(Nyuwun pangapuro sanget buat Pak Ipik, sekarang saya baru bisa posting artikel sejarah yg dulu pernah ditugaskan).
Senin kemaren, 20 Oktober 2014, Rakyat Indonesia sedang
menghadapi hajat besarnya. Presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf
Kalla baru saja dilantik. Mayoritas media menyebutkan bahwa kemarin adalah
pesta rakyat, di mana seluruh rakyat Indonesia menyambut pemimpinnya yang baru.
Katanya sih, semua orang berbahagia pada hari itu, terutama para pedagang
kecil. Yah, terlalu banyak hal-hal pro maupun kontra yang disampaikan oleh
media-media.
Langsung saja ke kronologi singkat dari serangkaian
peristiwa pada hari tersebut. Jam 10.00, prosesi pelantkan dimulai di gedung
MPR. Setelah itu, pasangan presiden-wakil presiden naik mobil menuju bundaran
HI, untuk kemudian menuju ke istana merdeka menggunakan iring-iringan kereta
kuda. Di istana, berlangsung upacara sertijab antara SBY-Boediono dan
Jokowi-JK. Sorenya, Jokowi menerima sejumlah tamu kenegaraan. Malamnya, beliau
juga menghadiri panggung pesta rakyat di Monas. Saya sempat berpikir, wah, ini
pasti hari yang sangat melelahkan bagi beliau.
Mayoritas rakyat menyambut dengan sangat meriah hari
pelantikan tersebut. Orang-orang tumpah ruah di jalanan, terutama jalur
iring-iringan kereta kuda yang ditumpangi pasangan presiden-wapres baru. Semua
ingin ikut merasakan euforia-nya.
Jelas, ini menimbulkan banyak pro dan kontra di kalangan
media. Hari ini, dimana seluruh rakyat Indonesia berbahagia menyambut
presidennya yang baru. Dengan figur Jokowi yang dikenal pro rakyat, tak sedikit
media yang menggembor-gemborkan hal-hal baik seperti pedagang kecil yang
diuntungkan dengan adanya pesta rakyat ini, adanya harapan baru, dll. Atau
malah sebaliknya, banyak juga media yang menyebutkan bahwa pesta ini hanya
buang-buang uang, mengotori jalanan, orang-orang bermaksiat secara massal, dll.
Wallahua’lam...
Entahlah, tapi saya masih belum terlalu peduli sama
pemerintahan Indonesia dan hal-hal berbau politik lainnya. Saya nggak terlalu
peduli siapa yang bakal memimpin negeri ini. Saya rasa akan sama saja. Dan saya
sependapat dengan seorang yang berkata, “Indonesia yang sekarang, siapa pun
yang memimpin, akan sama saja. Bahkan, ada yang memimpin atau tidak, bakal sama
saja.” Bukan, sama sekali bukan karena saya memihak pada salah satu kubu. Mungkin
ini semacam apatis atau apa. Jelas, ini sikap yang nggak baik. Tapi, saya akan
tetap bangga menjadi Bangsa Indonesia, dan akan berbuat serta mendoakan yang
terbaik buat negeri tercinta ini. Saya masih menyimpan harapan dan keyakinan
bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan berjaya.
No comments:
Post a Comment