Monday, April 14, 2014

Azzam

Oke, cerita kali ini untuk memenuhi permintaan salah satu sahabat baik gue yang bernama Azzam. Dia minta gue nulis tentang dirinya dan di-upload di blog. Nampaknya dia belom tau kalo permintaannya adalah salah satu kesalahan terbesar dalam hidupnya. BAIKLAH AZZAM, GUE AKAN BONGKAR SEMUA AIB LO... BWAHAHAHAHAHA...

Enggak lah, gue nggak sekejam itu.

Terjadi sebuah tragedi kemiripan nama antara Azzam dan gue. Nama lengkapnya Muhammad Azzam Muzakki, sedangkan nama gue Muhammad Ramdayanu Muzakki. Berhubung cuma kita berdua yang punya nama Muzakki di Astonic, disebutlah kami berdua “Duo Muzakki”. Dia adalah anak yang berasal dari Lamongan. Bersama Topik, kami bertiga menyebut diri sebagai “ketua de facto” Jatmico. Sedangkan “ketua de jure”-nya adalah Hilmy. Aneh? Ya beginilah adanya.

Belum lama ini gue menganggap Azzam sebagai sahabat baik gue. Mungkin baru di awal-awal kelas XI. Bahkan, ketika masih kelas X, gue lumayan sebel sama anak yang satu ini. Di suka menyombongkan diri gitu, dan yah, gue nggak suka aja. Yah, emang begitulah dia. Sampe sekarang juga masih sering kelihatan sombongnya. Dia selalu ngerasa kalo mukanya ganteng (-_-). Larinya yang kencang dengan postur tubuh yang sedemikian rupa, membuatnya sering disebut sebagai badak liar. Selain itu, dia juga terkenal dengan kejayusannya yang nggak ketulungan. Di mana setiap dia ngelawak nggak pernah lucu jadinya.

Azzam menjadi seorang anak acara yang sudah nggak diragukan lagi kehebatannya. Kalo gak salah, dia nggak pernah jadi anak acara kalo bukan sebagai koor atau paling nggak partner koor.nya. Dan acara yang ia pegang bisa dibilang hampir semuanya sukses dan keren banget jadinya. Eh, bahkan waktu kelas X dulu, dia pernah menjadi seorang ketua acara Legionnaire 2013. Sebuah acara yang sangat dipaksakan keberadaannya, tapi lumayan keren jadinya.

Anak yang sedang dimabuk cinta ini (cieee...) adalah seorang koor divisi bahasa, sebuah divisi di bawah ketua 3 yang bisa dibilang paling vital karena progra kerja vitalnya yang berjudul Language Fun Day. Di mana divisi ini sangat sering mendapat hujatan dari publik mengenai LFD tersebut. Tapi mungkin itu hanya di awal-awal saja.


Intinya, gue sangat bersyukur bisa mengenal orang sehebat ini.



Topik

Kesan pertama tentangnya yang masih teringat sampai sekarang, adalah betapa gahool-nya dirinya. Bayangin, hari pertama masuk IC, penampilannya aja udah gak nanggung-nanggung. Ketika kebanyakan anak pake kemeja, celana bahan, sepatu, dan nenteng-nenteng koper, dia malah pake kaos bola warna merah, celana coklat bersaku banyak ala pramuka, muka yang lumayan eksotis, dan sendal jepit “swallow”. Barang-barangnya pun ngga dia masukin ke koper ato tas gitu, tapi karung. Dialah Taufiqur Rohman, seorang siswa IC yang berasal dari Ngawi.

Bisa dibilang Topik ini adalah orang pertama yang gue anggep sahabat sejak hari pertama masuk IC, sampe sekarang tentunya. Mungkin gue orang yang bisa berteman sama siapa aja. Tapi nggak segampang itu bagi gue buat mengakui seorang sahabat. Ya, tentu “teman” dan “sahabat” yang dimaksud di sini sangatlah berbeda. Bahkan, pernah setelah matrikulasi (kita berdua beda kelas matrik) gue bilang gini ke dia, “Ayo Pik, kita bakal sekelas di X-2.” Dan sebuah keajaiban pun terjadi. Saat pengumuman pembagian kelas, namanya dan nama gue ada di kolom yang sama, di X-2.

Singkat cerita, Topik terpilih menjadi ketua kelas Raxivenn. Pas di awal-awal kelas X, dia sering banget dibully sama temen-temen sekelas. Bener-bener cuma dia deh kayaknya yang jadi objek pembully-an. Dan orang yang paling gencar membully ketika itu adalah si wakil ketua kelas (oke, keadaan ini sangat persis sama kelas gue pas MTs dulu). Namun, lama-kelamaan kelas pun makin kompak dan Topik pun makin dihormati (?) oleh anak-anak kelas. Menurut gue, kalo bukan dipimpin sama Topik, Raxivenn gak bakal bisa jadi sekeren ini.

Naik kelas, kami pun berpisah kelas. Dia masuk XI NS 4, gue XI SS 1. Tapi kami berdua malah jadi sekamar di 103 I. Nggak cuma di kelas dan di kamar. Gue dan topik pun menjadi “pembesar” alias orang yang ditumbalin buat ngurusin macem-macem di Jatmico (Jawa Timur Community) bersama beberapa lainnya.

Pendapat gue tentangnya, dia lumayan bijaksana. Dia cepat belajar dari pengalaman dan keadaan. Doyan baca buku dan hal itu membuatnya ngerti macem-macem. Anak kampungan (sorry for this ._.v) yang sangat berkembang saat masuk IC (bayangin, pertama kali dia naik lift adalah setelah masuk IC). Dia jago manjat dan memiliki kemampuan selayaknya anak pramuka beneran. Kelihatannya, dia memiliki daya survive yang tinggi. Ah, dia sangat hebat.

Oke, intinya sih gini. Gue sangat menghargai dia sebagai sahabat gue. Walau pada kenyataannya, kita punya banyak perbedaan. Dia anak IPA, gue IPS. Sebagai OSIS, dia ada di kancah ketua 1 sebegai koor kedis, sedangkan gue di ketua 3 yang megang divisi jurnalistik. Orientasinya lebih condong ke I-Care, sedangkan gue lebih ke Sonlis. Tapi, gue nyaman kalo lagi bareng sama dia. Bahkan pernah beberapa kali, ketika gue lagi bingung ato galau, bertemu dengannya bisa bikin gue tenang lagi.

Pas kebetulan jadi anak acara bareng di Acasana

Jatmico Goes To Jatim Park

Nano Nano, Rame Rasanya!

“Buku, Pesta, dan Cinta.” Tiga kata ini pernah disampaikan mantan ketua OSIS gue yang sekarang udah jadi alumni. Tiga kata tersebut mewakili tiga tahapan selama tiga tahun hidup di IC. Pertama buku, yang mewakili tahun pertama. Kelas X adalah saatnya belajar. Belajar membiasakan diri dengan budaya IC, belajar bertahan hidup di asrama, belajar berteman, dan belajar dengan baik dalam akademik, khususnya untuk menentukan penjurusan. Yang kedua pesta, mewakili tahun kedua di IC. Di kelas XI ini emang bener-bener jadi pestanya sebuah angkatan di IC. Sebagai tulang punggung OSIS, bersama kelas X yang masih pada tahap belajar, kita membuat banyak acara. Yang terakhir cinta, mewakili tahun ketiga. Oke, gue nggak terlalu tahu maksudnya apa. Waktu itu sang mantan ketua OSIS nggak ngejelasin, dan gue juga blom pernah ngerasain. Sekarang gue ada di tahapan kedua, yakni pesta. Pesta berorganisasi, pesta mencari pengalaman, pesta bermain, pesta berteman, pesta, pesta, pesta!

Kali ini, gue ingin bercerita tentang sekumpulan orang yang menemani gue dalam pesta berorganisasi di OS-Cendekia 13/14. Mereka adalah divisi jurnalistik, sebuah divisi di bawah ketua 3 yang tentu saja tujuannya menampung minat dan bakat siswa-siswi IC di bidang jurnalistik. Kami menamai diri kami Nano Nano. Sebuah nama yang mungkin nggak ada arti atau maksud tertentu, bahkan kepanjangannya pun nggak ada. Tapi, seharusnya nama ini punya makna yang sangat dalam. Sesuai motto dari merk tersebut, “Manis, Asem, Asin, Rame Rasanya!”

Termasuk MPS, divisi ini beranggotakan 11 orang. Tujuh anak kelas XI, empat anak kelas X. Lima anak cowok, enam anak cewek. Mereka adalah gue, Hikam, Afif, Amany, Dea, Nagita, Fape, Hamdan, Febri, Tyas, dan Uqi. Sebagai koordinator, ada gue dan Amany.

Awalnya, gue sangat nggak nyangka bakal bisa gabung dengan divisi ini, apalagi jadi koor.nya. Waktu kelas X, gue nggak pernah berhubungan apa-apa sama divisi ini, kecuali sebagai anggota Jurassic yang pasif. 
Bahkan, ketika awal-awal kelas XI, gue udah megang tawaran sebagai wakil ketua MPS 13/14. Tapi, karena satu dan lain hal, gue lebih milih menerima tawaran untuk gabung sama divisi jurnalistik. Gue sempet agak tercengang (?) sama  nasehat yang diberikan mantan ketua MPS 12/13, “Pilihlah tempat di mana lo lebih dibutuhin.” Saat itu, gue yang lagi galau hanya bisa berdoa supaya pilihan gue ini nggak salah.

Dengan masuk ke dalam divisi ini, gue jadi kenal sama anak-anak yang belum pernah gue kenal sebelumnya (oke, konteks kenal di sini beda sama sekedar tau). Selama kelas X, gue jarang berurusan sama Hikam, Afif, Fape, Nagita, Dea, apalagi Amany. Gak ada anak Neo Maxis (Matrikulasi-1) atau Raxivenn (X-2). Bagi gue pribadi, semua ini bener-bener berasa lingkungan baru.

Singkat cerita, tes masuk OSIS bagi kelas X pun digelar. Kami pun memilih Hamdan, Uqi, dan Tyas. Febri sendiri dipilih oleh MPS untuk masuk divisi ini. Lengkaplah sudah anggota divisi ini.

Apa saja yang sudah dan masih harus kita urusin? Ada lomba bikin poster dan puisi dalam rangka milad “sweet seventeen” IC. Mading Times, sebuah mading yang memberitahu acara-acara OSIS dan hari-hari besar pada bulan tertentu. Kolom jurnalis, tempatnya anak-anak IC secara umum bisa menempel karya. J-Pret, sebuah kompetisi fotografi yang diadakan secara berkala. Jurassic, ekskul jurnalistik yang kerjanya bikin mading dan majalah Magnet. Penyediaan koran di asrama, seminar jurnalistik, lomba desain kaos, website OSIS, pin OSIS, dan dokumentasi OSIS.

Walaupun kadang nyebelin dan agak susah setiap kali mau ngumpul lengkap, tapi gue menikmati bekerja bersama mereka. Banyak yang udah kita lewati bareng-bareng. Pleno yang ngebosenin, ngurusin lomba pas milad IC, milih-milih desain kaos, bikin kolom jurnalis sampe kotor-kotoran, dan banyak lainnya.

Afif yang jago desain dan panikan, Hikam yang rajin tapi ngga jelas, Hamdan yang lebih rajin dan lebih ngga jelas, Febri yang banyak inovasi tapi gampang ngantuk, Amany yang hebat, serem, dan beraura hitam, Nagita yang rajin tapi males (?), Dea yang bisa diandalkan dan alay, Fape yang baik dan sensasional, Tyas yang doyan senyum-senyum dan lebay, Uqi yang rajin tapi alay-nya sumpah nggak ketulungan, dan gue yang bisanya cuma nyuruh-nyuruh doang. Sebelas permen berbagai macam rasa dalam sebuah bungkusan bernama Nano Nano.

OSIS

OSIS-MPS

Fape, Dea, Amany, gue, Hikam, dan Afif di depan monas

Pas Milad IC, bersama Kak Assad

Ah, gue cinta kalian semua...  Moga-moga ke depannya kita bisa makin kompak lagi :D

Malam Pelantikan Paskib

Posting ini sebenernya udah gue tulis sejak jaman dahulu kala. Tapi nggak tau kenapa, gue lupa kalo pernah nulis ini. Barusan, gue nemu tulisannya dan langsung aja sekarang gue post. Ini semua tentang pelantikan paskibra di IC.

Sebenernya udah niat buat ngga modus sih. Udah sengaja milih pos jaga di lapangan bola yang ngga ada ceweknya. Cuma ada Ikbar sama Novri. Eh, ternyata gue malah dipindah ke pos empat dan gue jadi satu-satunya cowok di sana. Ya, ada gue, Firza, sama Kak Farika, tambah Selvi sebagai dokum dan Tamara sebagai PMR.

Tugas gue sebagai tempat lapor masuk-keluar pos dan ngasih instruksi tentang apa yang harus dikerjakan di pos ini. Dan inilah instruksi yang gue ucapin belasan kali sampe bosen :

“Selamat datang di pos 4. Tugasmu di sini adalah mencari dua lembar kertas di sana. Kertas pertama adalah kertas HVS. Kamu nggak boleh nyentuh kertas itu, tapi harus paham dan hafal apa isinya. Kertas kedua adalah kertas seukuran buku tulis. Yang ini boleh kamu ambil, tapi harus kamu balikin lagi ke tempatnya semula. Di dalamnya ada lima kalimat, kamu harus hafal dan paham salah satunya. Kakak kasih kamu waktu satu menit buat nyari dan ngehafalinnya, tapi kakak nggak akan ngasih tau kapan waktunya habis. Kamu perkirakan sendiri dan gunakan waktu sebaik mungkin. Kakak bekali kamu sama senter ini. Waktu satu menit dimulai dari, sekarang!”

(Wow, ternyata kata-kata yang gue kasih ke mereka panjang juga ya.. Gue baru sadar habis ngetik ini -_-)


Selanjutnya Firza yang ngurus. Gue nggak terlalu tahu apa “perlakuan” selanjutnya ke adek kelas. Intinya, mereka dimarah-marahin, disuruh push-up, ngehafalin motto paskibra dan salah satu dari lima kata-kata mutiara. Habis selesai itu, mereka lapor lagi ke gue, terus lanjut ke pos selanjutnya.

Mungkin pas awal-awal gue ngerasa kalo gue terlalu baik. Tapi, habis ngelihat Firza marah-marah ke adek kelas, gue jadi nyoba meninggikan suara ‘ndikit-dikit ngerjain mereka. Dan ternyata makin lama gue makin ketagihan, bahkan makin menjadi-jadi. Tapi katanya gue masih kurang garang. Firza sendiri pas ngasih materi sampe nyuruh-nyuruh adek kelas push-up. Lha Kak Farika? Dia mondar-mandir dari pos 4 ke pos 5. Ngasih-ngasih kode gitu lah.

Pelantikan paskib di IC mungkin nggak seseru di sekolah lain. Kata temen-temen gue, pelantikan di SMP mereka dulu jauh lebih menantang, lebih kejam, dll. Tapi tetep aja, ini pengalaman pertama gue. Yang tahun lalu jadi peserta, tahun ini gue jadi panitia. Gue lumayan puas bisa bentak-bentak adek kelas walau katanya nggak garang sama sekali. Gue seneng bisa begadang, ngga tidur semaleman buat acara ini, ikut ngerencanain acara ini, muter-muter matiin lampu, dan yah, kontribusi gue cuma dikit di acara ini. Tapi, gue ngerasa total.


Salut buat divisi PPBN yang udah mengonsep acara dengan sebaik-baiknya, ngurus perizinan, dll. Juga buat anak paskib kelas XI dan XII yang udah total jadi panitia dengan semangat ngerjain adek-adek kelasnya. Tak lupa paskibra baru dari kelas X yang mau aja dikerjain sama kakak-kakak kelasnya. Haha.

Para generasi baru

Libur UN Ini...

Sekolah diliburkan karena kelas XII lagi UN. Libur? Ah, mungkin "istirahat di rumah" lebih tepat untuk mendeskripsikannya. Ya, gue memang memanfaatkan libur ini buat bener-bener istirahat di rumah buat ngebalikin tenaga habis kecapekan dan sakit tipes. Biasa, gue menghabiskan waktu istirahat ini di rumah sodara gue di Serpong.

Gue sebenernya juga udah menyiapkan banyak hal buat diceritain. Oke, sebenernya banyak banget yang udah gue alami selama kelas XI, khususnya di semester dua ini. Jadi koor jurnal, pertama kali jadi BPH acara, tentang Sonic Linguistic 2014, dll. Gue sebenernya juga pengen cerita tentang beberapa orang yang berpengaruh dalam hidup gue. Tapi, kayaknya rencana ini akan kacau dengan adanya PR yang ternyata lebih banyak dari yang dibayangkan.

Ah, ya sudah, gue nikmati aja "istirahat di rumah" kali ini.

Oh iya.. SEMANGAT BUAT KAKAK-KAKAK MAGNIVIC ALENCEARIN YANG SEDANG BERJUANG MENGHADAPI UN... SEMOGA BISA MERAIH YANG LEBIH BAIK, YANG TERBAIK..!!!