Kesan pertama tentangnya yang masih teringat
sampai sekarang, adalah betapa gahool-nya dirinya. Bayangin, hari pertama masuk
IC, penampilannya aja udah gak nanggung-nanggung. Ketika kebanyakan anak pake
kemeja, celana bahan, sepatu, dan nenteng-nenteng koper, dia malah pake kaos
bola warna merah, celana coklat bersaku banyak ala pramuka, muka yang lumayan
eksotis, dan sendal jepit “swallow”. Barang-barangnya pun ngga dia masukin ke
koper ato tas gitu, tapi karung. Dialah Taufiqur Rohman, seorang siswa IC yang
berasal dari Ngawi.
Bisa dibilang Topik ini adalah orang pertama
yang gue anggep sahabat sejak hari pertama masuk IC, sampe sekarang tentunya.
Mungkin gue orang yang bisa berteman sama siapa aja. Tapi nggak segampang itu
bagi gue buat mengakui seorang sahabat. Ya, tentu “teman” dan “sahabat” yang
dimaksud di sini sangatlah berbeda. Bahkan, pernah setelah matrikulasi (kita
berdua beda kelas matrik) gue bilang gini ke dia, “Ayo Pik, kita bakal sekelas
di X-2.” Dan sebuah keajaiban pun terjadi. Saat pengumuman pembagian kelas,
namanya dan nama gue ada di kolom yang sama, di X-2.
Singkat cerita,
Topik terpilih menjadi ketua kelas Raxivenn. Pas di awal-awal kelas X, dia
sering banget dibully sama temen-temen sekelas. Bener-bener cuma dia deh
kayaknya yang jadi objek pembully-an. Dan orang yang paling gencar membully
ketika itu adalah si wakil ketua kelas (oke, keadaan ini sangat persis sama
kelas gue pas MTs dulu). Namun, lama-kelamaan kelas pun makin kompak dan Topik
pun makin dihormati (?) oleh anak-anak kelas. Menurut gue, kalo bukan dipimpin
sama Topik, Raxivenn gak bakal bisa jadi sekeren ini.
Naik kelas, kami
pun berpisah kelas. Dia masuk XI NS 4, gue XI SS 1. Tapi kami berdua malah jadi
sekamar di 103 I. Nggak cuma di kelas dan di kamar. Gue dan topik pun menjadi
“pembesar” alias orang yang ditumbalin buat ngurusin macem-macem di Jatmico
(Jawa Timur Community) bersama beberapa lainnya.
Pendapat gue
tentangnya, dia lumayan bijaksana. Dia cepat belajar dari pengalaman dan
keadaan. Doyan baca buku dan hal itu membuatnya ngerti macem-macem. Anak
kampungan (sorry for this ._.v) yang sangat berkembang saat masuk IC (bayangin,
pertama kali dia naik lift adalah setelah masuk IC). Dia jago manjat dan
memiliki kemampuan selayaknya anak pramuka beneran. Kelihatannya, dia memiliki
daya survive yang tinggi. Ah, dia sangat hebat.
Oke, intinya sih
gini. Gue sangat menghargai dia sebagai sahabat gue. Walau pada kenyataannya,
kita punya banyak perbedaan. Dia anak IPA, gue IPS. Sebagai OSIS, dia ada di
kancah ketua 1 sebegai koor kedis, sedangkan gue di ketua 3 yang megang divisi
jurnalistik. Orientasinya lebih condong ke I-Care, sedangkan gue lebih ke
Sonlis. Tapi, gue nyaman kalo lagi bareng sama dia. Bahkan pernah beberapa
kali, ketika gue lagi bingung ato galau, bertemu dengannya bisa bikin gue
tenang lagi.
Pas kebetulan jadi anak acara bareng di Acasana
Jatmico Goes To Jatim Park
No comments:
Post a Comment