Saturday, December 27, 2014

Pelantikan Jokowi



(Nyuwun pangapuro sanget buat Pak Ipik, sekarang saya baru bisa posting artikel sejarah yg dulu pernah ditugaskan).

Senin kemaren, 20 Oktober 2014, Rakyat Indonesia sedang menghadapi hajat besarnya. Presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla baru saja dilantik. Mayoritas media menyebutkan bahwa kemarin adalah pesta rakyat, di mana seluruh rakyat Indonesia menyambut pemimpinnya yang baru. Katanya sih, semua orang berbahagia pada hari itu, terutama para pedagang kecil. Yah, terlalu banyak hal-hal pro maupun kontra yang disampaikan oleh media-media.

Langsung saja ke kronologi singkat dari serangkaian peristiwa pada hari tersebut. Jam 10.00, prosesi pelantkan dimulai di gedung MPR. Setelah itu, pasangan presiden-wakil presiden naik mobil menuju bundaran HI, untuk kemudian menuju ke istana merdeka menggunakan iring-iringan kereta kuda. Di istana, berlangsung upacara sertijab antara SBY-Boediono dan Jokowi-JK. Sorenya, Jokowi menerima sejumlah tamu kenegaraan. Malamnya, beliau juga menghadiri panggung pesta rakyat di Monas. Saya sempat berpikir, wah, ini pasti hari yang sangat melelahkan bagi beliau.

Mayoritas rakyat menyambut dengan sangat meriah hari pelantikan tersebut. Orang-orang tumpah ruah di jalanan, terutama jalur iring-iringan kereta kuda yang ditumpangi pasangan presiden-wapres baru. Semua ingin ikut merasakan euforia-nya.

Jelas, ini menimbulkan banyak pro dan kontra di kalangan media. Hari ini, dimana seluruh rakyat Indonesia berbahagia menyambut presidennya yang baru. Dengan figur Jokowi yang dikenal pro rakyat, tak sedikit media yang menggembor-gemborkan hal-hal baik seperti pedagang kecil yang diuntungkan dengan adanya pesta rakyat ini, adanya harapan baru, dll. Atau malah sebaliknya, banyak juga media yang menyebutkan bahwa pesta ini hanya buang-buang uang, mengotori jalanan, orang-orang bermaksiat secara massal, dll. Wallahua’lam...

Entahlah, tapi saya masih belum terlalu peduli sama pemerintahan Indonesia dan hal-hal berbau politik lainnya. Saya nggak terlalu peduli siapa yang bakal memimpin negeri ini. Saya rasa akan sama saja. Dan saya sependapat dengan seorang yang berkata, “Indonesia yang sekarang, siapa pun yang memimpin, akan sama saja. Bahkan, ada yang memimpin atau tidak, bakal sama saja.” Bukan, sama sekali bukan karena saya memihak pada salah satu kubu. Mungkin ini semacam apatis atau apa. Jelas, ini sikap yang nggak baik. Tapi, saya akan tetap bangga menjadi Bangsa Indonesia, dan akan berbuat serta mendoakan yang terbaik buat negeri tercinta ini. Saya masih menyimpan harapan dan keyakinan bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan berjaya.

No comments:

Post a Comment