Mungkin postingan kali ini agak sensitif karena berkaitan
dengan masalah hati. Ini semua tentang rasa rindu alias kangen. Gue juga nggak
tau apakah semua orang merasakan hal yang sama. Tapi, gue yakin pasti ada di
antara kalian yang mengalami ini.
Aneh. Gue lebih sering merasa kangen sama si dia ketimbang
keluarga di rumah, dalam hal ini terutama ibuk. Padahal, jarak gue dan
ibuk sangat jauh, jarang berkomunikasi, bahkan ketemu secara langsung mungkin
cuma satu semester sekali. Ditambah dengan kenyataan bahwa beliau selalu sayang
dan mendoakan gue.
Aneh. Gue malah merasa kalo gue lebih mencurahkan rasa
kangen buat si dia daripada ibuk. Padahal, gue dan si dia berada dalam sebuah
kawasan yang sama, kalaupun ada jarak paling cuma beberapa langkah aja. Tapi,
kalo sehari aja nggak ngelihat batang hidungnya, rasanya hati ini udah gak
karu-karuan.
Bukan. Bukan gara-gara gue lebih sayang sama si dia daripada
ibuk. Gue punya sebuah penjelasan lain. Sebuah teori yang nggak tau ini beneran
ada ato nggak. Bahwa hati-hati ini sebenarnya saling berkomukasi satu sama lain.
Lantas, apa hubungannya sama rasa kangen tadi?
Begini... Bagaimana mungkin gue lebih kangen si dia daripada
ibuk? Tentu saja karena adanya intensitas komunikasi antar hati yang berbeda.
Walaupun udah berbulan-bulan fisik ini nggak ketemu sama ibuk. Walaupun jarak
BSD-Kediri ribuan kilometer. Namun, kedua hati ini sebenernya sering banget
janjian ketemuan. Lewat cinta dan kasih sayang yang tulus, yang sama-sama
dipancarkan oleh kedua belah hati. Lewat doa-doa yang senantiasa dipanjatkan oleh
masing-masing jiwa. Semua ini berlangsung tanpa disadari oleh fisik dan akal
kita. So, nggak ada alasan hati ini buat buang-buang energi mencurahkan rasa kangen
dan rindu untuk ibuk. Karena sejatinya, kedua hati ini selalu bertemu.
Berbeda dengan si dia. Meskipun bisa jadi fisik ini bertemu
setiap hari, namun belum tentu kedua hati ini juga bertemu. Bisa jadi hati gue memancarkan
sinyal untuk memulai komunikasi, namun belum tentu dibales sama hati si dia. Tidak
terjalin sebuah komunikasi yang sama-sama tulus, jadilah hati yang penuh nafsu
ini kangen terus-terusan.
Nah, keadaan inilah yang gue yakini. Jelas, gue jauh lebih
sayang sama ibuk, bapak, dan adek di rumah. Dan nggak aneh kalo gue nggak
kangen-kangen amat sama mereka. Karena sesungguhnya hati-hati ini senantiasa berkomukasi satu sama lain.
Ciyeh raka :D kasian yang hatinya gak dibales sama si dia :D
ReplyDeleteTerima kasih atas penjelasan teorimu, Rak! :D mencerahkan~ *loh
ReplyDelete"... Karena sesungguhnya hati-hati ini senantiasa berkomukasi satu sama lain." Your post is inspiring me so.
ReplyDeleteini... manteb juga
ReplyDeleteaku juga kangen dia, rak *lah (ganyambung)
ReplyDeletesubhanallah
ReplyDeletedekat di mata, jauh di hati ya rak :')
ReplyDeleteFirza sumpeh, itu IYA banget -_____-
ReplyDelete