Halo semuaaa...! Pagi hari tadi gue
habis acara perpisahan kelas 9 nih. Rasanya sedih, harus meninggalkan madrasah
tercinta dengan kenangan-kenangan yang sudah tercetak dalam hati ini. Pasti akan
sulit untuk melupakan semuanya.
Salah satu kenangan terbaik yang
gue miliki adalah bersama teman-teman sekelas gue saat di asrama. Di
tengah-tengah waktu santai ini, gue ingin bercerita kepada kalian semua tentang
asrama yang gue tempati selama di MTs ini. Gue inget pernah posting tentang
ini. Namun penulisan posting yang lama cukup berantakan. Jadi gue putuskan
untuk me-remake posting tentang
asrama gue. Selamat membaca...
Kalo lo mengikuti posting-posting
gue sebelumnya, lo pasti tahu kalo gue adalah anak Acceleration Class Program
alias ACP. ACP mewajibkan bagi para siswanya untuk tinggal di asrama agar lebih
fokus belajar. So, selama dua tahun ini gue tinggal bersama temen-temen gue di
asrama.
Asrama tempat gue tinggal lebih
dikenal dengan nama ‘Mahad Al-Azhar’.
Program di asrama memang bukan hanya untuk memforsir para muridnya
dengan pelajaran-pelajaran tambahan, namun juga memberikan pendidikan islami layaknya
pondok pesantren, seperti kitab kuning, kitab gundul, dan kitab-kitab lainnya.
Oleh karena itu, asrama ini diberi nama ‘mahad’ agar terkesan islami.
Mungkin kedengarannya elit banget.
Gue anak kelas akselerasi, dan gue mendapatkan fasilitas boarding school alias asrama
atau mahad. Namun, dibalik semua itu ada banyak hal absurd yang tak nampak.
Semua itu berasal dari para penghuninya, terutama para cowok.
Salah satu contohnya datang dari
seorang cowok yang punya tampang keren. Dia memiliki banyak fans hampir di
setiap kelas di MTs. Namun, anak itu suka ngentut. Dan hal ini hanya diketahui
oleh penghuni mahad. Seringkali kentutnya nggak bersuara, namun baunya lebih nggak
enak dari kentut beruang. Mungkin dia memang sengaja menyamarkan suara
kentutnya, agar ketika semua anak sedang lengah, ia bisa membuang gas
beracunnya itu tanpa diketahui, hingga ia bisa membunuh hidung milik temannya.
Namun, ada juga anak yang nggak
suka buang-buang kentut. Dia sayang banget sama kentutnya. Saat kepepet akan
meledak, dia langsung mencari seorang temannya. Dia tempelkan pantatnya ke
pantat orang lain, lalu melakukan semacam ‘transfer kentut’. “Daripada
mubadzir, lebih baik diberikan kepada teman,” begitu katanya.
Kalo menurut gue, asrama gue ini
lebih pantas disebut rusun (rumah susun). Gimana nggak? Keadaan di Mahad
Al-Azhar emang bener-bener absurd dan nggak jelas, persis rusun. Ada
handuk-handuk yang dijemur sembarangan, ada ustadzah yang galak banget dan
lebih mirip penagih uang sewa rusun, ada banyak kucing liar yang doyan gangguin
anak-anak pas makan, ada anak yang suka ngambil celana dalem temennya terus
dilempar-lempar ke teras, ada anak pacaran, bahkan ada beberapa anak yang maho
di sana.
Masalah anak yang maho, ada kisah
unik dari ‘sepasang’ lelaki. Dua anak tersebut mesra banget. Setiap kali mereka
berpapasan pasti peluk-pelukan dan cipika-cipiki. Mesra banget, dan itu menjadi
salah satu hiburan tersendiri bagi kita yang melihatnya.
Suka duka telah gue lalui di Mahad
Al-Azhar selama dua tahun ini. Bagaimana pun juga, gue sedih harus meninggalkan
ini semua. Banyak hal yang sudah gue lalui di sini, dan itu membuat gue menjadi
lebih berpengalaman. Di sini pertama kalinya gue main layangan, ngerusak laptop
temen, pacaran sama cowok, dan banyak lainnya.
Hanya satu harapan gue buat mahad.
Gue berharap, mahad bisa jadi lebih baik dari sekarang. Gue ingin generasi penerus
gue menjadi orang baik-baik. Nggak kayak kita, kakak-kakaknya yang absurd
begini.
Dan jangan lupa, nantikan cerita
berikutnya ya..!!!
No comments:
Post a Comment