Sunday, November 18, 2012

Satu Dua Berjaya - Majukan Indonesia



Assalamualaikum, teman-teman! Sori banget, udah lama buanget gue nggak posting. Biasa, beberapa bulan belakangan ini gue jadi orang (sok) sibuk. 
Nah, mumpung ada libur, gue kebelet posting nih. Tapi gue nggak tau harus posting apaan. Akhirnya gue keinget sama salah satu lomba pas bulan Romadhon lalu, yakni Trash Music atau TRASHIC. Lomba mengubah lirik lagu apa aja menjadi lagu perjuangan bangsa, dan dipresentasikan dengan menggunakan sampah sebagai alat musiknya. Lomba ini menggabungkan kelas X dan mantan kelas X dari 3 angkatan. 
Kami, X-2 dari tiga angkatan (Satu Dua Berjaya) mengawali lagu ini dengan dentingan botol-botol sirup yang diisi air, lalu dilanjutkan dengan alunan dangdut dari ember, botol plastik, tongkat kayu, dan lain-lain. Nah, silakan baca liriknya, dan cobalah bernyanyi dengan lagu ini.. hehe

Satu Dua Berjaya - Majukan Indonesia

Don't cry, don't be shy
Kita semua ada di sini
Berjuang bersama bela negeri ini
Impian semua pemuda bangsa
Satukan Indonesia

Indonesia bersatu berjuang
Kita bisa majukan negeri ini
Indonesia bersatu berjuang
Kita bisa majukan negeri ini

Tahukah negeriku berbeda istimewa... aaaa...
Dia bisa membuat dunia jatuh cinta... pada sinarnya..aaa....

Kita Raxivenn, Galexvier, Oxovus
Kita Satu Dua tetap berjaya
Kita Raxivenn, Galexvier, Oxovus
Kita Satu Dua tetap berjaya

Edited from song : Cherrybelle - Beautiful
Lyrics edited by : Hidayaturrahman and M. Ramdayanu Muzakki

Wednesday, August 22, 2012

Anak Baru di Lingkungan Baru


(Artikel ini ditulis saat hari pertama puasa, 1 Ramadhan 1433 H/20 Juli 2012 M)

Hai guys! Udah lama banget ya, gue nggak posting di sini. Maklum, gue kan baru masuk SMA. Hampir nggak ada waktu kosong buat nulis dan cerita ke kalian. Hehe.

Oh ya! Udah pada tau belom nih, sekarang gue sekolah di mana? Alhamdulillah, sekarang gue sekolah di madrasah yang sudah gue impikan sejak kelas tujuh, yakni MAN Insan Cendekia Serpong. Di sini sekolah asrama (boarding school), man! Mirip kayak pondok modern gitu. Dan di awal tahun ini, anak kelas X (sepuluh) disibukkan dengan banyak kegiatan.  Nah, di waktu luang yang singkat ini, gue menyempatkan diri untuk menengok kalian semua yang udah pada kangen baca cerita dari gue.

Eh, kalian mau tau nggak, apa aja sih kesibukan gue sebagai anak baru di MAN IC? Gue yakin kalian semua pasti mau. Udah, gak usah protes. Pokoknya, baca aja lanjutan ceritanya!

Pagi itu, Sabtu, 7 Juli 2012, gue berangkat ke MAN IC dari rumah Mbah Harno, bapak dari ibu gue yang tinggal di Ciater, Tangerang Selatan. Sesampainya di sana, gue langsung menuju tempat registrasi siswa baru.
Nah, di sinilah kepanikan dimulai. Mengapa semua anak yang ngantri pada bawa ijazah? Gue langsung ngecek kertas yang berisi data, barang apa saja yang harus dibawa saat hari pertama masuk.  Mampus! Ternyata memang tertulis ijazah di kertas itu. Lalu bagaimana nasib gue yang datang tanpa ijazah? Waktu itu, ijazah gue ketinggalan di Kediri. Lebih tepatnya, sengaja gue tinggal di Kediri karena gue anggep bikin tas tambah berat.

Gue panik. Panik sejadi-jadinya.

Lalu tangan bapak gue mendarat di pundak gue, sambil beliau berkata, “Tenang aja.” Entah mengapa, kata-kata itu benar-benar berhasil membuat gue tenang. That’s like magic spell! Akhirnya, kami pun bisa tetep registrasi tanpa ijazah. Mungkin petugasnya memang baik, atau bapak gue menggunakan mantra saat negosiasi.

Setelah lega, aku, bapak, dan ibu masuk ke gedung serba guna (GSG). Gedung ini semacam aula gitu. Di sana, kami mendengarkan sambutan-sambutan membosankan dari kepala madrasah dan para wakilnya. Udah selesai gitu, anak-anak dan orang tuanya dipisah. Para ortu tetap di GSG untuk membicarakan hal-hal penting, sedangkan anak-anak keluar dari GSG, tepatnya di ruang kelas untuk persiapan PTS.

Apa itu PTS? PTS adalah singkatan dari Pekan Ta’aruf siswa. Di sekolah lain, mungkin kalian mengenal MOS. Ya, hampir mirip lah. PTS didesain khusus oleh kakak-kakak kelas  untuk memperkenalkan MAN IC, serta menanamkan kebiasaan,nilai-nilai, dan ‘adat’ yang ada di MAN IC  kepada anak-anak baru. PTS mendidik kita untuk terbiasa hidup mandiri, jujur, tanggung jawab, serta disiplin. Acara ini juga berfungsi untuk mempersatukan angkatan kita. Maklum lah, anak-anak di sini berasal dari berbagai macam daerah.

PTS benar-benar membekas di hati gue sebagai anak baru. Seru-seruan bareng bareng kakak acara, curhat bareng kakak tutor, dimarah-marahin sama kakak tatib, dan masih banyak laennya. Semua itu menggambarkan seluruh aspek kehidupan di MAN IC, dan itu berlangsung hanya dalam seminggu.

Di penghujung acara PTS, ada kegiatan yang seru banget nih! Namanya Long March. Yak, kita berpetualang dan bersenang-senang di luar lingkungan MAN IC. Pas Long March, kita masuk-masuk ke perkampungan, menjelajahi hutan, menyusuri sungai, dan berhenti di tiap pos untuk bermain game yang sudah dirancang oleh kakak-kakak kelas. Seru dah, pokoknya!

Ya, hanya sedikit itu yang bisa gue certain ke kalian. Habis ini mau ada kegiatan “Tahrib Ramadhan” nih. Kapan-kapan gue ceritain macem-macem lagi ya. Dadaah..~

Sunday, June 17, 2012

Rusun Al-Azhar, Asrama Kita


Halo semuaaa...! Pagi hari tadi gue habis acara perpisahan kelas 9 nih. Rasanya sedih, harus meninggalkan madrasah tercinta dengan kenangan-kenangan yang sudah tercetak dalam hati ini. Pasti akan sulit untuk melupakan semuanya.
Salah satu kenangan terbaik yang gue miliki adalah bersama teman-teman sekelas gue saat di asrama. Di tengah-tengah waktu santai ini, gue ingin bercerita kepada kalian semua tentang asrama yang gue tempati selama di MTs ini. Gue inget pernah posting tentang ini. Namun penulisan posting yang lama cukup berantakan. Jadi gue putuskan untuk me-remake posting tentang asrama gue. Selamat membaca...
Kalo lo mengikuti posting-posting gue sebelumnya, lo pasti tahu kalo gue adalah anak Acceleration Class Program alias ACP. ACP mewajibkan bagi para siswanya untuk tinggal di asrama agar lebih fokus belajar. So, selama dua tahun ini gue tinggal bersama temen-temen gue di asrama.
Asrama tempat gue tinggal lebih dikenal dengan nama ‘Mahad Al-Azhar’.  Program di asrama memang bukan hanya untuk memforsir para muridnya dengan pelajaran-pelajaran tambahan, namun juga memberikan pendidikan islami layaknya pondok pesantren, seperti kitab kuning, kitab gundul, dan kitab-kitab lainnya. Oleh karena itu, asrama ini diberi nama ‘mahad’ agar terkesan islami.
Mungkin kedengarannya elit banget. Gue anak kelas akselerasi, dan gue mendapatkan fasilitas boarding school alias asrama atau mahad. Namun, dibalik semua itu ada banyak hal absurd yang tak nampak. Semua itu berasal dari para penghuninya, terutama para cowok.
Salah satu contohnya datang dari seorang cowok yang punya tampang keren. Dia memiliki banyak fans hampir di setiap kelas di MTs. Namun, anak itu suka ngentut. Dan hal ini hanya diketahui oleh penghuni mahad. Seringkali kentutnya nggak bersuara, namun baunya lebih nggak enak dari kentut beruang. Mungkin dia memang sengaja menyamarkan suara kentutnya, agar ketika semua anak sedang lengah, ia bisa membuang gas beracunnya itu tanpa diketahui, hingga ia bisa membunuh hidung milik temannya.
Namun, ada juga anak yang nggak suka buang-buang kentut. Dia sayang banget sama kentutnya. Saat kepepet akan meledak, dia langsung mencari seorang temannya. Dia tempelkan pantatnya ke pantat orang lain, lalu melakukan semacam ‘transfer kentut’. “Daripada mubadzir, lebih baik diberikan kepada teman,” begitu katanya.
Kalo menurut gue, asrama gue ini lebih pantas disebut rusun (rumah susun). Gimana nggak? Keadaan di Mahad Al-Azhar emang bener-bener absurd dan nggak jelas, persis rusun. Ada handuk-handuk yang dijemur sembarangan, ada ustadzah yang galak banget dan lebih mirip penagih uang sewa rusun, ada banyak kucing liar yang doyan gangguin anak-anak pas makan, ada anak yang suka ngambil celana dalem temennya terus dilempar-lempar ke teras, ada anak pacaran, bahkan ada beberapa anak yang maho di sana.
Masalah anak yang maho, ada kisah unik dari ‘sepasang’ lelaki. Dua anak tersebut mesra banget. Setiap kali mereka berpapasan pasti peluk-pelukan dan cipika-cipiki. Mesra banget, dan itu menjadi salah satu hiburan tersendiri bagi kita yang melihatnya.
Suka duka telah gue lalui di Mahad Al-Azhar selama dua tahun ini. Bagaimana pun juga, gue sedih harus meninggalkan ini semua. Banyak hal yang sudah gue lalui di sini, dan itu membuat gue menjadi lebih berpengalaman. Di sini pertama kalinya gue main layangan, ngerusak laptop temen, pacaran sama cowok, dan banyak lainnya.
Hanya satu harapan gue buat mahad. Gue berharap, mahad bisa jadi lebih baik dari sekarang. Gue ingin generasi penerus gue menjadi orang baik-baik. Nggak kayak kita, kakak-kakaknya yang absurd begini.
Dan jangan lupa, nantikan cerita berikutnya ya..!!!

Thursday, June 14, 2012

Kesan yang Ditinggalkan


Halo, teman-teman semua. Udah lama banget ya, gue nggak posting. Gue jadi kasihan sama kalian, udah kelamaan nungguin cerita dari gue. Kalian kok pada pasang wajah melas ya? Eh, lo yang dipojokan sana jangan nangis dong. Udah, sini deh.. Semuanya dapet *pukpuk* gratis dari gue. Gue baik kan? So pasti dong, gue gitu loh.
Oke, cukup basa-basinya dan mari kita mulai cerita hari ini.
Gue ingin berbagi kisah tentang kesan-kesan yang pernah gue tinggalkan di MTsN Kediri 2 selama gue sekolah di sana. Yang gue bicarakan di sini adalah kesan yang (mungkin) baik bagi orang-orang. Soalnya, kalo gue cerita tentang kesan yang buruk, itu namanya membuka aib. Kata ibu itu nggak boleh dilakukan, walau gue sering juga sih, buka-buka aib pada posting lainnya.
Kesan yang gue bicarakan di sini berkaitan dengan sifat ke-PD-an gue yang berkembang secara abnormal dalam jiwa gue. Itu semua berkaitan dengan ‘kreasi’, ‘panggung’, dan ‘banyak orang’. Dengan kata lain, ini semua berkaitan dengan pengalaman gue saat tampil di muka umum selama gue ada di MTsN Kediri 2.
PD alias percaya diri udah merupakan harga mati dalam hidup gue. Saking PeDenya gue, sifat itu bagaikan sudah mendarah daging hati jantung otak pundak lutut kaki dan lain-lainnya. Bahkan nggak main-main, saat hari pertama masuk MTs, gue sudah berani maju ke muka umum. Waktu itu masih matrikulasi. Yang masuk sekolah hanya calon murid kelas excellent dan akselerasi. Saat itu, kita semua masih pake seragam dari SD masing-masing.
Matrikulasi adalah pelajaran yang harus diambil oleh calon siswa kelas excellent dan akselerasi. Matrikulasi bertujuan untuk memperdalam materi bahasa inggris dan bahasa arab, agar tak kesulitan saat mulai sekolah nanti. Jumlah calon siswa yang ada sekitar 80 itu dibagi menjadi enam kelompok. Kegiatan ini berlangsung selama beberapa minggu, dan gue sangat enjoy menjalaninya.
Saat itu adalah jam pelajaran bahasa arab. Di hari pertama ini, semua kelompok dikumpulkan jadi satu di aula. Kita diajarkan sebuah lagu berbahasa arab yang judunya ‘Assalamualaikum’. Habis diajarin, sang tutor meminta seorang anak untuk maju dan menyanyikan lagu tadi. Gue tengok kanan kiri. Gue melihat anak-anak pada pasang wajah khawatir. Dari wajah cemas mereka, terpancar kata-kata “Gimana kalo gue yang dipilih?”
Entah bagaimana ceritanya, gue jadi kasihan sama mereka. Tanpa basa-basi lagi, gue langsung acungkan jari tangan gue dan langsung maju. Gue nyanyi dengan PD-nya di depan banyak anak. Gue tetep pasang wajah nggak berdosa, padahal banyak salahnya. Yang penting gue bangga bisa membuat kesan pertama, dan membuat orang-orang kenal gue. Mungkin gara-gara itu, gue dijadikan ketua kelompok oleh temen-temen.
Pernah juga gue tampil bareng temen-temen gue sekelas pada perpisahan kelas 9 tahun lalu, di aula MTs. Waktu itu kita menampilkan drama berjudul ‘Andhe-Andhe Lumut’. Pasti lo sudah banyak yang tahu, kalo kisah ini bercerita tentang seorang pangeran yang sedang mencari cinta. Pangeran itu akhirnya jatuh cinta pada seorang gadis yang merupakan anak tiri dari seorang janda. Gadis yang dicintai pangeran itu selalu dicaci maki dan disuruh-suruh layaknya pembantu oleh saudara-saudara tirinya. Namun karena kekuatan cinta, gadis itu pun bisa menikah dengan pangeran.
Begitulah kurang lebih ceritanya (seinget gue). Kisah di atas bisa dibilang cukup epic. Namun, dengan bantuan dari guru bahasa indonesia dan guru bahasa jawa, kelas kami berhasil mendaur ulang cerita rakyat tersebut menjadi lakon yang lucu. Di dalam ceritanya, terdapat juga seorang lelaki yang berperilaku layaknya perempuan (baca : banci) bernama Klenting Ganyong. Sialnya, gue lah yang harus memerankan tokoh itu.
Awalnya, gue takut kejantanan gue sebagai laki-laki akan memudar jika menerima peran itu. Namun, apa daya gue? Hanya gue anak yang bisa berperan menjadi apa pun di atas panggung. Lagipula jika gue nggak mau memerankan tokoh itu, gue terancam nggak akan tampil dalam lakon ini. Akhirnya, dengan berat hati gue menerima peran ini.
Namun, akhirnya gue nggak nyesel. Setelah itu, semakin banyak orang yang mengenal gue. Bisa dibilang, gue semakin terkenal gara-gara ini. Selain itu, gue jadi ngerti tentang satu hal. Jika berdandan seperti cewek, gue benar-benar terlihat cantik. Gue sampai jatuh cinta sama diri gue sendiri! Gile, sodara-sodara!
Semua tadi gue lakukan saat kelas satu. Setelah berganti tahun pelajaran, gue naik jadi kelas dua. Pas kelas dua ini, gue menjadi ketua kelas berdasarkan hasil voting. Awalnya gue takut jadi ketua kelas, karena tanggung jawabnya yang besar benget. Namun lama-kelamaan gue enjoy juga, karena kerjanya ketua kelas ternyata lebih enteng daripada sekretaris. Bagaimana gue bisa tahu? Karena saat kelas satu, gue lah yang menjadi sekretarisnya. Protes?!
Selama gue memimpin ACP2, bisa dibilang kita lebih sukses daripada tahun lalu. Tahun ini kita berhasil meraih juara pertama pada setiap perlombaan antar kelas yang kita ikuti. Yang pertama adalah lomba mading antar kelas, kita mendapat juara 1 untuk kategori kelas 9. Yang kedua dan ketiga adalah lomba kelas terpadu alias kelas terbersih dan lomba yel-yel saat jalan santai, kita juga mendapat juara 1 mengalahkan seluruh kelas tujuh sampai sembilan.
Semua itu tak lepas dari peran seluruh anggota kelas yang sudah mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai yang terbaik. Terutama anak cewek, yang paling banyak kerjanya, membersihkan kelas dalam lomba kelas terpadu. Selain itu, wali kelas kami, Bu Eka yang rajin menemani, memberi dukungan, dan memasakkan makanan yang sehat untuk kami semua. Juga Pak John, pengurus program akselerasi yang baru, yang mengizinkan kami mengikuti berbagai macam lomba. Kesempatan ini tak banyak kami jumpai pada tahun pertama, karena memang pengurus akselerasi yang lama nggak memperbolehkan kita ikut banyak kegiatan sekolah.
Kembali ke topik pertama, gue juga pernah tampil pidato dadakan saat buka puasa bersama kelas 8. Ceritanya nih, sebelum buka puasa, anak-anak disuruh mendengarkan pidato seputar islam dari seorang siswi kelas 8I, namanya Risma. Pas dia sudah selesai ngomong di depan anak-anak, masih ada waktu beberapa belas menit sebelum waktu berbuka. Tiba-tiba, seorang guru menantang anak cowok ACP2 untuk pidato secara spontan di depan semua anak. Katanya, beliau ingin mengetahui kemampuan anak-anak kelas kita. Semua anak langsung menunjuk ke arah gue.
Busyet, kenapa harus gue?! Si Risma sih enak, dia udah latihan selama beberapa minggu. Sedangkan gue, harus tampil spontan! Terpaksa deh, gue mikir-mikir sebentar, lalu mendapat ide untuk pidato tentang silaturahmi. Ya udah, gue maju ke depan anak-anak dan ngomong ceplas-ceplos aja. Biarpun agak gugup juga sih, tapi gue seneng dan bangga banget. Hehe.
Setelah sekian lama menjalani tahun kedua ini, mental gue semakin terasah. Gue semakin PeDe dan pemberani. Hingga tibalah hari peringatan HUT Matsanda (MTsN Kediri 2). Sebenernya, hari jadinya sih masih tanggal 16 Maret. Namun sebelum itu, pada hari Minggu, 11 Maret 2012 Matsanda mengadakan jalan santai untuk memeriahkan HUT-nya. Pada jalan santai kali inilah, ada lomba yel-yel terbaik. Dan kelas gue lah yang mendapat juara pertama.
Seperti biasanya, selalu ada pentas dan pembagian doorprize sesudah jalan santai. Kebanyakan anak-anak sih menampilkan band dan karaoke lagu dangdut. Namun gue berani menampilkan hal yang berbeda dan baru, yakni stand up comedy. Memang, waktu itu gue baru mengenal stand up comedy, dan gue langsung tertarik untuk mencobanya. Saat mendengar ada seleksi untuk tampil saat pentas HUT Matsanda, gue langsung mendaftarkan diri gue untuk menampilkan stand up comedy.
Bisa dibilang, gue adalah orang pertama yang menampilkan wujud stand up comedy dalam sejarah pentas di MTsN Kediri 2 ini. Untuk percobaan pertama, gue tampil dengan materi jiplakan dari Raditya Dika, namun dengan gaya gue sendiri (maaf ya Bang!). Tampaknya penampilan gue cukup memuaskan, karena bisa membuat banyak orang tertawa. Bahkan Pak Nur Salim, kepala madrasah pun sampai terpingkal-pingkal, karena ada salah satu lawakan khas beliau yang gue pakai. Namun, gue masih mendapat beberapa kritik, seperti terlalu cepat, kurang jelas, dan materi yang copas Raditya Dika.
Untungnya, gue sempet memperbaiki penampilan gue saat perpisahan kelas 9, beberapa minggu yang lalu di aula MTs. Kali ini gue membuat materinya sendiri, dan mencoba memperbaiki gaya bicara gue. Namun sayang banget, dari sekian materi yang gue buat, beberapa di antaranya terasa nggak layak untuk ditampilkan saat momen perpisahan. Terpaksa gue hilangkan, dan durasinya jadi sedikit. Namun gue cukup puas karena bisa memperbaiki penampilan pertama gue.
Ya, itulah wujud dari ke-PD-an gue yang bisa dibilang abnormal. Sebenarnya masih ada beberapa lagi. Gue pernah jadi anggota paskib MTs, tampil maen rebana, dan laen-laen.  Namun itulah yang paling mengesankan dan membekas di hati gue.
Jadi siswa akselerasi, memang memiliki banyak tuntutan dalam hal pelajaran. Namun hal itu nggak bisa menghadang gue untuk tetap berkreasi dan berinovasi, serta meninggalkan kenangan yang mengesankan agar selalu diingat sampai kapan pun.

Monday, May 21, 2012

Sesuatu Banget yang Dimiliki Kediri


Maaf banget ya, para pembaca! Gue sibuk banget belakangan ini. Harus ngurusin masalah tes masuk sekolah lanjutan, dan perpisahan sekolah. Besok, gue udah berangkat rekreasi bareng anak-anak sekelas. Nah, di sela-sela kesibukan ini, gue ingin berbagi sesuatu pada kalian.
Berhubung gue ini anak yang doyan makan, nggak ada makanan yang nggak gue suka di dunia ini. Semua makanan yang enak maupun nggak enak, tetep gue anggep enak. Hanya dua hal yang membatasi, yakni makanan itu harus halal dan sehat. Yap, kali ini gue akan membahas tentang sambel tumpang, makanan asli Kediri yang hanya banyak ditemukan di Kediri.
Sambel tumpang memang makanan khas Kediri, kampung halaman gue. Bisa dibilang sulit jika lo mencari makanan ini di luar Kediri. Bisa saja lo menemukannya, tapi penjualnya pastilah orang asli Kediri. Kalo yang jual bukan orang Kediri, pasti rasanya nggak asli dan nggak terlalu enak.
Sambel tumpang sebenernya tidak jauh berbeda dari sambel pecel. Penyajiannya pun hampir sama, yakni dengan sayuran, nasi, dan lauk lainnya seperti tahu dan tempe. Bedanya, kalo sambel pecel berbahan baku kacang. Sedangkan sambel tumpang berbahan baku tempe busuk.
Tunggu dulu..! Tempe busuk, emang enak? Mungkin, orang luar Kediri yang belum pernah mencoba sambel tumpang, akan jijik setelah mengetahui bahan dasar makanan ini. Padahal, banyak banget orang yang menyukainya. Selain karena rasanya yang memang ‘sesuatu banget’, sambel tumpang ini membantu kelancaran sistem pencernaan kita, terutama pada bagian pembuangan.
Gue pernah membagikan angket kepada temen-temen gue di kelas. Angket itu berisi pertanyaan, “Bagaimana pendapat kalian tentang sambel tumpang?” dengan opsi jawaban “maniak”, “suka”, “biasa aja”, “nggak suka”, “benci”, dan “nggak tahu”. Dan beginilah hasil yang gue dapat :
- Maniak              : Indra
- Suka                    : Raka, Ilyas, Khusnul, Nidya, Danik, Dilla, Naja, Leli, Yusril, Ama, Ragil, Zephi
- Biasa aja            : Abdil, Tarim, Upek, Nabila, Faiz
- Nggak suka      : (N/A)
- Benci                  : (N/A)
- Nggak tahu      : Rafi
Dari sembilan belas anak (termasuk gue) yang gue kasih angket, ada satu orang yang maniak, dua belas orang yang suka, lima orang yang biasa saja, dan satu orang yang nggak tahu harus menjawab apa terhadap sambel tumpang.
Setelah ditelusuri, ternyata Rafi, anak yang nggak tahu tentang sambel tumpang itu memang belom pernah mencoba sambel tumpang. Dia memang anak yang nggak suka sambel dan pedes. Dia lebih suka makan nasi dan krupuk daripada harus menelan sayur atau sambel.
Angket di atas jelas membuktikan bahwa penggemar sambel tumpang cukup banyak. Di kelas saja, nggak ada anak yang nggak suka apalagi benci sama sambel tumpang, kecuali Si Rafi itu. Bahkan Indra, anak yang tergolong elit dan selalu jadi juara kelas itu pun maniak terhadap sambel tumpang.
Dengan rasanya yang uenak tenan, sambel tumpang tergolong sajian kuliner yang murah meriah. Kita cukup menyediakan duit lima ribu rupiah untuk bisa menikmati makanan ini dengan segala fasilitasnya. Tiga ribu buat beli nasi tumpang, seribu lima ratus buat beli es teh, dan sisanya buat parkir. Kawasan Jalan Dhoho adalah salah satu tempat yang terkenal di mana banyak orang berjualan pecel dan tumpang.
Buat yang belom pernah mencoba, segera dateng ke Kediri dan rasakan nikmatnya sambel tumpang, sobat!

Tuesday, May 8, 2012

Teman dan Sahabat

Beberapa hari yang lalu gue mendapatkan sms dari seorang adek kelas. Sms itu berisi pertanyaan seperti ini, “Apa arti teman sebenernya? Di mana kita bisa mencari teman? Menurutmu teman itu harus bagaimana?” Pertanyaan ini membuat gue tertarik untuk membahas sedikit tentang teman di sini.
Begini, adekku sayang... #plakk! (yang tanya ini bukan salah satu gado-gado cinta).
Kalo menurut gue, arti teman yang sesunguhnya itu nggak terlalu ribet sih. Teman itu adalah sesuatu yang ada bersama kita untuk menemani kita. Menemani kita saat sedang bekerja, bermain, belajar, atau bercakap-cakap. Teman itu ngga harus selalu berwujud manusia. Banyak juga orang yang menjadikan boneka, handphone, atau foto mantannya sebagai teman, karena dianggap bisa menemani.
Teman itu bisa kita dapatkan di mana saja kok. Saat kita di rumah, sekolah, jalan, mall, alun-alun, atau tempat-tempat lainnya. Bahkan bapak gue pernah mendapatkan seorang teman saat sedang ngantri WC umum. Yang penting, seorang teman itu mau menyapa, mengenal, atau bahkan hanya sekadar menemani kita. Menurut gue dia sudah pantas untuk menjadi teman kita.
Gue kira jawaban tadi udah cukup. Eh, nggak taunya dia malah tanya lagi, “Apa bedanya teman sama sahabat? Mudah nggak, mencari sahabat? Gunanya teman dan sahabat sama nggak?”
Menurut gue, tentu saja teman dan sahabat itu berbeda. Dan gue yakin semua orang setuju dengan pendapat ini. Kalau hanya sekedar menemani kita, orang itu sudah bisa kita sebut teman. Akan tetapi, sahabat lebih dari sekadar menemani. Sahabat adalah orang yang mau mengerti kita. Apalagi sahabat sejati yang selalu ada di samping kita untuk menemani, memberi support, dan menghibur kita bagaimana pun keadaannya, apa pun yang terjadi,  dan kapan pun itu.
Mencari sahabat bisa dibilang susah-susah gampang. Kita harus tau apakah sahabat itu memang benar-benar cocok atau tidak dengan kita. Kita juga harus memilih sahabat yang bisa membawa kita kepada kebaikan. Jangan sampai seorang sahabat itu malah menjerumuskan kita kepada sumur tinja yang busuk baunya.
Gue juga punya seorang sahabat sejati, nama dia Fajar. Kelakuannya nggak jauh beda dengan gue. Dia mudah bergaul, gampang dapet temen, pinter ngomong, banyak alesan, gokil, agak sinting, dan sok ganteng. Tapi dia lebih pinter dari gue, sering jadi juara kelas sedangkan gue cuma bisa membuntuti tepat dibelakangnya. Dia juga pernah menjadi juara satu pada lomba siswa berprestasi se-Kota Kediri. Selain pinter, dia juga sholeh dan taat pada ortunya.
Kelas tiga SD adalah saat pertama kalinya gue kenal dengan Fajar. Saat itu ada rolling siswa di kelas 3A dan 3B. Akhirnya gue sekelas dengan anak itu di 3B. Kita membuat sebuah perkumpulan kecil bernama Agen ROGER yang beranggotakan dua orang saja, yakni gue dan Fajar. Jika lo jeli, lo akan tau bahwa ROGER itu singkatan dari kata Raka dan Fajar.
Tiga tahun kita menjadi sahabat di SD, sampai akhirnya perpisahan kelas enam memisahkan kita. Gue masih sekolah di Kediri, tapi dia sudah merantau ke Jogja. Sekarang dia sekolah di Mualimin Jogja, madrasah dan pondok pesantren modern yang dibuat untuk mencetak kader-kader Muhammadiyah yang unggul.
Kita memang sudah berpisah selama dua tahun. Gue sudah mendapatkan banyak teman baru di MTs. Dan gue yakin, dia juga sudah punya banyak teman baru di sana. Namun persahabatan kita nggak berakhir begitu saja. Kita masih chatting-chattingan di facebook, kalo dia sempet online. Kita juga pasti ketemuan setiap kali dia pulang ke Kediri pas liburan sekolah. Kita ngobrol dan cerita-cerita tentang pengalaman yang kita dapet selama berpisah.
Asyik banget kan, punya teman dan sahabat itu? Sebagai manusia yang baik, kita harus bisa menjadi teman bagi siapa pun. Kita nggak boleh nggak mau kenal siapa-siapa. Ingat, kita ini manusia. Kita dikodratkan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan makhluk lain (dalam konteks ini manusia lain). Lebih asyik lagi kalo kita mau menjadi sahabat bagi siapa saja. Kita bisa belajar banyak dari sebuah proses yang dinamakan dengan ”persahabatan.”

Saturday, April 28, 2012

Yang Merepotkan setelah UN

Hai semua? Gimana nih, perasaannya anak-anak SMP/MTs yang habis menjalani UN? So pasti lega banget donk, sama kayak gue. Gue merasa seperti baru mejalani suatu puncak acara dalam pembelajaran selama tiga tahun di sekolah (dua tahun buat kelas aksel). Sudah tidak ada lagi ulangan dadakan, PR menumpuk, lembur ngerjain tugas, dan lain-lain. Rasanya, gue seperti terlepas dari segala macam hal yang mengikat anak sekolah. Gue bagaikan tikus got yang baru sembuh diare.
Namun masih ada satu hal lagi yang merepotkan murid setelah menjalani ujian, yakni mencari sekolah baru. Mencari sih emang gampang, namun berjuang untuk mendapatkannya itu yang nggak bisa dibilang gampang. Dan dalam hal ini, gue termasuk anak yang gila-gilaan banget. Gimana enggak? Temen-temen gue normalnya cuma mendaftarkan diri ke satu atau dua sekolah saja, tiga itu maksimal. Sedangkan gue mendaftarkan diri ke empat sekolah sekaligus.
Kali ini gue ingin bercerita sedikit mengenai perjuangan gue dalam berburu sekolah-sekolah itu. So, ini dia sekolah-sekolah yang gue mendaftarkan diri di dalamnya, dan berikut sedikit kisah perjuangan gue. Cekidot!
1.       MAN Insan Cendekia Serpong
Ini nih, sekolah yang menjadi tujuan utama gue untuk lanjut ke jenjang berikutnya. MAN Insan Cendekia Serpong ini dikabarkan sebagai MAN terbaik se-Indonesia. Gue sudah mendengar tentang madrasah ini sejak awal masuk MTs, saat itu masih kelas satu. Jika kita berhasil lolos tes dan menjadi murid di sini, maka kita akan mendapat full scholarship alias beasiswa penuh. Kita juga akan diasramakan di sana.
Syarat buat masuk ke sini ada banyak banget. Kita harus menjadi sembilan peringkat terbaik secara paralel atau pernah menjadi juara lomba tingkat nasional, serta mendapat rekomendasi dari sekolah. Itu baru tes seleksi berkas. Belom tes-tes lainnya. Apalagi sekolah ini diperebutkan oleh ribuan siswa se-Indonesia. Tentu nggak gampang untuk menjadi murid di sini.
Gue bersama temen-temen yang mau daftar kesana harus berjuang bareng. “Biarpun kalian semua saling bersaing, namun kalian ini team dari MATSANDA (MTsN Kediri 2). Buatlah MATSANDA bangga dengan diterimanya kalian di MAN IC,” kata Bu Yosi, guru BK. Itu berarti, merupakan suatu kebanggaan besar jika siswa MTs 2 ada yang bisa sekolah di MAN IC. Dan insyaallah siswa itu adalah gue (aamiin).
Tes seleksi berkas sudah kami lakukan. Kami mengirimkan rapor, data, dan aplikasi yang dibutuhkan secara on-line. Pengumumannya pun secara on-line. Alhamdulillah, semua pendaftar dari MTs 2 lolos tes ini. Namun gue dan temen-temen masih harus berhadapan dengan tes tulis, pada 12 Mei 2012.
2.       SMAN 10 Malang
Tujuan gue yang lain adalah SMAN 10 Malang. Sekolah ini berlokasi di Malang (udah jelas dari namanya). Sekolah ini diasuh oleh Putera Sampoerna Foundation. Jika gue lolos tes masuk dan sekolah di sini, gue juga akan diasramakan di sana dan mendapatkan full scholarship.
Untuk bisa masuk ke sekolah ini, gue harus mengikuti beragam rangkaian tes dulu. Yang pertama adalah tes seleksi berkas. Gue harus mengisi formulir aplikasi yang sudah disediakan. Ada formulir data gue dan orang tua gue, karangan berbahasa indonesia dan inggris, serta rekomendasi dari guru dan kepsek.
Gue sempat mengalami kendala dalam proses memenuhi formulir aplikasinya. Berhubung SMAN 10 Malang pada hakekatnya adalah untuk orang tidak mampu, gue jadi diejek sama kepsek gue. “Kamu ini orang mampu, kok mau sekolah di sana. Saya nggak mau ngasih rekomendasi buat kamu,” kata beliau. Mendengar itu, gue langsung illfeel mendadak. Untungnya, dengan rayuan maut dan bantuan dari bapak gue, pak kepsek pun mau ngasih rekomendasi buat gue.
Menurut brosurnya sih, pengumuman tes seleksi berkas akan diumumkan pada minggu keempat bulan ini. Tapi gue cek di internet, kok belum muncul-muncul pengumumannya. Yah, gue cuma bisa menunggu.
3.       SMAN 1 Kediri
SMAN 1 Kediri merupakan SMA favorit se-Karesidenan Kediri. Jadi, orang-orang di luar Kota Kediri pun ingin sekolah di sini. Sekolah ini memiliki program RSBI dan akselerasi. Kalo di sini sih, sebenernya gue belom daftar. Soalnya pendaftaran untuk tes masuknya baru mulai dibuka besok senin. Tapi gue memang udah niat mau daftar di sini, sebagai salah satu cadangan jika gue tidak diterima di opsi pertama atau kedua.
4.       MAN 3 Kediri
Kebanyakan siswa MTs 2 paling doyan ngelanjutin sekolahnya ke MAN favorit se-Karesidenan Kediri ini. Termasuk gue yang juga daftar untuk tes di sini. Tes masuknya sudah berlangsung lama, jauh sebelum UN. Dan gue sudah diterima di sana sebagai murid RMBI (Rintisan Madrasah Berstandar Internasional). Di sekolah ini juga ada program lain, yakni akselerasi dan kelas reguler. Tempat di MAN 3 Kediri ini juga gue jadikan cadangan.
***
Nah, itu dia yang dapat gue ceritain ke kalian. Kalo melihat cerita di atas, mungkin kalian heran mengapa gue kok pengen banget sekolah di luar kota. Apa gue nggak bakal kangen sama rumah, temen-temen, ato kasur kesayangan gue? Satu hal yang pasti, pikiran gue udah teracuni oleh sesuatu yang amat melekat dan sulit untuk dihilangkan, yakni nasihat ibu. Ibu gue pernah berkata :
“Mas, bumi ini adalah milik Allah. Jelajahilah semuanya, karena kamu memang berhak untuk menjelajahinya.”
Itulah sebabnya gue terobsesi banget untuk sekolah di luar kota. Tapi anehnya, ibu gue malah jadi orang yang paling sayang kalo gue jadi sekolah di luar kota. Bapak sih, selalu mendukung apa pun kemauan gue. Kalo adek, dia malah kegirangan banget karena gue pergi jauh dari rumah. nggak ada lagi yang bakal gangguin dia nonton TV atau main komputer.
Nah, untuk kelancaran gue dalam menggapai cita-cita, tentu tak henti-hentinya gue mohon doa yang tulus kepada kalian, para pembaca yang terhormat wajah kayak tomat selebar pantat, supaya gue bisa sukses dalam segala yang gue lakukan, selama itu merupakan hal yang baik :)