Hellaawwww!
Masih dalam suasana nulis tentang
JMF, kali ini gue mau ghibahin empat temen gue sekaligus dalam satu posting. Mereka
adalah Okky, Mail, Ridho, dan Rama.
Abaikan tiga mbak-mbaknya. Gue cuma mau cerita tentang lima perjaka.
Anw, sebenernya judul posting ini
bukan karena kami mendaku diri sebagai anak komunikasi yang paling soleh. Nggak
gitu. Menurut gue, manusia tidak berhak menilai kesolehan seseorang, apalagi diri
sendiri. Itu adalah haknya Yang Maha Kuasa. “Komunikasoleh” sendiri merujuk
pada grup Line yang isinya cuma kami berlima. Begitu adanya, mungkin karena
label “JMF” yang dilekatkan pada kami berlima.
Yaps. Kami pertama kali bertemu
di Constellation, angkatan 2015-nya Departemen Ilmu Komunikasi UGM. Tapi, kami
baru mulai terikat saat mendapati bahwa kami sama-sama sering bercengkrama di
musola Fisipol. Setelah sama-sama masuk JMF, kami mulai sering nongkrong di
sekre. Di saat kebanyakan temen-temen jurusan lain menghabiskan waktu jeda
kuliah di sansiro atau selasar BA, kami otomatis langsung menuju sekre. Mereka
pun jadi lingkaran pertemanan pertama gue di kampus. Temen makan, temen jalan,
temen duduk di kelas, temen nongkrong di musola atau sekre, sampe temen meracau
tentang masa depan.
Oiya. Ada cerita menarik nih.
Pada suatu masa saat masih maba, kami pernah jalan-jalan naik sepeda bareng ke
ke daerah Sendowo. Gue nggak inget pasti, waktu itu kami lengkap berlima apa
nggak. Sambil bersepeda, kami meracau tentang mimpi-mimpi kami. Tentang akan
jadi apa kami setahun atau dua tahun ke depan di kampus.
“Ntar kayaknya kamu yang bakal jadi
mas’ul JMF.”
“Gue jadi pimpinan Dema deh.”
“Udah, kamu mas’ul di JS aja.
Ntar kita hajar pas musyak.”
“Yang di Komako siapa dong?”
“Liat aja, nanti aku bakal jadi
presma!”
Gue nggak inget pasti siapa
berkata apa. Namun, kurang lebih seperti itulah ungkapan-ungkapan polos yang
terlontarkan. Kami masih maba saat itu. Siapa yang menyangka bahwa setahun, dua
tahun, tiga tahun setelahnya, kami benar-benar berada di sana. Minimal sangat
dekat lah dengan posisi-posisi itu.
Time goes fly. Nggak nyangka aja kalo masa-masa masih selalu barengan
kemana pun itu udah berlalu lama sekali. Masuk semester tiga, kami berpencar ke
empat peminatan yang berbeda. Gue dan Mail di public relations, Okky di
advertising, Ridho di journalism, dan Rama di entertainment. Seiringan dengan
itu, kami juga mulai berpencar ke wadah gerak masing-masing.
Ada yang berkarir di Komako, ada
yang jadi mas’ul dan kadept di JMF, terus pimpinan Dema, kadept di JS, MWA-UM
(yang ini ga nyangka banget sih wkwk). Tanpa janjian, tiga dari kami jadi
kormanit KKN di daerah yang berbeda. Bahkan sampe tahun akhir kayak gini aja masih ada yang jadi Menko
BEM KM. Ga cuma di kampus, ternyata mereka berempat pada aktif juga di luar.
Entah itu organisasi mahasiswa ekstra, komunitas skala nasional, gerakan sosial
kemasyarakatan, lomba-lomba, dll dll. Gue? Kalo gue sih sibuk nyantai di
kontrakan wkwk.
Meski dengan kelas dan kesibukan
yang berbeda-beda, kami masih sering bersua. Mau bagaimana lagi. Kami bertemu
di rasi bintang yang sama, dibesarkan di rumah yang sama pula. Meski berkarya
dan bersinar di belantara yang berbeda-beda, hakikatnya kami masih anak
komunikasi JMF. Namun, di tahun akhir kuliah begini, mulai kerasa kalo
kesibukan masing-masing membuat kami jadi lebih jarang bertegur sapa.
Yah, mungkin semua memang ada
masanya.
Well.
Walaupun kami satu squad, tapi
gue punya kesan unik lho buat masing-masing dari mereka. Nih, gue ceritain
satu-satu ya.
1. Okky
Okky Tria Kurniadi. Anak pesisir
Tulungagung ini emang udah dangdut dari sononya. Hafal lagu-lagu dangdut sejak
jaman Sagita Asolole sampe Nella Kharisma (termasuk dangdut banyuwangian dan
campursari). Piawai bermain kendang. Kalo naik motor ngebutnya Naudzubillah. Dibalik
sikap cueknya, sebenernya dia peduli dan agak baper (hehe peace). Suka ngereceh,
tapi seringkali terlalu garing sampe gue sendiri bingung mau ngerespon apa. Dia
masuk komunikasi dan mengambil peminatan advertising.
Kalo diinget-inget, Okky adalah
temen terdekat pertama gue di bangku perkuliahan. Mungkin karena sama-sama dari
Jawa Timur, jadi gue paling gampang konek sama doi. Saat diberi amanah buat
pegang Andalusia, gue langsung nge-tag ini anak buat jadi partner gue. Dia
nemenin gue survei pas awal-awal, nyusun konsep awal, cari-cari tim inti, sampe
jadi jenderal perkap dan akotrans.
Okky juga sangat gayeng di
kultural JMF. Demi mewadahi aspirasi dan keresahan yang ia rasakan, JMF sampe
pernah bikin forum berkeluh kesah antar dua angkatan (2015 dan 2014) di mushola
lama. Hingga di kemudian hari, Okky terpilih menjadi Mas’ul JMF. Cie.
Mari kita bahas dia aktif di mana
aja (setahu gue ya). Tahun pertama aktif di JMF divisi IMF dan staff BEM KM.
Tahun kedua jadi Mas’ul JMF, ketua semacam paguyuban alumni PPB (Pelatihan
Pemimpin Bangsa), ketua panitia PPB #11, dll (mampus sibuk banget wkwk).
Selanjutnya dia aktif di suatu gerakan sosial yang entah gue kurang faham, plus
kormanit KKN di Bengkulu. Sekarang, dia masih aja sibuk jadi Menteri
Koordinator (Menko) BEM KM Bidang Kemasyarakatan. Dan mungkin ada beberapa
lainnya yang terlewat. Wow, berderet-deret!
Bisa dilihat bahwa dari semua
organisasi dan kesibukannya yang sangat bejibun itu, nyaris gaada yang
beririsan sama gue. Kecuali JMF mungkin. Teman terdekat pertama, sekaligus yang
pertama juga mengambil persimpangan jalan berbeda. Biarpun begitu, kami masih
rajin berdangdut ria setiap kali ada kesempatan. Ky, jangan lupa lulus ya! Wkwk.
2. Mail
Ismail Yusuf. Lulusan SMK
Pelayaran dari Purworejo. Anak ini sempat viral karena semboyannya “kuy
mangkat” dan “santay kayak di pantay”. Dia emang anak salah satu anak paling easy going yang gue kenal. Pejabat dan
terkenal seantero kampus. Gara-gara dia, gue jadi bisa main gitar dan naik
motor kopling. Sebenernya, dia merasa kesasar masuk jurusan komunikasi. Dia
semakin kesasar lagi karena masuk ke peminatan public relations bareng gue.
Gara-gara satu peminatan, gue
jadi deket banget sama mail dari semester tiga sampe semester lima. Bareng
Rara, kita bertiga hampir selalu barengan dalam banyak tugas kelompok di matkul
PR. Gue ngerasa cocok aja sekelompok sama mereka. Mungkin karena frekuensi di
otak kita sama: kesibukan di luar lebih penting daripada akademik, menjadikan
kami bisa saling memaklumi saat ada deadline tugas kelompok wkwk.
Menge-squad bcs sekelompok mulu di kelas.
Di masa-masa itu, gue jadi sering
banget nginep di kontrakan Mail, dan dia juga sering nginep di kontrakan gue. Kemana-mana
gue juga hampir selalu nebeng dia. Oiya, kami punya suatu hobi “oportunis” yang
sama. Kami rajin berburu acara-acara seminar atau workshop yang gratis dan ada
makan siangnya. Prasmanan adalah terget utama kami saat itu.
Tapi, di luar kelas, derajat gue
beda jauh lah sama dia. Udah aktif di BEM KM dan Dema Fisipol sejak tahun
pertama. Terus, belum selesai amanah jadi kadept di JMF, dia udah melompat jadi
pejabat kampus sebagai MWA-UM. Mail emang terkenal di lingkup universitas. Saking
terkenalnya, tiap gue jalan bareng dia, selalu aja ada yang nyapa, “Mas Mail.”
Membuat gue ngerasa jadi remahan cheetos.
Terakhir gue banyak berurusan
sama doi itu pas ngurus Kelas Harmoni, sebuah kegiatan sosial yang
mempertemukan mahasiswa dengan difabel. Kegiatan ini di bawah naungan SP2KM. Saat
itu dia jadi ketua panitia dan gue jadi koor perkap. Berkat acara ini, gue dan
Mail jadi pernah bermalam di parkiran wisdom park UGM buat jagain barang-barang
kayak panggung, sound system, tenda, dll.
Setelah tiga semester penuh Mail
entah di kelas maupun di luar kelas, kami pun mulai mengambil persimpangan
jalan dengan arah yang berbeda. Sibuk dengan KKN masing-masing, dia jadi
kormanit di Lampung, gue di Gorontalo. Meski intensitas ketemu udah berkurang,
tapi kita masih tetep gayeng kok. Pas gue sempro kemaren, Mail sama Rara malah
dateng tanpa gue suruh, bawain biskuit-biskuit lucu gitu :’)
3. Ridho
Mochamad Ridha. Berasal dari
suatu daerah di Padang yang konon katanya sangat syahdu dengan padang rumput,
danau, senja, dan sayup-sayup adzan suraunya yang khas. Orangnya selalu ngegas,
pokoknya nggak sah jadi Ridho kalo nggak ngegas. Berpikiran terbuka, tapi awas
dia agak licik (wkwk). Sedang terobsesi dengan pola hidup sehat setelah
menyadari dia menggendut secara tidak wajar jika dibandingkan dengan awal
kuliah dulu. Fyi, dia ngefans Blackpink. Di komunikasi ngambil peminatan
Jurnalisme.
Dia adalah salah satu orang yang
paling bertanggung jawab atas majunya gue di pemilihan Ketua Komako (Korps
Mahasiswa Komunikasi). Oleh karenanya, gue seretlah dia jadi kadiv Litbang di
kabinet gue. Sehingga dia harus berpisah dengan mimpinya buat jadi Mas’ul JMF
(haha mampus). Kami pun melangkah bersama para pengurus harian dan staff Komako
lain untuk mewujudkan Komako yang representatif, memfasilitasi minat keilmuan
dan kreatif, serta nyaman untuk semua. Ridho banyak banget bantuin gue di
Komako, bikin gebrakan-gebrakan, hingga membawa divisinya jadi divisi terbaik
versi grand closing kabinet.
Kabinet Langkah Bersama Komako 2017
Selain di Komako, gue dan Ridho
juga menjadi saksi hidup dari pasang surutnya Sintesa, lembaga pers mahasiswa fakultas. Kami juga masih sama-sama rajin ngerecokin JMF kabinetnya Okky. Bedanya, dia juga aktif di BEM dan Dema, kayak Mail. Tahun selanjutnya, dia jadi Pimpinan
Dema (Dewan Mahasiswa) Fisipol dari komunikasi. Dan segala kesibukan lainnya
yang kebanyakan gue nggak faham wkwk. Sekarang, katanya doi lagi meraba-raba
dan mempersiapkan kehidupan pasca-kampusnya.
Masih kurus.
Entah mengapa, di antara tiga
anak lainnya, gue ngerasa jadi paling deket sama dia di tahun terakhir ini. Dia
jadi sering main ke kontrakan numpang main game online. Kadang sarapan atau
olahraga bareng. Teman sambat masalah skripsi, masa depan, asmara (ups), dan
gejolak masa muda lainnya. Kebetulan, gue dan dia juga magang di suatu start-up
yang sama.
4. Rama
Rama Shidqi Pratama. Anak Sleman
asli. Anaknya ceroboh dan suka halu. Meski begitu, dia cerdas dan wawasannya bisa
dibilang sangat luas. Di antara kami berlima, dialah yang paling jago masalah
desain, fotografi, dan urusan multimedia lainnya. Anak-anak jurusan lain sering
salah manggil gue Rama entah mengapa. Di komunikasi, dia ambil peminatan media
entertainment.
Sejujurnya gue nggak terlalu
inget apakah punya pengalaman personal yang mendalam sama doi. Pas tahun
pertama kami satu departemen di JMF, bareng Mail juga. Terus, yang paling
berkesan adalah saat kami sama-sama jadi pengurus inti RDF di tahun berikutnya.
Agak sweet ketika tiba-tiba dia ngasih surat elektronik buat para pengurus inti
RDF yang intinya berisi ucapan berterima kasih. Oiya, dulu Rama punya peran
penting sebagai tim kreatif dalam timses gue pas maju Komako.
Rama sempat menggantikan Mail
sebagai kadept di JMF. Lalu, karirnya melejit ke tingkat univ setelah ia purna
dari amanahnya tersebut. Masih di dunia dakwah kampus, Rama jadi kadept media
center Jamaah Salahuddin (JS). Mungkin berkat Rama, akun medsos JS jadi lebih
(sok) asik sekarang wkwk. Entah apa kesibukannya kini, sampe sekarang doi masih rajin nge-share postingan medsos JS di grup.
Udah? Yaudah gitu aja.