Serunya sekolah di IC itu, banyak guru yang kreatif, suka “aneh-aneh”
bikin proyek ini itu sebagai media pembelajarannya. Apalagi kalo proyeknya dilakukan
bareng seangkatan. Contoh saja Pak Yus, guru PKn. PKn ini proyeknya pasti seru
dan bener-bener seperti kenyataannya. Pas kelas X dulu, beliau mengadakan proyek
simulasi pileg dan pilpres. Nah, proyek pas kelas XI ini adalah simulasi Sidang
ASEAN, atau lebih gantengnya kita sebut ASEAN Summit.
Satu angkatan secara acak dibagi menjadi 10 kelompok. Masing-masing
kelompok itu ceritanya menjadi delegasi dari sebuah negara di ASEAN, yang juga
ditentukan secara acak. Gua kebagian negara Malaysia, dengan temen-temen satu
delegasi, yakni Tarom, Hanif, Aun, Dhio, Inaz, Restu, Wening, Dea, Puse, DPL,
dan Nahla. Ya, kita berduabelas harus memperjuangkan kepentingan negara
Malaysia dalam sidang nanti. Btw, masing-masing delegasi diberi seorang tutor
dari kakak Magnivic, dan kami kedapetan Kak Lukman.
ASEAN Summit tahun ini mengambil tema “Tackling transnational crime trough ASEAN Community”. Kita harus
cari banyak-banyak info tentang transnational
crime dan ASEAN Community itu
sendiri untuk menyusun position paper,
sebuah kertas yang nantinya berisi pandangan, pendapat, serta solusi dari
negara kita tentang masalah yang diangkat. Selain itu, kita harus mempelajari
mati-matian tentang negara Malaysia, dan tentu saja negara-negara lain juga
harus dipelajari. Informasi tentang politik negara-negara ASEAN, masalah ekonomi,
perdagangan, sumber daya alam, kriminalitas, dan apa pun yang berkaitan tentang
ASEAN menjadi sangat penting kali ini. Intinya, banyak-banyakan informasi!
Setiap delegasi harus punya satu ketua. Nah, sebenernya dari
awal gua udah males kalo bakal dijadiin ketua. Jadi, pas kita ngumpul buat
nentuin ketua, gua mojokin salah seorang anak biar dia yang jadi ketua
delegasi. Entah mengapa, semua anak cuma diem aja saat itu. Manuver cerdas pun
dilakukan oleh anak yang gua pojokin tadi. Dia berkata dengan cakepnya, “Kenapa
nggak kamu aja yang jadi ketua, Rak.” Semua anak saat itu serentak mengangguk
dan mengiyakan. Okeeee -__- Akhirnya gua yang jadi ketua delegasi Malaysia.
Kita diberi waktu beberapa bulan persiapan sebelum sidang. Awalnya,
kita semua bener-bener bingung dan nge-blank mau ngapain atau harus nyari info apaan.
Rasanya, baru pas hari-hari menjelang deadline position paper, kita semua diberi “kepahaman”. Sebelum deadline,
kita udah sepakat dengan sebuah solusi : membuat satuan polisi gabungan
negara-negara ASEAN. Nah, pas malem deadline, pas position paper udah selesai
dibikin, kita baru tau kalo ternyata udah ada lembaga ASEANAPOL yang sistemnya
sama persis dengan solusi yang kita tawarkan sebelumnya. Akhirnya, kita merombak hampir semuanya. Inti dari position paper yang fix dan kita
kumpulin adalah : merevitalisasi ASEANAPOL. Sangat nggak disangka, pas malem
sidang, ketahuan kalo pemikiran mayoritas negara lain ternyata nyaris-nyaris sama.
Singkat cerita, malam sidang pun tiba. Yang menjadi ketua
sidang adalah Kak Gilang, dengan Kak Ali di sebelahnya sebagai pembawa acara (mungkin?).
Setelah Pak Yus memberikan briefing singkat, sidang pun dimulai. Acaranya dibagi
jadi beberapa sesi, yakni pembacaan position
paper, sesi diskusi 1, break alias sesi lobi, sesi diskusi 2, sesi
polarisasi, dan voting resolusi.
Pak Yus memberikan briefing
Sidang dimulai!
Selama pembacaan position
paper, gua sama sekali nggak bisa fokus. Gua masih merasa grogi dengan
suasana sidang dan panik dengan diplomatic
notes yang berdatangan, entah itu isinya penting ato nggak. Gua terlalu
sibuk membaca dan membalas pesan dari temen-temen di belakang gua maupun dari delegasi
lain, sampe-sampe nggak bisa mencerna position
paper yang dibacain sama masing-masing ketua delegasi. Ini sangat gawat
sebenernya, karena isi position paper
dari masing-masing negara adalah “jantung” dari acara kali ini. Untungnya,
Restu menyimak dengan baik dan menuliskan poin-poin penting dari semua position paper. Dia bahkan memilah
negara mana yang kira-kira bakal jadi kawan, mana yang jadi lawan. Gua merasa
terselamatkan sekaligus terharu :’)
Angkat bicara pas sesi diskusi 1. Ngomong apa aja, ngomong ngasal, dengan motivasi dapet nilai tambahan ._.
Nah, pas sesi break dimulai, gua baru mulai nge-feel sama
nih acara. Mulai bisa ngebaca suasana, mulai PD dan tau harus ngapain. Sesi break
ini adalah saatnya bagi para naggota delegasi untuk beraksi. Mereka menyebar ke
negara-negara lain, kecuali beberapa anak yang gua tunjuk buat tinggal di
Malaysia sebagai penerima tamu. Mereka ada Hanif, DPL, dan Restu. Yang lainnya
berangkat melobi negara-negara lain, mencari “kawan” sebanyak-banyaknya, dan
mengusahakan agar kepentingan Malaysia bisa “gol”.
Selama sesi break ini gua juga disibukkan sama
anggota-anggota Malaysia yang silih berganti dateng ke gua, entah buat minta
pendapat, nanya-nanya, atau sekadar minta tanda tangan sebagai wujud setuju
atas sebuah kesepakatan. Yah, sesi ini bisa dibilang jadi yang paling greget
menurut gua. GSG spontan jadi ramai dengan orang lalu-lalang dan ngobrol. Selain
itu, gua juga boleh berdiri atau jalan-jalan, meskipun nggak boleh berinteraksi
dengan anggota delegasi negara lain.
Malaysia, rollout!
Greget!
Sedang lobi dengan salah satu negara
Sesi break selesai, semuanya kembali duduk manis di tempat
masing-masing. Sebelum sesi diskusi 2 dimulai, tiba-tiba Kak Miftah masuk
sebagai (sebagai apa, ya? Lupa, hehe) yang membacakan berita, yang menurut gua beritanya
agak nggak jelas. Gua paham kok, tapi bingung aja mau nyeritainnya gimana. Toh,
nantinya berita ini nggak terlalu digubris pas sesi diskusi.
Semua berdiri saat Kak Miftah membacakan berita
Sesi diskusi 2 pun dimulai. Kali ini diskusinya mulai
nyambung, mulai ada serang sana serang sini, mulai ada yang nyaris ngotot, tapi
tetep pada posisi stay cool. Pokoknya
mulai seru deh. Nggak kayak sesi diskusi yang pertama tadi, masih pada gak
nyambung dan gak jelas.
Lanjut ke sesi polarisasi, saatnya ketua delegasi berdiri
dan berhubungan secara langsung dengan ketua delegasi negara lain. Kita berdiskusi
bentar, terus langsung terpisah menjadi dua kubu polarisasi. Perbedaan jumlahnya
cukup signifikan, yakni tiga lawan tujuh. Setelah itu, masing-masing kubu membuat
draft resolusi yang akan dibacakan di depan ruangan sidang. Kubu pertama ada
Indonesia, Myanmar, dan Singapura yang menolak adanya revitalisasi ASEANAPOL
dan menawarkan resolusi bla bla bla gua lupa gimana. Kubu kedua ada Brunei,
Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam yang menawarkan untuk
merevitalisasi ASEANAPOL dan satu lagi apa gitu, gua lupa.
Diskusi memanas!
Pembacaan draft resolusi dari kubu kedua
Setelah pembacaan draft resolusi, voting pun dimulai dengan
keadaan udah pada tau mana yang bakal menang. Habis itu, sidang ditutup dan
dilanjutkan dengan sesi yang paling seru, POTO-POTO!!!
Para ketua delegasi
Thanks, Delegates Of Malaysia
ASTONIC, good job!
Ketua tiga (tengah) dan dua koor.nya yang jadi ketua delegasi
Survey membuktikan, tiga dari sepuluh ketua delegasi berasal dari Kediri
Narsis pas beres-beres GSG
Goodbye, ASEAN Summit
Selama berkegiatan bersama delegasi Malaysia, gua mendapati beberapa
temen yang awalnya gua kira (maaf) kurang aktif, nggak bisa diandalkan, atau
semacamnya lah. Ternyata semua anggota delegasi Malaysia emang hebat-hebat.
Contoh yang bikin gua kaget adalah Hanif, muka-muka cengok gitu, ternyata dia
tau banyak wawasan tentang ASEAN tanpa harus searching di google. Dia juga
sempet “mempermainkan” delegasi yang dateng ngelobi Malaysia, tanpa gua suruh,
yang efeknya tentu keuntungan bagi Malaysia. Si Restu juga, dia selalu dateng
ngumpul dan ngerjain apa pun yang gua minta. Dia bahkan menuliskan inti dari
semua position paper yang dibacain
tanpa gua minta. Tarom yang dengan gantengnya “nantang” memilih untuk melobi
negara yang diprediksikan bakal paling sulit buat dilobi. Nahla juga rajin
banget ngirim-ngirim kertas dari belakang, ngasih tau apa yang harus gua
lakukan ketika gua bingung mau ngapain. Dan masih banyak yang lain tentunya. Yaps,
intinya kita semua hebat kok. Makasih banyak delegasi Malaysia :D
No comments:
Post a Comment