak punya malu dan over ke-PD-an, ternyata pas masa kecilnya adalah anak
yang sangat pendiem dan pemalu. Pada nggak percaya kan? Gue sendiri juga susah
buat percaya akan hal ini ._. Tapi, pernyataan ortu gue ini dikuatkan oleh
kesaksian dari guru-guru play group dan TK gue. Mereka bilang, gue kalo di
kelas jarang ngomong. Kalo ditanya, jawabnya sambil malu-malu gitu. Tapi, pas
akhir-akhir masa TK, gue inget kalo gue udah mulai berani berteman, meskipun
mungkin belom terlalu speak up. Nah, sejak saat itulah, makin gede ke-PD-an gue makin
menjadi-jadi. Gue sering angkat tangan kalo ditanya di kelas, jadi pemimpin
upacara, suka sok-sok kenal sama anak baru, bahkan suka nanya-nanya ke tukang
tambal ban sampai pramugari kereta.
Beginilah gue, manusia yang tanpa
skill apa-apa, tapi tetep suka maju ke panggung. Entahlah, tapi gue doyan
banget sama sensasinya naek ke panggung. Setrum-setrumnya itu loh! Dulu, pas SD
sampe MTs, gue bebas aja memilih bakal show off di panggung (Kalo mau tau
gimana brutalnya gue pas MTs, baca aja tulisan jadul di blog ini yang berjudul
“Kesan yang Ditinggalkan”). Tapi, di IC ini rasanya berbeda. Ada sesuatu yang
menahan gue buat gila-gilaan di panggung. Entahlah, rasanya aneh, tapi gue
nggak bisa ngejelasin gimana. Oleh karena itu, gue berterima kasih banget sama
Anak Gaul Jeqardah, anak acara PTS An-Naml yang super kece dan duper gaul, yang
udah membawa gue kembali ke masa-masa “This is my stage. Hey bast*rd, you
cannot disturb me!”
Ekhem.. Yah, mau bagaimanapun, masuk
IC udah menjadi batu loncatan, titik puncak, serta langit tertinggi yang pernah
gue raih selama tujuh belas tahun ini. Gue dapet banyak banget pengalaman baru
selama di sini. Gausah gue ceritain panjang-panjang lagi ya? Baca aja postingan
lain di blog ini. Bahkan sampe sekarang, sekitar 80% postingan gue nyeritain
tentang kehidupan gue selama di IC.
Finally, happy birthday ya, Rak!
Tujuh belas tahun kan? Berarti sweet seventeen dong ;) hahaha.. Makasih karena
udah jadi diriku selama ini. Makasih karena udah membuatku menjalani hari-hari
selama tujuh belas tahun ini dengan sangat hebat, luar biasa, penuh sensasi juga rasa syukur.
Sukses terus yaa... Semoga urusan-urusannya dilancarkan oleh Allah, sukses
semua rangkaian ujian kelas XII-nya. Ohiya, fix kan mau lanjut komunikasi, UGM
atau UNS? Yaa manapun yang terbaik lah, semoga salah satunya ada yang kecantol,
dan kalo bisa yang lewat jalur SNMPTN alias undangan. Aamiin :)
~~~
Terima kasih Yaa Allah, karena
Engkau telah hadirkan aku dalam sebuah keluarga kecil yang sederhana namun
bahagia. Yang meskipun banyak ujian dan rintangan yang dihadapi keluarga ini,
namun masih Engkau beri kekuatan untuk tetap akur dan melewati semua ujian ini
bersama sampai saat ini. Yang keluarga besarnya, baik yang di Kediri, Solo,
Cepu, Bandung, Jakarta, dan BSD, semuanya sangat menyenangkan. Yang di sini,
Engkau hadirkan dalam hidupku dua orang tua, Bapak dan Ibuk dengan kombinasi
sempurna, yang menyayangiku, mengasihiku, menjagaku, dan seimbang mengajariku
tentang dunia dan akherat. Yang kemudian Engkau hadirkan seorang adik perempuan
yag luar biasa, yang sekarang kelas satu SMP aksel, yang semasa SD-nya selalu ranking satu padahal
kakaknya ini gak pernah dapet ranking satu sekalipun, yang lebih jago nulis
juga ketimbang kakaknya, yang tulisan-tulisannya banyak dimuat di media-media.
Yang ciee sebentar lagi juga mau menginjak umur tiga belas. Semoga menjadi anak
yang makin baik, makin solehah, makin berbakti sama ibuk-bapak, dan makin
cantik luar-dalem yaa~
Terima kasih Yaa Allah, karena
Engkau telah berikan aku SD Plus Rahmat. Sebuah sekolah dasar yang kece badai,
dengan teman-teman dan ustadz-ustadzah yang super baik-baik. Yang masih Engkau pertahankan
ukhwah-nya di antara kami, yang bahkan teman-temanku di IC sampai pada
keheranan, “Bagaimana bisa aku masih ingat sama teman-teman SD dan masih
menyempatkan berkumpul dengan mereka di saat liburan?” Yang alumninya memiliki
program Ramadhan Student Camp (RSC) tiap tahunnya. Yang di tempat ini pula,
Engkau pertemukan aku dengan seorang sahabat sejati yang persahabatannya di
antara kami tak pernah lekang oleh waktu, meski sudah berpisah sekolah sejak lulus
SD.
Terima kasih Yaa Allah, karena
Engkau telah berikan aku MTsN Kediri 2. Sebuah madrasah tsanawiyah terbaik
se-Kota Kediri. Yang telah Engkau izinkan aku untuk eksplorasi diri di sana,
sehingga aku bisa menentukan siapa sebenarnya diriku. Yang di sana aku
menemukan sebuah keluarga sekaligus kawan seperjuangan, The FICTION, yang meskipun
perjuangan kami di awal terasa sangat berat sebagai program akselerasi SMP/MTs
pertama di Jawa Timur, namun Engkau berikan kami akhir yang sangat manis. Yang
di tempat ini, Engkau paksa aku untuk mulai belajar hidup mandiri di Ma’had
Al-Azhar, sebuah asrama khusus siswa aksel yang bahkan sistemnya sebebas
kos-kosan. Yang di tempat ini juga, Engkau pertemukan aku dengan passion-ku
melalui sebuah komunitas pers jurnalistik, Fikruna, yang di dalamnya aku
mendapatkan banyak pengalaman dan kawan baru, yang menjadi keluarga keduaku
selama di MTs. Yang sebelum lulus dari MTs ini, Engkau izinkan aku untuk berhasil
meninggalkan kesan baik di sana.
Terima kasih Yaa Allah, karena
Engkau telah berikan aku Insan Cendekia. Sebuah madrasah aliyah terbaik
se-Indonesia. Yang sesaat setelah tes masuk, aku langsung optimis yakin bakal
nggak diterima, namun Engkau justru menyelipkan aku dalam daftar 120 anak yang
diterima dari total hampir lima ribu pendaftar se-Indonesia. Yang saat kali
pertama masuk langsung menyambutku dengan kakak-kakak kelas yang care dan baik
banget ke adek kelasnya dalam PTS, yang membuatku langsung merasa menemukan
keluarga baru di sini. Yang kegiatan-kegiatan siswanya seru-seru, stukol,
homestay, LDK, Civic Peduli, ASEAN Summit, dll. Yang di sini pertama kalinya Engkau
kenalkan padaku apa itu angkatan, bagaimana mengenal temen seangkatan, menjaga
dan melindungi angkatan, serta berkorban buat angkatan tercinta sekaligus
keluargaku di IC, Astonic Dralen Relaston, angkatan 18 yang bandelnya nggak
karu-karuan, tapi bikin bangganya juga nggak setengah-setengah. Yang Engkau
jadikan aku sebagai pemimpin pertama angkatan tersebut, meskipun aku mohon
maaf, aku tidak ingin mengingat banyak masa-masa itu. Yang selain angkatan, Engkau
kenalkan juga keluarga-keluarga kecil seperti Neo-Maxis, Raxivenn, Gossen, dll. Yang di
sini kuawali kegiatan organisasi sebagai BPH MPS 12/13, tempat mengawali yang
sempurna dengan pandangan “mata elang”-nya, di mana aku bisa mengetahui hampir
semua sejarah, kejadian, serta solusi atas masalah keorganisasian yang terjadi
di IC. Yang OSIS-nya keren banget dengan kegiatan kesehariannya mengurusi
masjid dan asrama, juga acara-acara besarnya seperti I-Fun, Sonic Linguistic,
iCare, juga acara-acara kecilnya yang lain. Yang di sini juga aku accidentally bergabung dalam “serangkaian
menteri” minat bakat, menjadi koordinator di Nano Nano, divisi jurnalistik
13/14 yang uwah, masih nge-feel banget rasa kekeluargaannya sampe sekarang,
yang meskipun mungkin orang lain ngelihat kita biasa aja, tapi aku yakin kalo
Nano Nano bakal tetep keren di hati masing-masing anggotanya. Yang sudah jelas
terlihat, meskipun aku lebih menikmati kegiatan di luar akademik daripada
kegiatan akademik, namun aku sangat bersyukur karena Engkau masih mengizinkanku
untuk tetap melanjutkan sekolah di sini, semoga sampai wisuda nanti, Aamiin...
Yaa Allah, ampuni segala salah dan
dosa hamba-Mu ini. Ampuni aku karena belum bisa memanfaatkan tujuh belas tahun
yang telah Engkau berikan ini dengan sebaik-baiknya. Ampuni aku karena belum
bisa menjadi hamba-Mu yang baik. Ampuni aku karena sering berbuat tidak baik
pada orang-orang dan lingkungan di sekitarku, pada keluargaku dan teman-temanku.
Yaa Allah, izinkanlah aku untuk
menatap ke depan, menghadapi ujian-ujian kelas XII, PTN, juga kehidupan yang
aku sendiri belum tau akan jadi seperti apa. Aku hanya berharap agar Engkau
tetap menjagaku dalam limpahan rahmat dan hidayah-Mu, menjagaku agar berjalan
di jalan-Mu yang lurus, dan menjagaku dalam perlindungan-Mu dari segala
keburukan, kejahatan, maupun penyakit. Maafkan aku jika banyak permintaan Yaa
Allah, namun satu lagi permohonanku. Jagalah semua orang yang kucintai dan
kusayangi, juga mereka yang mencintai dan menyayangiku, keluargaku di rumah,
saudara-saudaraku, teman-temanku, juga semua umat muslim di dunia ini. Aamiin~