Saturday, February 11, 2012

Durian, Berkah dan Malapetaka


Durian... Siapa yang nggak kenal buah satu ini? Buah yang lebih enak kita panggil ‘duren’ ini adalah buah yang mendapat julukan ‘King Of Fruit’ alias raja buah. Buah ini benar-benar terkenal, sampai-sampai di setiap kardus air mineral aja ada gambar durennya. ‘Jauhkan dari bau yang menyengat,’ itu katanya. Memang, duren memiliki bau khas yang sangat menyengat. Radius dari bau duren bahkan mencapai 1.000 centimeter (baca : 10 meter). Bahkan lebih jauh dari itu.
Ada beberapa hal yang menurut gue pantas dijadikan alasan mengapa duren menyandang gelar “King Of Fruit”. Pertama, duren itu termasuk gede banget untuk ukuran buah. Bentuknya juga jauh lebih keren kalau dibandingkan dengan buah laen. Mirip rambutnya si Naruto.
Selain itu, ada hal unik lain yang menyebabkan duren mendapat julukan ‘King Of Fruit.’ Percaya atau nggak, silakan saja. Bapak gue pernah cerita begini ke gue saat kita berdua lagi makan duren bareng:
“Rak, kamu tau nggak, kenapa duren ini dapet julukan raja buah?” tanya beliau.
“Kan bentuknya sangar Pak,” jawab gue polos.
“Selain itu ada lagi tauk.”
“Emang kenapa Pak?” gue jadi penasaran.
“Duren ini makanan kesukaannya raja hutan lho. Di Sumatera sana, harimau itu doyan banget makan duren,” beliau menjelaskan.
“Memangnya penjual duren di sana nggak takut sama harimau, ya?”
“Ya nggak gitu lah. Harimau di sana makan duren yang jatuh dari pohon di hutan. Bukan beli di pasar.”
“Oh..” gue ngangguk-ngangguk.
“Jadi itu alasannya, mengapa duren disebut Raja Buah.” Akhirnya kita pun melanjutkan makan duren.
Gue pernah mengamati presepsi dari masyarakat luas tentang duren. Dari hasil pengamatan itu, gue bisa menyimpulkan beberapa hal. Gue lihat, jarang banget ada orang yang biasa-biasa aja sama duren. Pertama, mayoritas orang yang suka duren pasti cinta mati sama duren. Mereka rela melakukan apa saja untuk bisa menikmati lezatnya buah ini. Kedua, mayoritas orang yang tidak suka duren pasti benci setengah mati sama duren. Mencium baunya aja udah mau muntah, apalagi disuruh makan.
Saat kecil dulu, gue benci sama duren, tapi suka banget nyium-nyiumin bau duren. Akan tetapi, karena gue terlahir di keluarga pecinta duren, gue pun mendapat tekanan yang besar dan akhirnya sekarang gue suka sama duren, tapi nggak sampai cinta mati gitu. Kalau ada, gue makan. Kalau nggak ada juga nggak apa-apa.
Perbedaan dari pecinta duren dan pembenci duren biasanya sangat terlihat jelas. Saat di asrama, kita pernah mendapat kiriman duren dari salah seorang wali murid. Secara otomatis, anak-anak di asrama langsung terbagi menjadi dua kelompok. Yang satu suka duren, enak-enakan menyantap duren di pojokan. Yang satu lagi benci duren, mereka sok belajar di pojok lainnya. Tentu saja gue termasuk golongan yang pertama.
Lalu ada temen gue yang usil niat ngganggiun mereka-mereka yang benci duren. Secara tiba-tiba si anak mendekat ke gerombolan lain sambil membawa duren. Spontan para pembenci duren langsung teriak-teriak ketakutan. Ada yang bilang, “Uh, baunya, ampun deh,” “Jauhin ini dari gue sekarang!” ada juga yang gini, “BESOK PAGI GUE KERAMAS!” Yah, hanya karena terkena bau duren, besok paginya anak itu pun keramas.
Itulah duren. Berkah bagi siapa pun yang menyukainya, tapi juga malapetaka bagi siapa pun yang membencinya. Bagaimana dengan lo semua?

5 comments: