Monday, April 14, 2014

Topik

Kesan pertama tentangnya yang masih teringat sampai sekarang, adalah betapa gahool-nya dirinya. Bayangin, hari pertama masuk IC, penampilannya aja udah gak nanggung-nanggung. Ketika kebanyakan anak pake kemeja, celana bahan, sepatu, dan nenteng-nenteng koper, dia malah pake kaos bola warna merah, celana coklat bersaku banyak ala pramuka, muka yang lumayan eksotis, dan sendal jepit “swallow”. Barang-barangnya pun ngga dia masukin ke koper ato tas gitu, tapi karung. Dialah Taufiqur Rohman, seorang siswa IC yang berasal dari Ngawi.

Bisa dibilang Topik ini adalah orang pertama yang gue anggep sahabat sejak hari pertama masuk IC, sampe sekarang tentunya. Mungkin gue orang yang bisa berteman sama siapa aja. Tapi nggak segampang itu bagi gue buat mengakui seorang sahabat. Ya, tentu “teman” dan “sahabat” yang dimaksud di sini sangatlah berbeda. Bahkan, pernah setelah matrikulasi (kita berdua beda kelas matrik) gue bilang gini ke dia, “Ayo Pik, kita bakal sekelas di X-2.” Dan sebuah keajaiban pun terjadi. Saat pengumuman pembagian kelas, namanya dan nama gue ada di kolom yang sama, di X-2.

Singkat cerita, Topik terpilih menjadi ketua kelas Raxivenn. Pas di awal-awal kelas X, dia sering banget dibully sama temen-temen sekelas. Bener-bener cuma dia deh kayaknya yang jadi objek pembully-an. Dan orang yang paling gencar membully ketika itu adalah si wakil ketua kelas (oke, keadaan ini sangat persis sama kelas gue pas MTs dulu). Namun, lama-kelamaan kelas pun makin kompak dan Topik pun makin dihormati (?) oleh anak-anak kelas. Menurut gue, kalo bukan dipimpin sama Topik, Raxivenn gak bakal bisa jadi sekeren ini.

Naik kelas, kami pun berpisah kelas. Dia masuk XI NS 4, gue XI SS 1. Tapi kami berdua malah jadi sekamar di 103 I. Nggak cuma di kelas dan di kamar. Gue dan topik pun menjadi “pembesar” alias orang yang ditumbalin buat ngurusin macem-macem di Jatmico (Jawa Timur Community) bersama beberapa lainnya.

Pendapat gue tentangnya, dia lumayan bijaksana. Dia cepat belajar dari pengalaman dan keadaan. Doyan baca buku dan hal itu membuatnya ngerti macem-macem. Anak kampungan (sorry for this ._.v) yang sangat berkembang saat masuk IC (bayangin, pertama kali dia naik lift adalah setelah masuk IC). Dia jago manjat dan memiliki kemampuan selayaknya anak pramuka beneran. Kelihatannya, dia memiliki daya survive yang tinggi. Ah, dia sangat hebat.

Oke, intinya sih gini. Gue sangat menghargai dia sebagai sahabat gue. Walau pada kenyataannya, kita punya banyak perbedaan. Dia anak IPA, gue IPS. Sebagai OSIS, dia ada di kancah ketua 1 sebegai koor kedis, sedangkan gue di ketua 3 yang megang divisi jurnalistik. Orientasinya lebih condong ke I-Care, sedangkan gue lebih ke Sonlis. Tapi, gue nyaman kalo lagi bareng sama dia. Bahkan pernah beberapa kali, ketika gue lagi bingung ato galau, bertemu dengannya bisa bikin gue tenang lagi.

Pas kebetulan jadi anak acara bareng di Acasana

Jatmico Goes To Jatim Park

No comments:

Post a Comment